Senin, 14 Maret 2016

PERKADERAN JANTUNG IKATAN



PERKADERAN JANTUNG IKATAN
Oleh: Putri Nur Jannah (Kabid Kader PK. IMM Averoes UMSIDA)
Disusun sebagai syarat kepesertaan Latihan Instruktur Dasar PC. IMM Sidoarjo

Latar Belakang
Kader (prancis: cadre) berarti elite, ialah bagian yang terpilih, yang terbaik karena terlatih, berarti jantung suatu organisasi. Kalau kader lemah maka suatu organisasi tidak bisa bekembang dan berjalan, maka seluruh elemen organisasi itu lemah juga. Sedangkan jika kader itu kuat maka seluruh elemen dalam organisasi itu kuat. Kader merupakan suatu inti dari suatu resimen. Daya juang resimen ini sangat tergantung dari niali kadernya, yang merupakan tulang punggung, pusat semangat dan avant-gardennya. Maka jelaskah bahwa hanya orang-orang yang bermutu itulah, yang terpilih dan pengalaman dalam medan pertempuran, yang taat dan berinisiatif yang dapat disebut kader.
Kader disebut quadrum yang berarti empat persegi panjang atau kerangka. Dengan demikian kader dapat didefinisikan sebagai kelompok manusia yang terbaik karena terpilih yaitu merupakan inti dan tulang punggung (kerangka) dari kelompok yang lebih besar dan terorganisir secara permanen.
Sistem perkaderan diartikan seperangkat unsur dari keseluruhan komponen yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas yang berhubungan dengan kader dan kaderisasi. sebagai sebuah sistem, unsur-unsur yang terkandung dalam sistem perkaderan yaitu tujuan perkaderan, arah perkaderan, profil kader, jenis dan bentuk perkaderan, struktur perkaderan, kurikulum perkaderan, dan pengorganisasian perkaderan.
Perkaderan tidaklah dimulai pada saat sekarang saja. Dahulunya Rasulullah juga melakukan sebuah perkaderan untuk melanjutkan perjuangan dakwahnya dalam menyebarkan agama Islam. Begitu pula pada organisasi Islam terbesar yakni Muhammadiyah. Sebagai rangka melanjutkan estafet kepemimpinan diperlukan sebuah proses kaderisasi. Dan tak tertinggal pula salah satu organisasi otonom Muhammadiyah yakni IMM juga melakukan rekruitmen atau pencarian kader sebagai penerus pengemban amanah dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan berfastabiqul khairat. \
Kaderisai menurut islam diartikan sebagai usaha mempersiapkan calon-calon pemimpin hari esok yang tangguh dalam mempertahankan dan mengembangkan identitas khoiruh ummah, umat terbaik. Ini sesuai dengan seruang Allah dalam QS. Al-Imran: 110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Dalam artikel ini akan dijelaskan sistem perkaderan pada masa Rasulullah, sistem perkaderan yang ada di Muhammadiyah, sistem perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan korelasi antara ketiga sistem perkaderan tersebut. Bahwa ada garis merah antara tiga sistem perkaderan tersebut.

Sistem Perkaderan Rasulullah
Dalam melakukan kaderisasi Rasulullah tidak sembanrangan. Beliau melakukan apa yang ia katakan kepada kadernya. Sehingga kadernya menjadi taat dan melaksanakan apa yang beliau serukan.[1] Kunci sukses kaderisasi juga Allah ingatkan dalam al-qur’an surat ash-Shaff ayat 2-3 yang artinya (2) Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (3) Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Darul Arqam, sebuah rumah di wilayah mekah milik salah seorang sahabat yang menjadi temapat Rasulullah saw mengkader para sahabatnya sebelum peristiwa hijrah ke Madinah. Ditempat itu selama 13 rahun Rasulullah mencetak generasi yang menjadi penyokong-penyokong utama menegakkan dahwah nubuwah.
Stategi yang digunakan Rasulullah dalam mendidik mereka adalah melalui keteladanan. Rasulullah tidak hanya menyampaikan, akan tetapi mempratikkan ajarannya secara langsung kepada mereka.
