PERKADERAN
JANTUNG IKATAN
Oleh:
Putri Nur Jannah (Kabid Kader PK. IMM Averoes UMSIDA)
Disusun
sebagai syarat kepesertaan Latihan Instruktur Dasar PC. IMM Sidoarjo
Latar Belakang
Kader (prancis: cadre) berarti elite, ialah bagian yang terpilih, yang
terbaik karena terlatih, berarti jantung suatu organisasi. Kalau kader lemah
maka suatu organisasi tidak bisa bekembang dan berjalan, maka seluruh elemen
organisasi itu lemah juga. Sedangkan jika kader itu kuat maka seluruh elemen
dalam organisasi itu kuat. Kader merupakan suatu inti dari suatu resimen. Daya
juang resimen ini sangat tergantung dari niali kadernya, yang merupakan tulang
punggung, pusat semangat dan avant-gardennya. Maka jelaskah bahwa hanya
orang-orang yang bermutu itulah, yang terpilih dan pengalaman dalam medan
pertempuran, yang taat dan berinisiatif yang dapat disebut kader.
Kader disebut quadrum yang berarti empat persegi panjang atau kerangka.
Dengan demikian kader dapat didefinisikan sebagai kelompok manusia yang terbaik
karena terpilih yaitu merupakan inti dan tulang punggung (kerangka) dari
kelompok yang lebih besar dan terorganisir secara permanen.
Sistem perkaderan diartikan seperangkat unsur dari keseluruhan komponen
yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas yang
berhubungan dengan kader dan kaderisasi. sebagai sebuah sistem, unsur-unsur
yang terkandung dalam sistem perkaderan yaitu tujuan perkaderan, arah
perkaderan, profil kader, jenis dan bentuk perkaderan, struktur perkaderan,
kurikulum perkaderan, dan pengorganisasian perkaderan.
Perkaderan tidaklah dimulai pada saat sekarang saja. Dahulunya Rasulullah
juga melakukan sebuah perkaderan untuk melanjutkan perjuangan dakwahnya dalam
menyebarkan agama Islam. Begitu pula pada organisasi Islam terbesar yakni Muhammadiyah.
Sebagai rangka melanjutkan estafet kepemimpinan diperlukan sebuah proses
kaderisasi. Dan tak tertinggal pula salah satu organisasi otonom Muhammadiyah
yakni IMM juga melakukan rekruitmen atau pencarian kader sebagai penerus
pengemban amanah dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan berfastabiqul khairat. \
Kaderisai menurut islam diartikan sebagai usaha mempersiapkan calon-calon
pemimpin hari esok yang tangguh dalam mempertahankan dan mengembangkan
identitas khoiruh ummah, umat terbaik. Ini sesuai dengan seruang Allah dalam QS.
Al-Imran: 110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik.
Dalam artikel ini akan dijelaskan sistem perkaderan pada masa Rasulullah,
sistem perkaderan yang ada di Muhammadiyah, sistem perkaderan Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah dan korelasi antara ketiga sistem perkaderan tersebut. Bahwa ada
garis merah antara tiga sistem perkaderan tersebut.
Sistem
Perkaderan Rasulullah
Dalam melakukan kaderisasi Rasulullah tidak sembanrangan. Beliau melakukan
apa yang ia katakan kepada kadernya. Sehingga kadernya menjadi taat dan
melaksanakan apa yang beliau serukan.[1]
Kunci sukses kaderisasi juga Allah ingatkan dalam al-qur’an surat ash-Shaff
ayat 2-3 yang artinya (2) Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (3) Amat besar kebencian di sisi
Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Darul Arqam, sebuah rumah di wilayah mekah milik salah seorang sahabat yang
menjadi temapat Rasulullah saw mengkader para sahabatnya sebelum peristiwa
hijrah ke Madinah. Ditempat itu selama 13 rahun Rasulullah mencetak generasi
yang menjadi penyokong-penyokong utama menegakkan dahwah nubuwah.
Stategi yang digunakan Rasulullah dalam mendidik mereka adalah melalui
keteladanan. Rasulullah tidak hanya menyampaikan, akan tetapi mempratikkan
ajarannya secara langsung kepada mereka.
