Kamis, 10 November 2016

Materi Al-Islam kelas X

Proses Kejadian Manusia Dan Tugasnya Sebagai Khalifah

Ayat-ayat Al-Qur'an yang menyatakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.
Artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Qs. Al-Baqarah: 30)
ayat diatas mengandung:
  1. sebelum penciptaan Adam, Allah memberitahukan kepada para malaikat, bahwa Dia akan menciptakan khalifah di bumi. Yang dimaksud dengan khalifah dalam ayat ini adalah Adam dan umat manusia secara keseluruhan, dengan tugas mengatur kehidupan di dunia.
  2. pemberitahuan Allah ini penting mengingat para malaikat akan dibebani banyak tugas menyangkut manusia.
  3. kendati malaikat sempat protes atas rencana Allah tersebut, karena khawatir manusia akan merusak dan menumpahkan darah di bumi, tetapi setelah dijelaskan oleh Allah swt, mereka segera mentaatiNya.
  4. tugas manusia sebagai khalifah di bumi adalah untuk mengelola dan memelihara alam, demi kamakmuran dan kesahteraan segenap manusia. oleh karena itu, Allah membekalinya dengan akal dan ilmu pengetahuan.
  5. manusia akan dapat melaksanakan tugas mulia tersebut apabila ia menggunakan akal dan kemampuannya untuk menuju yang lebih baik, selain harus senantiasa ingat kepada Allah swt, melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya.
 selain surat diatas yang menjelaskan tentang kejadian dan tugas manusia di bumi. terdapat beberapa surat lain yang menjelaskan kejadian manusia dan tugasnya di muka bumi ini. Allah berfirman:
Qs. Al-Mukminun: 12-14









 
 
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (tahim). kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kmi jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
 
Qs. A-Dzariyat: 56




Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu.
 
Qs. Al-Nahl: 78



 
 
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut-perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
 
 
 
 
Nadjib Hamid dan Heny Siswondo. 2016. Pendidikan Al-Islam untuk SMA/SMK/MA Muhammadiyah Kelas X. Surabaya: Majelis Dikdasmen PWM Jatim. 