Sasaran kaderisasi Rasulullah yaitu orang terdekatnya seperti para sahabatnya yakni Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin al-Khattab dan para sahabat yang lainnya.  Adapun muatan yang digunakan dalam proses awal kaderisasi yakni penanam aqidah Islam secara menyeluruh dan mendalam. Secara garis besar Rasulullah melakukan pembinaan dan pengajaran periode Makkah yaitu pendidikan tauhid dalam teori dan praktek serta pendidikan al-Qur’an. Sedangkan pembinaan dan pengajaran di Madinah yaitu pembentukan dan pembinaan  masyarakat baru menuju satu kesatuan sosiopolitik, Pendidikan politik dan kewarganegaraan.

Sistem Perkaderan Muhammadiyah
Perkaderan dalam Muhammadiyah lahir seiring dengan proses pembinaan calon anggota dan anggota Muhammadiyah untuk menghasilkan tenaga-tenaga inti penerus misi dan gerakan Muhammadiyah yang dilaksanakan melalui berbagai upaya serta media, baik langsung maupun tidak langsung.[2] Perkaderan semacam ini dimulai saat kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan dan pemimpin-pemimimpin Muhammadiyah selanjutnya dengan cara dan metode yang berbeda, namun semangat yang dikandungnya yang sama.
Perkembangan Muhammadiyah yang begitu pesat dengan banyaknya amal usaha yang dimiliki. Itu semua tidaklah dapat dipisahkan dari kegiatan kaderisasi dan pendidikan kader. Muhammdiyah lahir, terus berkembanga, begitu pula program pendidikan atau pembinaan kader menjadi program yang diutamakan dengan metode-metode dan sistem pengajian, latihan, pendidikan formal (pembinaan kader, kaderisasi, perkaderan) merupakan tuntutan yang tidak dapat dilepaskan dari keberadaan serta perkembangan Muhammadiyah. Bahwasannya pada masa mendatang jauh lebih menuntut penanganan yang serius, terprogram secara baik dan strategis.[3] 
Kaderisasi dalam Muhammadiyah menjadi kebutuhan yang utama disebabkan perkembangan yang dihadarpi Muhammadiyah, potensi dan kebesarannya, masalah-masalah yang dihadapi, dan tantangan besar yang menantang di depannya sedemikian kompleks dan sarat kedinamisan. Maka lebih menjadi kebutuhan lagi, bila diproyeksikan ke masa depan Muhammadiyah, yang jelas-jelas membutuhkan persiapan generasi yang tanggung dalam segalanya. Perhatian, motivasi serta partisipasi kepada Muhammadiyah didasarkan atas rasa ketertarikan moral Islami dan ukhuwah Islamiyah, tentu positif. Namun jika ketertarikan dilihat sebagai fasilitas sosial, ekonomi, politik, maka perlu diseleksi.
Karya-karya filosofis yang sebagai jawaban kekaburan serta pergeseran nilai di dalam kehidupan Muhammadiyah yang merujuk kepada nilai-nilai Islam dan jiwa gerak Muhammadiyah. Sedangkan di fihak lain sebagai upaya pemagaran terhadap pengaruh-pengaruh luar secara filosofis dengan tidak meremehkannya. Karya itu adalah Muqaddimah Angggaran Dasar Muhammadiyah. Demikian kelahiran rumusan Khittah perjuangan Muhammadiyah, juga rumusan kepribadian, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah. [4]
Untuk menjawab itu semua diperlukan sebuah pendekatan filosofis. Uregensi pendekatan filosofis dikaitakan pada Muhammadiyah dalam kedudukannya Gerakan Islam, Gerakan Tajdid, Gerakan Dakwah secara sebenar-benarnya. Dengan pendekatan filosofis tersebut maka akan dapat difahami peta permasalahan yang secara mendasar maupun menyeluruh. Dengan pendekatan folosofis dapat diupayakan langkah penanaman ideologis dalam bentuk pembinanaan nilai-nilai Islam dan perilaku kepemimpinan serta perilaku bermuhammadiyah bagi segenap anggota Muhammadiyah secara terprogram.
Hakekat kader muhammadiyah bersifat tunggal, yang terkontrol dalam tema ”Hanya Satu Kader Muhammadiyah”. Sedangkan fungsi tugasnya bersifat ke dalam dan ke luar, yakni sebagai kader persyarikatan, keder umat, dan kader bangsa. Adapun misi utamanya adalah membawa Muhammadiyah mencapai tujuannya. Dalam menjalankan tugasnya kader harus mempunya cara berfikir, sikap mental, kesadran beragama dan berorganisasi, serta keiklasahan.