Sasaran kaderisasi Rasulullah yaitu orang terdekatnya seperti para
sahabatnya yakni Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin al-Khattab dan para sahabat yang
lainnya. Adapun muatan yang digunakan
dalam proses awal kaderisasi yakni penanam aqidah Islam secara menyeluruh dan
mendalam. Secara garis besar Rasulullah melakukan pembinaan dan pengajaran
periode Makkah yaitu pendidikan tauhid dalam teori dan praktek serta pendidikan
al-Qur’an. Sedangkan pembinaan dan pengajaran di Madinah yaitu pembentukan dan
pembinaan masyarakat baru menuju satu
kesatuan sosiopolitik, Pendidikan politik dan kewarganegaraan.
Sistem
Perkaderan Muhammadiyah
Perkaderan dalam Muhammadiyah lahir seiring dengan proses pembinaan calon
anggota dan anggota Muhammadiyah untuk menghasilkan tenaga-tenaga inti penerus
misi dan gerakan Muhammadiyah yang dilaksanakan melalui berbagai upaya serta
media, baik langsung maupun tidak langsung.[2]
Perkaderan semacam ini dimulai saat kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan dan
pemimpin-pemimimpin Muhammadiyah selanjutnya dengan cara dan metode yang
berbeda, namun semangat yang dikandungnya yang sama.
Perkembangan Muhammadiyah yang begitu pesat dengan banyaknya amal usaha
yang dimiliki. Itu semua tidaklah dapat dipisahkan dari kegiatan kaderisasi dan
pendidikan kader. Muhammdiyah lahir, terus berkembanga, begitu pula program
pendidikan atau pembinaan kader menjadi program yang diutamakan dengan
metode-metode dan sistem pengajian, latihan, pendidikan formal (pembinaan
kader, kaderisasi, perkaderan) merupakan tuntutan yang tidak dapat dilepaskan
dari keberadaan serta perkembangan Muhammadiyah. Bahwasannya pada masa
mendatang jauh lebih menuntut penanganan yang serius, terprogram secara baik
dan strategis.[3]
Kaderisasi dalam Muhammadiyah menjadi kebutuhan yang utama disebabkan
perkembangan yang dihadarpi Muhammadiyah, potensi dan kebesarannya,
masalah-masalah yang dihadapi, dan tantangan besar yang menantang di depannya
sedemikian kompleks dan sarat kedinamisan. Maka lebih menjadi kebutuhan lagi,
bila diproyeksikan ke masa depan Muhammadiyah, yang jelas-jelas membutuhkan
persiapan generasi yang tanggung dalam segalanya. Perhatian, motivasi serta
partisipasi kepada Muhammadiyah didasarkan atas rasa ketertarikan moral Islami
dan ukhuwah Islamiyah, tentu positif. Namun jika ketertarikan dilihat sebagai
fasilitas sosial, ekonomi, politik, maka perlu diseleksi.
Karya-karya filosofis yang sebagai jawaban kekaburan serta pergeseran nilai
di dalam kehidupan Muhammadiyah yang merujuk kepada nilai-nilai Islam dan jiwa
gerak Muhammadiyah. Sedangkan di fihak lain sebagai upaya pemagaran terhadap
pengaruh-pengaruh luar secara filosofis dengan tidak meremehkannya. Karya itu
adalah Muqaddimah Angggaran Dasar Muhammadiyah. Demikian kelahiran rumusan
Khittah perjuangan Muhammadiyah, juga rumusan kepribadian, Matan Keyakinan dan
Cita-cita Hidup Muhammadiyah. [4]
Untuk menjawab itu semua diperlukan sebuah pendekatan filosofis. Uregensi
pendekatan filosofis dikaitakan pada Muhammadiyah dalam kedudukannya Gerakan
Islam, Gerakan Tajdid, Gerakan Dakwah secara sebenar-benarnya. Dengan
pendekatan filosofis tersebut maka akan dapat difahami peta permasalahan yang
secara mendasar maupun menyeluruh. Dengan pendekatan folosofis dapat diupayakan
langkah penanaman ideologis dalam bentuk pembinanaan nilai-nilai Islam dan
perilaku kepemimpinan serta perilaku bermuhammadiyah bagi segenap anggota
Muhammadiyah secara terprogram.