Kamis, 03 November 2016

IMM

IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH
www.imm.or.id


MELACAK JEJAK SEJARAH

KELAHIRAN IMM tidak lepas kaitannya dengan sejarah perjalanan Muhammadiyah,   dan juga bisa  dianggap sejalan dengan faktor kelahiran Muhammadiyah itu sendiri. Hal ini berarti bahwa setiap hal yang dilakukan Muhammadiyah merupakan perwujudan dari keinginan Muhammadiyah untuk  memenuhi cita-cita sesuai dengan kehendak Muhammadiyah dilahirkan.
 Di samping itu, kelahiran IMM juga merupakan respond atas persoalan-persoalan keummatan dalam sejarah bangsa ini pada awal kelahiran IMM, sehingga kehadiran IMM sebenarnya merupakan sebuah keharusan sejarah. Faktor-faktor problematis dalam persoalan keummatan itu antara lainialah sebagai berikut (Farid Fathoni, 1990: 102):
1. Situasi kehidupan bangsa yang tidak stabil, pemerintahan yang otoriter dan serba tunggal,   serta adanya ancaman komunisme di Indonesia.
2. Terpecah-belahnya umat Islam datam bentuk  saling curiga dan fitnah, serta kehidupan politikummat Islam yang semakin buruk.
3.Terbingkai-bingkainya kehidupan kampus (mahasiswa) yang berorientasi pada kepentingan politik praktis
4.Melemahnya kehidupan beragama dalam bentuk merosotnya akhlak, dan semakin tumbuhnya materialisme-individualisme
5.Sedikitnya pembinaan dan pendidikan agama  dalam kampus, serta masih kuatnya suasana kehidupan kampus yang sekuler
6.Masih membekasnya ketertindasan imperialisme penjajahan dalam bentuk keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan
7.Masih banyaknya praktek-praktek kehidupan yang serba bid'ah, khurafat, bahkan kesyi rikan, serta semakin meningkatnya misionaris- Kristenisasi
8. Kehidupan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin memburuk
Dengan latar belakang tersebut, sesungguhnya semangat untuk mewadahi dan membina   mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah telah  dimulai sejak lama. Semangat tersebut sebenarnya  telah tumbuh dengan adanya keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah pada Kongres Seperempat Abad Muhammadiyah di Betawi  Jakarta pada tahun 1936. Pada saat itu, Pimpinan  Pusat Muhammadiyah diketuai oleh KH. Hisyam (periode 1934-1937). Keinginan tersebut sangat logis dan realistis, karena keluarga besar  Muhammadiyah semakin banyak dengan putera-puterinya yang sedang dalam penyelesaian pendidikan menengahnya. Di samping itu,Muhammadiyah juga sudah banyak memiliki amal usaba pendidikan tingkat menengah.
  Gagasan pembinaan kader di lingkungan  mahasiswa datam bentuk penghimpunan dan pembinaan langsung adatah selaras dengan kehendak  pendiri Muhammadiyah, KHA. Dahlan, yang berpesan  babwa "dari kallan nanti akan ada yang jadi dokter, meester, insinyur, tetapi kembalilah kepada   Muhammadiyah" (Suara Muhammadiyah, nomor 6  tahun ke-68, Maret || 1988, halaman 19). Dengan   demikian, sejak awal Muhammadiyah sudah  memikirkan bahwa kader-kader muda yang profesional harus memiliki dasar keislaman yang tangguh dengan kembali ke Muhammadiyah.
  Namun demikian, gagasan untuk menghimpun dan membina mahasiswa di lingkungan  Muhammadiyah cenderung terabaikan, tantaran  Muhammadiyah sendiri belum memiliki perguruan   tinggi. Belum mendesaknya pembentukan wadah kader di lingkungan mahasiswa Muhammadiyah  saat itu juga karena saat itu jumlah mahasiswa yang ada di lingkungan Muhammadiyah betum terialu banyak. Dengan demikian, pembinaan kadermahasiswa Muhammadiyah dilakukan melalui wadah Pemuda Muhammadiyah (1932) untuk mahasiswa putera dan metalui Nasyiatul Aisyiyah  (1931) untuk mahasiswa puteri.
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-31 pada  tahun 1950 di Yogyakarta, dihembuskan kembali keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah. Namun karena berbagai macam hat, keinginan tersebut belum bisa diwujudkan,sehingga gagasan untuk dapat secara langsung membina dan menghimpun para mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah tidak berhasil Dengan demikian, keinginan untuk membentuk wadah bagi mahasiswa Muhammadiyah juga masih jauh dari kenyataan.
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-33 tahun 1956 di Palembang, gagasan pendirian perguruan tinggi Muhammadiyah baru bisa direalisasikan. Namun gagasan untuk mewadahi mahasiswa Muhammadiyah dalam satu himpunan belum bias diwujudkan. Untuk mewadahi pembinaan terhadap mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah, maka Muhammadiyah membentuk Badan Pendidikan Kader (BPK) yang dalam menjalankan aktivitasnya bekerja sama dengan Pemuda Muhammadiyah.
Gagasan untuk mewadahi mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah dalam satu himpunan setidaknya telah menjadi polemik di lingkungan Muhammadiyah sejak lama. Perdebatan seputar kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah  berlangsung cukup sengit, baik di kalangan Muhammadiyah sendiri maupun di kalangan gerakan mahasiswa yang lain. Setidaknya, kelahiran IMM sebagai wadah bagi mahasiswa Muhammadiyah mendapatkan resistensi, baik dari kalangan Muhammadiyah sendiri maupun dari kalangan gerakan mahasiswa yang lain, terutama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di kalangan Muhammadiyah sendiri pada awal munculnya gagasan pendirian IMM terdapat anggapan bahwa IMM betum dibutuhkan kehadirannya dalam Muhammadiyah, karena Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atul Aisyiyah masih dianggap cukup mampu untuk mewadahi mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah.