Ada beberapa startegi perjuangan Muhammadiyah yang dilakukannya sebagai Gerakan Islam, tajdid dan dakwah yaitu:
1.      Strategi kelembagaan
a.       Urgensi pendekatan sistem terhadap Muhammadiyah
b.      Kedudukan dan fungsi lembaga-lembaga/badan-badan dalam Muhammadiyah:
1)      kedudukan dan fungsi majlis
2)      kedududukan dan fungsi badan
3)      kedudukan dan fungsi ortom
4)      kedudukan dan fungsi Amal usaha
c.       Esensi dan fungsi organisasi sebagai istrumen gerakan.
d.      Pola dan mekanisme antar lembaga/badan
e.       Manajemen organisasi
f.       Aspek rekruitmen personal pimpinan persyarikatan dan amal usaha
g.      Kepemimpinan sebagai arus penggerak
2.      Strategi Sosial-Budaya
a.       Peran global Muhammadiyah dalam dimensi politik, kemasyarakatan, kebangsaan, ilmu pengetahuan ekonomi dan pendidikan.
b.      Peran Muhammadiyah dalam dimensi keagamaan dan kehidupan umat.
c.       Alternatif pola gerakan dalam dimensi tersebut.
3.      Strategi perkaderan
a.       Pendidikan kader persyarikatan
b.      Pendidikan kader umat
c.       Pendidikan kader bangsa
Stategi perekrutan kader Muhammadiyah yaitu secara internal dan eksternal. Secara internal yaitu melakukan pemantapan pemahaman ideologi Muhammadiyah di kalangan teman-teman, saudara dan anggota keluarga sendiri. Sedangkan secara eksternal yaitu melakukan perluasan-perluasan akses ke wilayah-wilayah yang dianggap memiliki potensi sumber daya manusia. Khusus rekrutmen ini, dilakukan dengan keterbukaan, transparan dan selektif.[5]
Muatan atau kurikulum dalam suatu perkaderan tidak lain adalam merupakan program yang direncanakan secara otomatis untuk mencapai tujuan dari perkaderan yang dimaksud. Melalui pembinaan Ideologis dan kepemimpinan, tujuan perkaderan dalam Muhammadiyah adalah terbentuknya kader Muhammadiyah, sebagai kader persyarikatan, kader ummat dan kader bangsa sesuai dengan misi Muhammadiyah. Bahwa ada 6 jenis materi kurikulum inti yang dikembangkan dalam perkaderan Muhammadiyah yaitu:
1.      Hakekat Islam
2.      Metodologi Pemahaman Islam
3.      Sejarah Gerakan Pembharuan
4.      Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam
5.      Kapita Selekta
6.      Strategi perjuangan Muhammadiyah

Sistem Perkaderan IMM
Perkaderan dalam IMM harus berjalan dengan baik sebab nadi dari Ikatan terletak ditangan seorang kader. Sebab kelanjutan perjuangan kepemimpinan selanjutnya yang akan menjalankan adalah para kader. Estafet kepemimpinan, kepengurusan serta yang menjalankan sebuah roda organisasi yakni kader. Dalam Nilai Dasar Ikatan poin kelima menerangkan bahwa Kader IMM merupakan inti masyrakat utama, yang selalu menyebarkan cita-cita kemerdekaan, keliaan dan kemaslahatan masyarakat sesuai dengan semangat pembebasan dan pencerahan yang dilakukan Nabiyullah SAW.[6]
Arah perkaderan IMM bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas akademik yang memadai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman yang berakhlakul karimah dengan proyeksi sikap individual yang madiri, bertanggung jawab dan memiliki komitmen serta kompetisi perjuangan dakwah. Falsafah perkaderan IMM adalah mengembangkan nilai-nilai uswah, pedagofi-kritis dan hikmah untuk mewujudkan gerakan IMM sesuai dengan falsafahnya yakni IMM adalah gerakan intelektual.