Hakekat kader muhammadiyah bersifat tunggal, yang terkontrol dalam tema
”Hanya Satu Kader Muhammadiyah”. Sedangkan fungsi tugasnya bersifat ke dalam
dan ke luar, yakni sebagai kader persyarikatan, keder umat, dan kader bangsa.
Adapun misi utamanya adalah membawa Muhammadiyah mencapai tujuannya. Dalam
menjalankan tugasnya kader harus mempunya cara berfikir, sikap mental, kesadran
beragama dan berorganisasi, serta keiklasahan.
Ada beberapa startegi perjuangan Muhammadiyah yang dilakukannya sebagai
Gerakan Islam, tajdid dan dakwah yaitu:
1. Strategi kelembagaan
a.
Urgensi pendekatan sistem terhadap Muhammadiyah
b.
Kedudukan dan fungsi lembaga-lembaga/badan-badan
dalam Muhammadiyah:
1) kedudukan dan fungsi
majlis
2) kedududukan dan
fungsi badan
3) kedudukan dan fungsi
ortom
4) kedudukan dan fungsi
Amal usaha
c.
Esensi dan fungsi organisasi sebagai istrumen
gerakan.
d.
Pola dan mekanisme antar lembaga/badan
e.
Manajemen organisasi
f.
Aspek rekruitmen personal pimpinan persyarikatan
dan amal usaha
g.
Kepemimpinan sebagai arus penggerak
2. Strategi
Sosial-Budaya
a.
Peran global Muhammadiyah dalam dimensi politik,
kemasyarakatan, kebangsaan, ilmu pengetahuan ekonomi dan pendidikan.
b.
Peran Muhammadiyah dalam dimensi keagamaan dan
kehidupan umat.
c.
Alternatif pola gerakan dalam dimensi tersebut.
3. Strategi perkaderan
a.
Pendidikan kader persyarikatan
b.
Pendidikan kader umat
c.
Pendidikan kader bangsa
Stategi perekrutan kader Muhammadiyah yaitu secara
internal dan eksternal. Secara internal yaitu melakukan pemantapan pemahaman
ideologi Muhammadiyah di kalangan teman-teman, saudara dan anggota keluarga
sendiri. Sedangkan secara eksternal yaitu melakukan perluasan-perluasan akses
ke wilayah-wilayah yang dianggap memiliki potensi sumber daya manusia. Khusus
rekrutmen ini, dilakukan dengan keterbukaan, transparan dan selektif.[5]
Muatan atau kurikulum dalam suatu perkaderan tidak lain adalam merupakan
program yang direncanakan secara otomatis untuk mencapai tujuan dari perkaderan
yang dimaksud. Melalui pembinaan Ideologis dan kepemimpinan, tujuan perkaderan
dalam Muhammadiyah adalah terbentuknya kader Muhammadiyah, sebagai kader
persyarikatan, kader ummat dan kader bangsa sesuai dengan misi Muhammadiyah.
Bahwa ada 6 jenis materi kurikulum inti yang dikembangkan dalam perkaderan
Muhammadiyah yaitu:
1. Hakekat Islam
2. Metodologi Pemahaman
Islam
3. Sejarah Gerakan
Pembharuan
4. Muhammadiyah sebagai
Gerakan Islam
5. Kapita Selekta
6. Strategi perjuangan
Muhammadiyah
Sistem
Perkaderan IMM
Perkaderan dalam IMM harus berjalan dengan baik sebab nadi dari Ikatan
terletak ditangan seorang kader. Sebab kelanjutan perjuangan kepemimpinan
selanjutnya yang akan menjalankan adalah para kader. Estafet kepemimpinan,
kepengurusan serta yang menjalankan sebuah roda organisasi yakni kader. Dalam
Nilai Dasar Ikatan poin kelima menerangkan bahwa Kader IMM merupakan inti
masyrakat utama, yang selalu menyebarkan cita-cita kemerdekaan, keliaan dan
kemaslahatan masyarakat sesuai dengan semangat pembebasan dan pencerahan yang
dilakukan Nabiyullah SAW.[6]
Arah perkaderan IMM bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang
memiliki kapasitas akademik yang memadai sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan zaman yang berakhlakul karimah dengan proyeksi sikap individual yang
madiri, bertanggung jawab dan memiliki komitmen serta kompetisi perjuangan
dakwah. Falsafah perkaderan IMM adalah mengembangkan nilai-nilai uswah,
pedagofi-kritis dan hikmah untuk mewujudkan gerakan IMM sesuai dengan
falsafahnya yakni IMM adalah gerakan intelektual.