Di samping itu, resistensi terhadap ide kelahiran IMM pada awalnya juga disebabkan adanya hubungan dekat yang tidak kentara antara Muhammadiyah dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Hubungan dekat itu dapat ditihat ketika Lafran Pane mau menjajagi pendirian HMI. Dia bertukar pikiran dengan Prof. Abdul Kahar Mudzakir (tokob Muhammadiyah), dan beliau setuju. Pendiri HMI yang lain ialah Maisarah Hilal (cucu KHA. Dahlan) yang juga seorang aktifis di Nasyi'atul Aisyiyah.
Bila asumsi itu benar adanya, maka hubungan dekat itu selanjutnya sangat mempengaruhi perjalanan IMM, karena dengan demikian Muhammadiyah saat itu beranggapan bahwa pembinaan dan pengkaderan  mahasiswa Muhammadiyah bisa dititipkan metalui HMI (Farid Fathoni, 1990: 94). Pengaruh hubungan dekat tersebut sangat besar bagi kelahiran IMM. Hal ini bisa dilihat dari perdebatan tentang kelahiran IMM. Pimpinan Muhammadiyah di tingkat lokal seringkali menganggap bahwa kelahiran IMM saat itu tidak diperlukan, karena sudah terwadahi dalam Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atulAisyiyah, serta HMI yang sudah cukup eksis (dan mempunyai pandangan ideologis yang sama). Pimpinan Muhammadiyah pada saat itu lebih menganak- emaskan HMI daripada IMM. Hal ini terlihat jelas dengan banyaknya pimpinan Muhammadiyah, baik secara pribadi maupun kelembagaan, yang memberikan dukungan pada aktivitas HMI. Di kalangan Pemuda Muhammadiyah juga terjadi perdebatan yang cukup sengit seputar kelahiran IMM. Perdebatan seputar kelahiran IMM tersebut cukup beralasan, karena sebagian pimpinan (baik di Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyi'atul Aisyiyah, serta amal-amal usaha Muhammadiyah) adalah kader-kader yang dibesarkan di HMI.
 Setelah mengalami polemik yang cukup serius tentang gagasan untuk mendirikan IMM, maka pada tahun 1956 polemik tersebut mulai mengalami pengendapan. Tahun 1956 bisa disebut sebagai tahap awal bagi embrio operasional pendirian IMM dalam bentuk pemenuhan gagasan penghimpun wadah mahasiswa di lingkungan Muhammadiyah (Farid Fathoni, 1990: 98). Pertama, pada tahun itu (1956) Muhammadiyah secara formal membentuk kader terlembaga (yaitu BPK). Kedua, Muhammadiyah pada tahun itu telah bertekad untuk kembali pada identitasnya sebagai gerakan Islam dakwah amar ma'ruf nahi munkar (tiga tahun sesudahnya, 1959, dikukuhkan dengan melepaskan diri dari komitmen politik dengan Masyumi, yang berarti bahwa Muhammadiyah tidak harus mengakui bahwa satu-satunya organisasi mahasiswa Islam di Indonesia adalah HMI). Ketiga, perguruan tinggi Muhammadiyah telah banyak didirikan. Keempat, keputusan Muktamar Muhammadiyah bersamaan Pemuda Muhammadiyah tahun 1956 di Palembang tentang "....menghimpun pelajar dan mahasiswa Muhammadiyah agar kelak menjadi pemuda Muhammadiyah atau warga Muhammadiyah yang mampu mengembangkan amanah."
 Baru pada tahun 1961 (menjelang Muktamar Muhammadiyah Setengah Abad di Jakarta) iselenggarakan Kongres Mahasiswa Universitas Muhammadiyah di Yogyakarta (saat itu, Muhammadiyah sudah mempunyai perguruan tinggi Muhammadiyah sebelas buah yang tersebar di berbagai kota). Pada saat itulah, gagasan untuk mendirikan IMM digulirkan sekuat-kuatnya. Keinginan tersebut ternyata tidak hanya dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah, tetapi juga dari kalangan mahasiswa di berbagai universitas non-Muhammadiyah. Keinginan kuat tersebut tercermin dari tindakan para tokoh Pemuda Muhammadiyah untuk melepaskan Departemen Kemahasiswaan di lingkungan Pemuda Muhammadiyah untuk berdiri sendiri. Oleh karena itu, lahirlah Lembaga Dakwah Muhammadiyah yang dikoordinasikan oleh Margono (UGM, Ir.), Sudibyo Markus (UGM, dr.), Rosyad Saleh (IAIN, Drs.), sedangkan ide pembentukannya dari Djazman al-Kindi (UGM, Drs.).
   Tahun 1963 dilakukan penjajagan untuk mendirikan wadah mahasiswa Muhammadiyah secara resmi oleh Lembaga Dakwah Muhammadiyah dengan disponsori oleh Djasman al-Kindi yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Dengan demikian, Lembaga Dakwah Muhammadiyah (yang banyak dimotori oleh para mahasiswa Yogyakarta) inilah yang menjadi embrio lahirnya IMM dengan terbentuknya IMM Lokal Yogyakarta.
   Tiga butan setelah penjajagan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mere,smikan berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada tanggal 29 Syawal 1384 H. atau 14 Maret 1964 M. Penandatanganan Piagam Pendirian Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dilakukan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat itu, yaitu KHA. Badawi. Resepsi peresmian IMM dilaksanakan di Gedung Dinoto Yogyakarta dengan penandatanganan 'Enam Penegasan IMM' oleh KHA. Badawi, yaitu:
1. Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan  mahasiswa Islam
2. Menegaskan bahwa Kepribadian Muhammadiyah  adalah landasan perjuangan IMM
3. Menegaskan bahwa fungsi IMM adalah eksponen mahesiswa dalam Muhammadiyah
4. Menegaskan bahwa IMM adalah organisasi mahasiswa yang sah dengan mengindahkan segala hukum, undang-undartg, peraturan,  serta dasar dan falsafah negara
5. Menegaskan bahwa ilmu adalá amaliah dan  amal adalah ilmiah
6. Menegaskan bahwa amal WJA aMah lillahi  ta'ala dan senantiasa diabdWan untuk kepentingan rakyat.