Sasaran perkaderan IMM adalah mahasiswa, anggota, calon pimpinan, pimpinan dan istruktur. Target perkaderan utama diproyeksikan untuk terbentuknya sumber daya kader struktural dan fungsional yang profesional. Target perkaderan utama dalah terinternalisasikan nilai-nilia perjuangna visi dan misi IMM sekaligus terciptanya kader pimpinan yang memiliki kompetensi dan wawasan yang sesuai dengan tingkatan kepemimpinan masing-masing. Sedangkan target perkaderan khusus diproyeksikan pada terbentunya pengelola perkaderan yang progesional. Target perkaderan khusus adalah meningkatnya kualitas sumber daya kader menurut minat, bakan, profesi, keterampilan dan keahlian di bidang tertentu.[7]
Landasan perkaderan ada tiga landasan yaitu: landasan nilai atau etika adalah landasan yang mengatur secara normatif dan mendasar seluruh pelaksanaan kegiatan perkaderan IMM yaitu al-Qur’an dan as-sunnah yang secara operasional dijabarkan dalam khittah perjuangan Muhammadiyah dan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah. Landasarna Hukum: pancasila, UUD 1945, UU No 8 th 1985 tentang keormasan. Landasan formal organisasi: keputusan PP Muhammadiyah tentang Kaidah Ortom, Keputusan muktamar XII IMM di Bandar Lampung, Program Kerja DPP IMM bidang kader.
Materi kurikulum yang termuat dalam perkaderan IMM dikembangkan da;am lima kelompok materi yaitu:
1.      Materi pokok Ideologi
2.      Materi Pokok keroganisasian/kepemimpinan
3.      Materi pokok wawasan; kapita selekta
4.      Materi pokok terapan
5.      Muatan lokal
Dari kelima kelompok materi itu dikembangkan silabi untuk masing-masing komponen dan jenjangn yang dibangun dengan pendekatan muatan Nasional dan muatan Lokal yang dikemas secara ideal dan dinamis.
Komponen dan jenjang perkaderan dalam IMM terbagi menjadi:
1.      komponen pra perkaderan yaitu suatu komponen awal yang berfungsi untuk mengenalkan dan memasyaraktakan IMM, sekaligus sebagai wahana rekruitmen anggota serta sebagai persiapan untuk memasuki perkaderan Darul Arqom Dasar.
2.      komponen perkaderan utama yaitu komponen utama yang bersifat wajib dan merupakan komponen pokok perkaderan IMM. Komponen ini bersifat mengikat dan secara struktural menjadi prasyarat tertentu. Secara berjenjang, perkaderan utama terdiri dari tingkatan-tungkatan yaitu pDarul Arqam Dasar (DAD), Darul Arqam Madya (DAM) dan Darul Arqam Paripurna (DAP)
3.      komponen perkaderan khusus yaitu komponen perkaderan yang ditujukan dalam rangka mendukung komponen utama dengan pendekatan khusus. Komponen ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kemampuan, keterampilan dan kecakpan khusus. Adapun tingkatannya yaitu Latihan Instruktur Dasar (LID), Latihan Instruktur Madya (LIM) dan Latihan Instruktur Paripurna (LIP).
4.      kompenen perkaderan pendukung yaitu komponen perkaderan yang dilaksanakan untuk mengingkaykan potensiu kader sesuai minta, bakat, keterampilan, keahlian serta kemampuan dalam rangka mendukung keberhasilan proses kaderisasi ikatan. Terdapat perkaderan pendukung poko juga terdapat perkaderan pendukung tambahan.

Korelasi SPR, SPM dan SPI
Sistem perkaderan pada masa Rasulullah, sistem perkaderan Muhammadiyah dan sistem perkaderan IMM saling berhubungan. Secara filosofis sistem perkaderan Ikatan merupakan penerjemahan perkaderan yang dilakukan Rasulullah. Hal tersebut dapat dilihat dari nama perkaderan yaitu Darul Arqam. Dimana Darul Arqam tersebut merupakan tempat awal dimana digunakan Rasulullah untuk kaderisasi. darul Aqam diambil dari nama sahabat Rasulullah yaitu Arqam Ibn Abil Arqam. Ditempat itu muncullah generasi awal Islam seperti Abu Bakar, Ali Ibnu Abi Thalib, Siti Khadijah dan yang lainnya.