Sasaran perkaderan IMM adalah mahasiswa, anggota, calon pimpinan, pimpinan
dan istruktur. Target perkaderan utama diproyeksikan untuk terbentuknya sumber
daya kader struktural dan fungsional yang profesional. Target perkaderan utama
dalah terinternalisasikan nilai-nilia perjuangna visi dan misi IMM sekaligus
terciptanya kader pimpinan yang memiliki kompetensi dan wawasan yang sesuai
dengan tingkatan kepemimpinan masing-masing. Sedangkan target perkaderan khusus
diproyeksikan pada terbentunya pengelola perkaderan yang progesional. Target
perkaderan khusus adalah meningkatnya kualitas sumber daya kader menurut minat,
bakan, profesi, keterampilan dan keahlian di bidang tertentu.[7]
Landasan perkaderan ada tiga landasan yaitu: landasan nilai atau etika
adalah landasan yang mengatur secara normatif dan mendasar seluruh pelaksanaan
kegiatan perkaderan IMM yaitu al-Qur’an dan as-sunnah yang secara operasional
dijabarkan dalam khittah perjuangan Muhammadiyah dan Matan Keyakinan dan
Cita-cita Hidup Muhammadiyah. Landasarna Hukum: pancasila, UUD 1945, UU No 8 th
1985 tentang keormasan. Landasan formal organisasi: keputusan PP Muhammadiyah
tentang Kaidah Ortom, Keputusan muktamar XII IMM di Bandar Lampung, Program
Kerja DPP IMM bidang kader.
Materi kurikulum yang termuat dalam perkaderan IMM dikembangkan da;am lima
kelompok materi yaitu:
1. Materi pokok Ideologi
2. Materi Pokok
keroganisasian/kepemimpinan
3. Materi pokok wawasan;
kapita selekta
4. Materi pokok terapan
5. Muatan lokal
Dari kelima
kelompok materi itu dikembangkan silabi untuk masing-masing komponen dan
jenjangn yang dibangun dengan pendekatan muatan Nasional dan muatan Lokal yang
dikemas secara ideal dan dinamis.
Komponen dan jenjang perkaderan dalam IMM terbagi menjadi:
1. komponen pra
perkaderan yaitu suatu komponen awal yang berfungsi untuk mengenalkan dan
memasyaraktakan IMM, sekaligus sebagai wahana rekruitmen anggota serta sebagai
persiapan untuk memasuki perkaderan Darul Arqom Dasar.
2. komponen perkaderan
utama yaitu komponen utama yang bersifat wajib dan merupakan komponen pokok
perkaderan IMM. Komponen ini bersifat mengikat dan secara struktural menjadi
prasyarat tertentu. Secara berjenjang, perkaderan utama terdiri dari tingkatan-tungkatan
yaitu pDarul Arqam Dasar (DAD), Darul Arqam Madya (DAM) dan Darul Arqam
Paripurna (DAP)
3. komponen perkaderan
khusus yaitu komponen perkaderan yang ditujukan dalam rangka mendukung komponen
utama dengan pendekatan khusus. Komponen ini dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan kemampuan, keterampilan dan kecakpan khusus. Adapun tingkatannya
yaitu Latihan Instruktur Dasar (LID), Latihan Instruktur Madya (LIM) dan
Latihan Instruktur Paripurna (LIP).
4. kompenen perkaderan
pendukung yaitu komponen perkaderan yang dilaksanakan untuk mengingkaykan
potensiu kader sesuai minta, bakat, keterampilan, keahlian serta kemampuan
dalam rangka mendukung keberhasilan proses kaderisasi ikatan. Terdapat
perkaderan pendukung poko juga terdapat perkaderan pendukung tambahan.
Korelasi SPR,
SPM dan SPI
Sistem perkaderan pada masa Rasulullah, sistem perkaderan Muhammadiyah dan
sistem perkaderan IMM saling berhubungan. Secara filosofis sistem perkaderan
Ikatan merupakan penerjemahan perkaderan yang dilakukan Rasulullah. Hal
tersebut dapat dilihat dari nama perkaderan yaitu Darul Arqam. Dimana Darul
Arqam tersebut merupakan tempat awal dimana digunakan Rasulullah untuk
kaderisasi. darul Aqam diambil dari nama sahabat Rasulullah yaitu Arqam Ibn
Abil Arqam. Ditempat itu muncullah generasi awal Islam seperti Abu Bakar, Ali
Ibnu Abi Thalib, Siti Khadijah dan yang lainnya.