  Tujuan akhir kehadiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah untuk pertama kalinya ialah membentuk  akademisi Islam datam rangka metaksanakan tujuan Muhammadiyah. Sedangkan aktifitas IMM pada awal kehadirannya yang paling menonjol ialah kegiatan keagamaan dan pengkaderan, sehingga seringkali IMM pada awal kelahirannya disebut sebagai Kelompok Pengajian Mahasiswa Yogya (Farid Fathoni, 1990: 102).
 Adapun maksud didirikannya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah antara lain adatah sebagai berikut:
1. Turut memelihara martabat dan membela  kejayaan bangsa
2. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
3.Sebagai upaya menopang, melangsungkan, dan meneruskan cita-cita pendirian Muhammadiyah
4. Sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna  amal usaha Muhammadiyah
5. Membina, meningkatkan, dan memadukan iman dan ilmu serta amal dalam kehidupan bangsa, ummat, dan persyarikatan
 Dengan berdirinya IMM lokal Yogyakarta, maka berdiri pulalah IMM lokal di beberapa kota lain di Indonesia, seperti Bandung, Jember, Surakarta, Jakarta, Medan, Padang, Tuban, Sukabumi, Banjarmasin, dan lain-lain. Dengan demikian, mengingat semakin besarnya arus perkembangan IMM di hampir seluruh kota-kota universitas, maka dipandang perlu untuk meningkatkan IMM dari organisasi di tingkat lokal menjadi organisasi yang berskala nasional dan mempunyai struktur vertikal.
 Atas prakarsa Pimpinan IMM Yogyakarta, maka bersamaan dengan Musyawarah IMM se-Daerah Yogyakarta pada tanggal 11-13 Desember 1964 diselenggarakan Musyawarah Nasional Pendahuluan IMM seluruh Indonesia yang dihadiri oleh hamper seluruh Pimpinan IMM Lokal dari berbagai kota. Musyawarah Nasional tersebut bertujuan untuk mempersiapkan kemungkinan diselenggarakannya Musyawarah Nasional Pertama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada bulan April atau Mei 1965. Musyawarah Nasional Pendahuluan tersebut menyepakati penunjukan Pimpinan IMMYogyakarta sebagai Dewan Pimpinan Pusat Sementara IMM (dengan Djazman al-Kindi sebagai Ketua dan Rosyad Saleh sebagai Sekretaris) sampai diselenggarakannya Musyawarah Nasional Pertama di Solo.
Dalam Musyawarah Pendahuluan tersebut juga disahkan asas IMM yang tersusun dalam 'Enam Penegasan IMM', Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IMM, Gerak Arah IMM, serta berbagai konsep lainnya, termasuk lambang IMM, rancangan kerja, bentuk kegiatan, dan lain-lain.

PRINSIP DASAR ORGANISASI

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah gerakan mahasiswa Islam yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaan. Tujuan IMM adatah mengusahakan terbentuknyaakademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
Dalam mencapai tujuan tersebut, Ikatan  Mahasiswa Muhammadiyah melakukan beberapa  upaya strategis sebagai berikut :
1.   Membina para anggota menjadi kader persyarikatan Muhammadiyah, kader umat,
 dan kader bangsa, yang senantiasa setia  terhadap keyakinan dan cita-citanya.
2.Membina para anggotanya untuk selalu tertib  dalam ibadah, tekun dalam studi, dan  mengamalkan ilmu pengetahuannya untuk  melaksanakan ketaqwaannya dan pengab diannya kepada allah SWT.
3.Membantu para anggota khusus dan mahasiswa pada umumnya dalam menyelesaikan kepentingannya.
4. Mempergiat, mengefektifkan dan menggembirakan dakwah Islam dan dakwah amar ma'ruf nahi munkar kepada masyarakat khususnya masyarakat mahasiswa.
5. Segala usaha yang tidak menyalahi azas, gerakan dan tujuan organisasi dengan mengindahkan segala hukum yang berlaku dalam Republik Indonesia.

JARINGAN STRUKTURAL IMM
Susunan organisasi IMM dibuat   secara  berjenjang dari tingkat Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan  Komisariat. Dewan Pimpinan Pusat adatah tingkat  pimpinan tertinggi di IMM yang menjangkau ruang lingkup nasional. Dewan Pimpinan Daerah adatah pimpinan organisasi yang menjangkau suatu kesatuan wilayah tertentu yang terdiri dari cabang-cabang IMM. Pimpinan Cabang adalah pimpinan organisasi yang menjangkau satu kesatuan komisariat IMM. Komisariat IMM adatah kesatuan anggota-anggota IMM dalam sebuah perguruan tinggi atau kelompok tertentu. Saat ini, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah telah menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