Perkaderan yang dilakukan Rasulullah yakni menanamkan nilai-nilai Islam
secara kaffah dan mengubah kesadran hingga timbul kesadaran al syaksiyah faal
fadli (hablum minallah dan hamblum ninanas).[8]
Hubungan dari ketiganya itu disebabkan nama perkaderan yang sama yakni
sama-sama menggunakan Darul Arqam. Darul Arqam saat Rasulullah sebagai awal
lahirnya generasi awal Islam. Darul Arqam pada perkaderan Muhammadiyah merupakan
bentuk perkaderan yang khas dan utama dalam kaderisasi Muhammadiyah yang
bertujuan membentuk cara berfikir dan sikap yang sama tentang Muhammadiyah
sebagai Gerakan Islam, Gerakan Tajdid, dan Gerakan Da’wah Islam Amar Ma’ruf
Nahi Munkar bagi setiap angota serta pimpinan persyarikatan.[9]
Darul Arqam di perkaderan IMM merupakan sebagai tempat internalisasi
nilai-nilai Ikatan dan berorientasi pada Ideologi Ikatan.
Perkaderan
Jantung Ikatan
Mengapa jantung? Sebab jantung adalah sumber kehidupan yang ada didiri
manusia. Jika jantung itu rusak, mati atau hilang. Maka manusia itu tak akan
bisa hidup, manusia itu mati. Sebab jantung merupakan pusat dari seluruh tubuh.
Begitupula IMM, perkaderan merupakan sumbu gerakan, tanpa adanya perkaderan
sebuah gerakan tampak seperti paguyuban kadangkala harus bubar, karena
ketiadaan regenerasi dan lenyapnya semangat ”kesukaan” atau hobi yang menyatu.[10]
Perkaderan sangatlah penting oleh sebab itu dalam membuat sebuah perkaderan
harus sesuai dengan Sistem Perkaderan Ikatan. Ketidakcocokan akan hanya membuat
perkaderan dikatakan gagal. Berdasarkan pengalaman responden hanya 70 persen
perkaderan yang sesuai dengan SPI yang 30 persen tidak sesuai dengan SPI. Hal
inilah yang menyebabkan banyak kader yang kurang mengerti IMM selulus DAD.
Meski sudah selama dua tahun menjadi anggota IMM.
Agar ikatan berjalan dengan lancar, perkaderan harus dijalankan sesuai
dengan Sistem Perkaderan Ikatan. Materi-materi yang disampaikan dan pemateri
harus benar-benar faham dengan materi. Perkaderan dalam IMM ada dua macam yakni formal
dan no-formal. Akan tetapi, sering dijumpai seakan-akan dengan adanya
perkaderan formal maka selesailah proses perkaderan. Padahal penentu yang lebih
besar terhadap proses perkaderan adalah pasca perkaderan (follow up).
Kader sebagai penerus estafet kepemimpinan. Tanpa adanya kader maka
organisasi itu akan mandek, stagnan, tak bisa berjalan. Sebab tidak ada yang
menjalankannya. Siapa yang akan menjalankan jika tidak ada kader? Apa tetap
orang yang sama selama bertahun-tahun. Itu tidak mungkin, sebab manusia akan
mati. Oleh sebab itu diperlukannya kader bagi ikatan.
Pak Din Syamsudin dalam buku karanganny Muhammadiyah untuk Semua, beliau
menuliskan bahwa Muhammadiyah dapat melewati usia satu abad ini karena mampu
melahirkan kader-kader terbaik. Yaitu, kader yang handal yang mampu meneruskan
perjuangan para perintis dan pendahulunya. Saya menyaksikan sendiri bagaimana
ranting, cabang, derah dan wilayah dapat bertahan, tumbuh dan maju karena
memiliki stok kader persyarikatan yang handal. Dibanyak tempat, generasi
pertama perintis persyarikatan amal usaha muhammadiyah mampu menghasilkan
generasi kedua penerus perjuangan muhammadiyah. Malahan ada yang mampu
mempertahankan jalur kaderisasi ini sampai ke generasi ketiga dan keempat. Yang
paling banyak terjadi sekarang, usia kaderisasi di persyarikatan di ranting
atau cabang sudah berlangsung dua generasi dan tiga generasi.