PROGRAM KERJA
Secara umum program kerja IMM dilaksanakan untuk memantapkan eksistensi organisasi demi  mencapai tujuannya, "mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah" (AD IMM Pasal 6). Untuk menunjang pencapaian tujuan IMM tersebut, maka perencanaan dan pelaksanaan  program kerja diorientasikan bagi terbentuknya  profil kader IMM yang memiliki kompetensi dasar  aqidah, kompetensi dasar intelektual, dan  kompetensi dasar humanitas. Sebagai organisasi yang      bergerak       di     bidang      keagamaan,  kemasyarakatan, dan kemahasiswaan, maka  program kerja IMM pada dasarnya tidak bisa lepas  dari tiga bidang garapan tersebut. Perencanaan dan  pelaksanaan program kerja tersebut memiliki  stressing yang berbeda-beda (berurutan dan saling  menunjang) pada masing-masing level  kepemimpinan.
 *     Di tingkat Komisariat: kemahasiswaan, perkaderan,keorganisasian,kemasyarakatan.
 *     Di tingkat Cabang: Perkaderan, kemahasiswaan, keorganisasian, kemasyarakatan.
 *     Di tingkat Daerah: keorganisasian, kemasyarakatan, perkaderan, kemahasiswaan.
 *     Di tingkat Pusat: Kemasyarakatan, keorganisasian, perkaderan, kemahasiswaan.
 Berkaitan dengan program kerja jangka panjang, maka sasaran utamanya diarahkan pada upaya perumusan visi dan peran sosial politik IMM memasuki abad XXI. Hal ini tidak lepas dari ikhtiar  untuk memantapkan eksistensi IMM demi tercapainya tujuan organisasi (lihat AD IMM Pasal 6). Sasaran utama dan program jangka panjang ini  merujuk pada dan melanjutkan prioritas program yang telah diputuskan pada Muktamar Vll IMM di  Purwokerto (1992). Program dimaksud menetapkan  strategi pembinaan dan pengembangan organisasi  secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan  selama Lima periode Muktamar IMM.
 Periode Muktamar IX diarahkan pada  pemantapan konsolidasi internal (organisasi,  pimpinan, dan program) dengan meningkatkan  upaya pembangunan kualitas institusional dan  pemantapan mekanisme kaderisasi dalam  menghadapi perkembangan situasi sosial politik  nasional yang semakin dinamis. Periode Muktamar  X diarahkan pada penguatan orientasi kekaderan  dengan meningkatkan mutu sumber daya kader  sebagai penopang utama kekuatan organisasi  datam transformasi sosial masyarakat. Periode  Muktamar XI diarahkan pada penguatan peran  institusi organisasi baik secara internal (pelopor,  pelangsung, dan penyempurna gerakan pembaruan dan amal usaha Muhammadiyah) maupun eksternal  (kader umat dan kader bangsa).
  Periode Muktamar XII diarahkan pada pemantapan peran IMM dalam wilayah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara memasuki era globalisasi yang lebih luas. Periode Muktamar XIll diarahkan pada pemberdayaan institusi organisasi serta pemantapan peranan IMM dalam kehidupan sosial politik bangsa.
Kemudian pelaksanaan program jangka panjang itu memiliki sasaran khusus pada masing-masing bidangnya. Bidang Organisasi diarahkan pada terciptanya struktur dan fungsi organisasi serta mekanisme kepemimpinan yang mantap dan mendukung gerak IMM dalam mencapai tujuannya. Program konsolidasi gerakan IMM juga diarahkan bagi terciptanya kekuatan gerak IMM baik ke datam maupun ke luar sebagai modal penggerak bagi pengembangan gerakan IMM.
Bidang Kaderisasi diarahkan pada penguatan tiga kompetensi dasar kader IMM (aqidah, intelektual, dan humanitas) yang secara dinamis mampu menempatkan diri sebagai agen pelaku perubahan sosial bagi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi diarahkan pada pembangunan budaya iptek dan penguatan paradigma ilmu yang melandasi setiap agenda dan aksi gerakan IMMdalam menyikapi tantangan zaman.
       Bidang Hikmah diarahkan pada penguatan peran sosial politik IMM di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam peran serta dan partisipasi sosial politik generasi muda (mahasiswa). Bidang Sosial Ekonomi diarahkan pada penumbuhkembangan budaya dan wawasan wiraswasta di lingkungan IMM, terutama dalam membangun dan memberdayakan potensi ekonomi kerakyatan. Bidang Immawati diarahkan pada upaya penguatan jati diri dan peran aktif sumber daya kader puteri IMM dalam transformasi social menuju masyarakat utama.


Sumber: http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-87-det-imm.html

Kamis, 21 April 2016

Sungguh Engkau yang Maha Heba

senandung pagi menyapaku saat membuka mata. tanpa pernah kusadari bahwa air embun menetes di wajahku. sungguh indah nikmat Allah yang diberikan kepada hambaNya. tanpa kita minta Allah memberikan indahnya dunia, nikmatnya dunia tanpa pernah meminta imbalan. bayangkan saja, bila kita diminta untuk membayar atas apa yang telah ia berikan. membayar oksigen yang tiap hari kita hirup saja, mungkin berkerja dengan gaji terbanyakpun tak sudi kita bisa membayarnya. tapi, Allah sungguh maha baik bagi kita. 
cinta kasih dan sayang tak akan tergantikan bagi apa saja yang terdapat dimuka bumi. Allahlah tuhan yang sungguh luar biasa. perlu kita sadari bahwa tida tuhan selain Allah. tapi mengapa kita selalu ragu, bahkan pernah kita lupa ketika saat bahagia menghapirinya. kita hanya ingat bila kesedihan atau kesusahan menghampiri. oh.. sungguh kita tergolong manusia yang merugi.


Senin, 14 Maret 2016

Di Bulan Ramadhan pun Masjid juga Sepi



Di Bulan Ramadhan pun Masjid juga Sepi
By: Putri Nur Jannah (PK Averoes)

Mungkin disini kalian bertanya-tanya mengapa saya mengambil sebuah judul masjid vs pasar. Apa tidak ada judul yang lebih baik dari ini. Taukah anda bulan ramadhan merupakan bulan yang sangat mulia. Banyak manusia yang menantikan kedatangannya. Sebab telah kita ketahui bersama bahwa bulan ini membawa banyak berkah, banyak keutamaan-keutamaan yang tiada terkira. Amalan-amalan yang kita lakukan pun akan dilipatgandakan  tidak seperti pada bulan-bulan yang lainnya.
Fenomena yang sering kita lihat dimasyarakat yaitu bila memasuki bulan ramadhan mereka membicarakan nanti aku akan sholat terawih di masjid ini dan itu. Mempersipkan baju dan mukenah serta sajadah untuk sholat terawih. Puasa hari pertama saat mendengarkan adzan berbuka, langsung meneguk air setelah itu pergi ke masjid. Jika tidak langsung melaksanakan sholat maghrib. Kemudian makan makanan berbuka yang telah dipersiapkan. Tidak berlama-lama dalam berbuka, langsung menuju ke masjid untuk sholat terawih.
Hari pertama puasa dan hari kedua sholat terawih. Subhanallah shaf begitu banyak telat lima menit saja sudah tidak mendapatkan shof terdepan. Sungguh bulan ramadha telah menarik umat manusia untuk keluar dari rumahnya melakukan sholat berjamaah di masjid. Tapi, akankah inu berjalan lama. Akankah hari-hari selanjutnya seperti itu. Masjid akan semakin ramai dengan banyaknya para jamaah sholat terawih dan para tadarus Al-qur'an. Ataukah justru semakin menyusut shaf-shaf sholat.
A.    Masjid
Masjid adalah tempat yang digunakan oleh umat islam dalam melakukan kegiatan beribadah kepada Allah SWT. Mulai dari melakukan sholat berjamaah, mengaji Al-qur'an dan kegiatan yang lainnya. Masjid juga merupakan salah satu sarana untuk menjalin sebuah silaturahim antara umat islam. Mulai yang kecil hingga dewasa, mulai yang kaya sampai yang miskin semuanya dipersatukan dalam satu masjid. Tidak ada perbedaan diantara mereka.
Tempat yang paling disukai Allah di dunia adalah masjid dan tempat yang paling Dia benci adalah pasar. Ini dijelaskan dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjid dan tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasar.” (HR. Muslim)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya):
إِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّڪَوٰةَ وَلَمۡ يَخۡشَ إِلَّا ٱللَّهَ‌ۖ فَعَسَىٰٓ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ (١٨(
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah: 18)
Memakmurkan masjid menjadi ciri dan hak bagi orang beriman. Mereka adalah orang-orang pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Adapun makna “memakmurkan masjid” ini adalah membangun dan mendirikan masjid, mengisi dan menghidupkannya dengan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala, menghormati dan memeliharanya dengan cara membersihkannya dari kotoran-kotoran dan sampah serta memberinya wewangian.
Dengan kata lain semua bentuk ketaatan apapun yang dilakukan di dalam masjid atau terkait dengan masjid maka hal itu termasuk bentuk memakmurkannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengabarkan kabar gembira kepada orang yang terpaut hatinya pada masjid,
“Tujuh golongan yang Allah akan menaungi mereka pada suatu hari (hari kiamat) yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; (diantaranya) Seorang penguasa yang adil, pemuda yang dibesarkan dalam ketaatan kepada Rabbnya, seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, ….” (Muttafaqun alaihi)
Akan tetapi fenomena dalam masyarakat masjid ramai hanya saat awal-awal bulan ramadhan saja. Sepuluh hari terakhir bulan ramadhan pun mulai terlihat masyarakat meninggalkan shaf-shaf sholatnya. Mereka mulai malas menginjakkan kakinya di rumah Allah. Tempat yang paling dicintai oleh Allah. Banyak manusia yang enggan menginjakkan kakinya ke masjid. Justru mereka lebih senang mengunjungi tempat selain masjid. Padahal cukup datang ke masjid, lalu sholat dan membaca Al-qur'an tanpa mengelarkan sepeser rupiahpun tak mau. Padahal jika kita ke tempat lain bisa saja membutuhkan banyak biaya, uang 50 ribu tak akan cukup.
B.     Pasar
Pasar adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli. Tempat dimana terjadinya nilai tukar menukar antara uang dan barang ataukah sebaliknya. Dalam zaman yang semakin maju, pasar tidak hanya saja pasar tradisional tapi juga pasar modern seperti mall. Banyak manfaat yang bisa kita dapatkan di pasar. Tapi juga ada beberapa kemadharatan di dalam pasar. Mengomentari hadits tersebut Imam Nawawi berkata “karena pasar adalah tempat penipuan, kebohongan, riba, sumpah palsu, ingkar janji dan berpaling dari dzikrullah (mengingat Allah) dan lain sebagainya.”
Pasar merupakan tempat yang melalaikan. Lalai terhadap pekerjaan yang telah menanti, lalai untuk segera pulang dan makin parahnya yaitu lalai dalam mengingat Allah. Lihat saja saat adzan berkumandang. Suara adzan dikalahkan dengan hiruk pikuk suasana pasar. Mereka tidak bersegera pergi ke masjid untuk menunaikan sholat melainkan tetap duduk ditempatnya untuk melayani pembeli. Begitupun dengan pembeli tidak bersegera ke masjid tapi tetap saja melanjutkan aktifitasnya memilih baju. Baju baru untuk sholat idul fitri. Padahal tidak ada perintah untuk memakai baju baru saat lebaran.
Justru yang diminta yaitu memakai pakaian yang baik. Disini baik bukan berarti harus baru. Yang setiap tahunnya saat lebaran membelinya. Al-Haifz Ibnu Jarir rahimahullah berkata, "Diriwayatkan dari Ibnu Abu Dunya dan Baihaqi dengan sanad shahih sampai ke Umar, bahwa beliau memakai baju yang terbaik pada dua hari raya (idul fitri dan idul adha)." Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, "Disunnahkan bagi laki-laki pada hari raya untuk berhias dan memakai pakaian yang terbaik." (Majmu Fatawa Wa Rosail Ibnu Utsaimin, 13/2461)
Dijelaskan pula bahwa manusia dilarang untuk berlama-lama di dalam pasar. Sesuai dengan perkataan, Salman al-Farisi berkata, “Jika engkau bisa, jangan sekali-kali menjadi orang yang pertama kali masuk pasar dan paling akhir keluar darinya. Karena di situlah medan pertempuran dengan setan, dan di sana setan menancapkan benderanya.” (atsar riwayat Muslim)
Allah Subhanahu wa Ta’ala membenci pasar, maka sudah sepantasnyalah seorang mukmin juga membencinya, dia membenci apa yang dibenci Rabbnya.
Dalam hal ini kita tidak dilarang untuk mengunjungi pasar. Akan tetapi yang tidak diperbolehkan yaitu jika melalaikan melakukan ibadah kepada Allah. Karena di pasar juga merupakan tempat untuk mencari nafkah bagi penjual dan tempat untuk mencari kebutuhan bagi para pembeli. Akan tetapi sebagai muslim dan muslimah janganlah kita bersenang jika berlama-lama di dalam pasar. Sebab didalamnya tidaklah menimbulkan keuntungan. Cukup waktu seperlunya saja untuk berlama disana sesuai dengan kebutuhan. Jika telah selesai lekas untuk meninggalkan pasar dan kembali ke rumah atau ketempat yang disenangi oleh Allah.
C.     Amalan di Masjid di terakhir bulan ramadhan
  1. Lebih giat dan bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah.
Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga senantiasa meningkatakan amalan ibadahnya di 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan. Hal ini dan sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ.
“Pada 10 hari terakhir (di bulan Ramadhan) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih bersungguh-sungguh (dalam beribadah) melebihi hari-hari yang lainnya.” (HR. Muslim no. 1175)
  1. Menghidupkan malam-malamnya dengan memperbanyak ibadah.
Di awal-awal Ramadhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya menyertai ibadah shalat dan puasanya dengan tidur, namun jika telah masuk pada 10 hari terakhir maka beliau pun mengurangi kapasitas tidurnya. Dan beliau memanfaatkan malam-malamnya untuk beribadah kepada Allah.
Di dalam musnad Imam Ahmad rahimahullah terdapat hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang menyebutkan bahwa:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْلِطُ الْعِشْرِينَ بِصَلَاةٍ وصَوْمٍ وَنَوْمٍ، فَإِذَا كَانَ الْعَشْرُ شَمَّرَ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ.
 “Pada 20 hari yang pertama (di bulan Ramadhan) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengkombinasikan antara shalat, puasa dan tidurnya. Namun jika telah masuk pada 10 hari yang terakhir beliau bersungguh-sungguh dan mengencangkan sarungnya (menjauhi istri-istrinya).” (HR. Ahmad [6/68, 146])
  1. Membangunkan anggota keluarga.
Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga senantiasa membangunkan keluarganya untuk shalat, memperbanyak dzikir dan bersungguh-sungguh dalam mengamalkan malam-malam bulan Ramadhan yang penuh barakah ini.
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ.
 “Jika telah datang 10 hari yang terakhir (di bulan Ramadhan) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malamnya (dengan beribadah), dan beliau juga membangunkan keluarganya (untuk beribadah).” (HR. al-Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)
Pada 10 hari yang terakhir merupakan kesempatan emas bagi setiap muslim untuk memperoleh pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka dari itu kita harus bersungguh-sungguh dalam beribadah di dalamnya, karena kita tidak akan pernah tahu apakah kita masih bisa bertemu lagi dengan bulan Ramadhan yang akan datang atau tidak.