Salah satu jalur yang paling strategis adalah jalur keluarga. Keluarga
perintis muhammadiyah di sebuah tempat mampu melahirkan generasi penerusnya,
demikian seterusnya. Ini biasanya terjadi karena generasi perintis muhammadiyah
ini memang betul-betuk kader militan, handal, saleh dan memiliki daya juang
tinggi serta memiliki visi yang jauh ke depan. Dalam bahasa agama, mereka yang
demikian, selain selalu mencari ridla Allah swt, juga menyadari isi dan makna
sebuah hadits yang menyatakan bahwa kalau seorang anak adam meninggal, maka
terputuslah amalnya kecuali mereka yang memberikan shadaqah jariyah, memberikan
ilmu yang bermanfaat dan melahirkan anak-anak shaleh yang mendoakannya.[11]
Kesimpulan
Perkaderan amatlah penting untuk kelanjutan sebuah organisasi. Oleh sebab
itulah dibuatkan prosedur dalam mengkader yakni Sistem Perkaderan. Agar
perkaderan itu tidak melenceng maka dalam pengelolaan perkaderan harus sesuai
dengan Sistem Perkaderan yang didalamnya sudah sangat lengkap apa kurikulum dan
strategi yang digunakan. Karena kader adalah pemegang estafet selanjutnya
setelah orang sebelumnya dimisioner. Misalnya, angkatan 17 dimisioner maka yang
melanjutkan kepemimpinan adalah angkatan 18 dan angkatan 19. Jika tak ada
kader, maka organisasi itu akan mati.
Daftar Pustaka
Ahmadi,
Markus dan Amminuddin Anwar. 2014. Genealogi Kaum Merah: Pemikiran dan Gerakan. Yogyakarta: Rangkang Education.
DPP IMM.
2011. Sistem Perkaderan Ikatan. Yogyakarta: DPP IMM.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 1990. Sistem Perkaderan Muhammadiyah. Yogyakarta:
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Badan Pendidikan Kader.
Syamsudin,
Din. 2014. Muhammadiyah untuk Semua. Yogyakarta: suara muhammadiyah.
http://aanborneo.blogspot.co.id/2012/07/pengkaderan-muhammadiyah.html?m=1 diakses pada tanggal 08 November
2015.
http://m.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-mahasiswa/pradipta-suarsyaf-mahasiswa-fmipa-itb-kembalik-ke-sistem-kaderisasi-rasulullah.htm. diakses pada tanggal 8 November
2015.
[1] http://m.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-mahasiswa/pradipta-suarsyaf-mahasiswa-fmipa-itb-kembalik-ke-sistem-kaderisasi-rasulullah.htm. diakses pada tanggal 8 November
2015.
[2] Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sistem
Perkaderan Muhammadiyah. (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Badan
Pendidikan Kader. 1990). 1.
[3] Ibid. 9.
[4] Ibid. 13.
[5] http://aanborneo.blogspot.co.id/2012/07/pengkaderan-muhammadiyah.html?m=1 diakses pada tanggal 08 November 2015.
[6]
Markus Ahmadi dan Amminuddin Anwar. Genealogi Kaum Merah: Pemikiran dan Gerakan.
(Yogyakarta: Rangkang Education. 2014). 100.
[7] DPP IMM. Sistem Perkaderan Ikatan.
(Yogyakarta: DPP IMM. 2011). 2.
[8] DPP IMM. Sistem Perkaderan
Ikatan. (Yogyakarta: DPP IMM. 2011). IX.
[9] Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sistem
Perkaderan Muhammadiyah. (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Badan
Pendidikan Kader. 1990). 20.
[10]Markus Ahmadi dan Amminuddin Anwar. Genealogi Kaum Merah: Pemikiran dan Gerakan.
(Yogyakarta: Rangkang Education. 2014).
149.
[11] Din
Syamsudin. Muhammadiyah untuk Semua. (Yogyakarta:
suara muhammadiyah. 2014). 10.



0 komentar:
Posting Komentar