  1. Beri’tikaf
I’tikaf adalah menetap di dalam masjid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah. Dan hal ini merupakan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disebutkan di dalam al-Quran dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلاَ تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
 “Janganlah kamu campuri mereka (istri-istrimu) itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid.” (QS. al-Baqarah [2]: 187)
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
 “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu beri’tikaf di 10 hari yang terakhir dari bulan Ramadhan hingga Allah Ta’ala mewafatkannya. Kemudian setelah beliau wafat, istri-istri beliau juga senantiasa beri’tikaf.” (HR. al-Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172)
  1. Besungguh-sungguh dalam meraih malam lailatul qadar.
Pada penghujung bulan Ramadhan, tepatnya di 10 (sepuluh) malam yang terakhir terdapat lailatul qadar, yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan dan keberkahan yang mana pahala ibadah seorang hamba akan dilipat gandakan. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa lailatul qadaritu lebih baik dari seribu bulan.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
 “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan, Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”(QS. al-Qadr [97]: 1-3)
Maka dari itu, setiap muslim hendaknya bersungguh-sungguh untuk bisa mendapatkan lailatul qadar, terutama di 10 malam terakhir pada bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
 “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. al-Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha)
D.    Perilaku Konsumtif semakin meningkat
Dalam bulan ramadhan seharusnya kebutuhan konsumsi semakin menurun, akan tetapi kenyataannya justru semakin banyak pengeluaran untuk makanan, beli baju baru dan sebagainya. Jika saat berbuka tidak makan es janggelan, es campur dan makanan yang lainnya itu terasa tidak special. Apalagi jika telah mendekati lebaran kurang terasa jika tidak memasak ketupat, opor ayam, kue kering dan minuman yang menyegarkan. Tak ketinggalan pula membeli baju baru, sepatu baru dan aksesoris baru untuk menunjang penampilan menjadi semacam prasyarat. Yang ditakutkan jika nanti bertemu sanak keluarga dan teman tidak mengenakan baju baru bisa menjadi sebuah gunjingan. Ini bukan hanya dilakukan oleh satu orang melainkan banyak orang. Sudah menjadi kewajiban saat lebaran untuk melakukan beli sana beli sini.
Dengan banyaknya permintaan apakah persediaan barang juga mencukupi? Itulah menjadi permasalahan semakin banyaknya peminat dan barang yang diminati kurang banyak dipasaran. Hal inilah yang menjadikan harga barang semakin mahal. Akan tetapi ramadhan selalu disambut dengan belanja besar-besaran.
      Swalayan dan mall mengadakan promo besar-besaran menjelang ramadhan dan menjelang lebaran. Baju baru discount 50% bahkan hingga 70%. Padahal jika dihitung-hitung sama saja halnya dengan bulan-bulan sebelum ramadhan dan sesudahnya. Hanya berbeda yang ini dapat discount besar-besaran yang biasanya hanya discount 10% saja.
E.     Lebih memilih yang mengeluarkan uang dari pada yang tidak
Fenomena sekarang masnyarakat justru lebih senang mengeluarkan uangnya untuk beli barang-barang yang hanya digunakan untuk saat lebaran saja. Tapi malas untuk melakukan suatu amalan yang itu benar-benar mendapatkan pahala yang luar biasa. Mereka lebih senang pergi ke pasar, Pasar lebih padat dan ramai sampai-sampai ketika lewat badanpun tersa tidak mau berpindah dari tempatnya. Bukannya betah tapi macet.
Seseorang jika diminta untuk membaca Al-Qur’an ketika telah selesai sholat terawih mereka beralasan ngantuk, capek dan alasan yang lainnya. Tapi jika pergi kepasar lima jampun tak akan terasa membosankan dan melelahkan. Sepuluh hari terakhir bulan ramadhan sangat ironis sekali melihat pemandangan di dalam masjid. Shaf-shaf sholat terawih hanya tinggal 5 shaf. Yang pada hari-hari sebelumnya, pertama kali sholat terawih tempat sholat sesak dengan jamaah. Tapi menginjak sepuluh hari terakhir sepi dan yang tertinggal hanyalah segelintir orang saja.

F.      Referensi

1.      http://www.muadz.com/amalan-di-10-hari-terakhir-bulan-ramadhan/

2.      http://alfathonah.blogspot.com/2012/08/akhir-ramadhan-antara-masjid-dan-pasar_15.html

3. http://www.kompasiana.com/ratihnoko/mengenal-lebaran-effect_54f6b251a33311495d8b460b