Perkaderan yang dilakukan Rasulullah yakni menanamkan nilai-nilai Islam secara kaffah dan mengubah kesadran hingga timbul kesadaran al syaksiyah faal fadli (hablum minallah dan hamblum ninanas).[8] Hubungan dari ketiganya itu disebabkan nama perkaderan yang sama yakni sama-sama menggunakan Darul Arqam. Darul Arqam saat Rasulullah sebagai awal lahirnya generasi awal Islam. Darul Arqam pada perkaderan Muhammadiyah merupakan bentuk perkaderan yang khas dan utama dalam kaderisasi Muhammadiyah yang bertujuan membentuk cara berfikir dan sikap yang sama tentang Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam, Gerakan Tajdid, dan Gerakan Da’wah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar bagi setiap angota serta pimpinan persyarikatan.[9] Darul Arqam di perkaderan IMM merupakan sebagai tempat internalisasi nilai-nilai Ikatan dan berorientasi pada Ideologi Ikatan.

Perkaderan Jantung Ikatan
Mengapa jantung? Sebab jantung adalah sumber kehidupan yang ada didiri manusia. Jika jantung itu rusak, mati atau hilang. Maka manusia itu tak akan bisa hidup, manusia itu mati. Sebab jantung merupakan pusat dari seluruh tubuh. Begitupula IMM, perkaderan merupakan sumbu gerakan, tanpa adanya perkaderan sebuah gerakan tampak seperti paguyuban kadangkala harus bubar, karena ketiadaan regenerasi dan lenyapnya semangat ”kesukaan” atau hobi yang menyatu.[10]
Perkaderan sangatlah penting oleh sebab itu dalam membuat sebuah perkaderan harus sesuai dengan Sistem Perkaderan Ikatan. Ketidakcocokan akan hanya membuat perkaderan dikatakan gagal. Berdasarkan pengalaman responden hanya 70 persen perkaderan yang sesuai dengan SPI yang 30 persen tidak sesuai dengan SPI. Hal inilah yang menyebabkan banyak kader yang kurang mengerti IMM selulus DAD. Meski sudah selama dua tahun menjadi anggota IMM.
Agar ikatan berjalan dengan lancar, perkaderan harus dijalankan sesuai dengan Sistem Perkaderan Ikatan. Materi-materi yang disampaikan dan pemateri harus benar-benar faham dengan materi. Perkaderan dalam IMM ada dua macam yakni formal dan no-formal. Akan tetapi, sering dijumpai seakan-akan dengan adanya perkaderan formal maka selesailah proses perkaderan. Padahal penentu yang lebih besar terhadap proses perkaderan adalah pasca perkaderan (follow up).
Kader sebagai penerus estafet kepemimpinan. Tanpa adanya kader maka organisasi itu akan mandek, stagnan, tak bisa berjalan. Sebab tidak ada yang menjalankannya. Siapa yang akan menjalankan jika tidak ada kader? Apa tetap orang yang sama selama bertahun-tahun. Itu tidak mungkin, sebab manusia akan mati. Oleh sebab itu diperlukannya kader bagi ikatan.
Pak Din Syamsudin dalam buku karanganny Muhammadiyah untuk Semua, beliau menuliskan bahwa Muhammadiyah dapat melewati usia satu abad ini karena mampu melahirkan kader-kader terbaik. Yaitu, kader yang handal yang mampu meneruskan perjuangan para perintis dan pendahulunya. Saya menyaksikan sendiri bagaimana ranting, cabang, derah dan wilayah dapat bertahan, tumbuh dan maju karena memiliki stok kader persyarikatan yang handal. Dibanyak tempat, generasi pertama perintis persyarikatan amal usaha muhammadiyah mampu menghasilkan generasi kedua penerus perjuangan muhammadiyah. Malahan ada yang mampu mempertahankan jalur kaderisasi ini sampai ke generasi ketiga dan keempat. Yang paling banyak terjadi sekarang, usia kaderisasi di persyarikatan di ranting atau cabang sudah berlangsung dua generasi dan tiga generasi.
Salah satu jalur yang paling strategis adalah jalur keluarga. Keluarga perintis muhammadiyah di sebuah tempat mampu melahirkan generasi penerusnya, demikian seterusnya. Ini biasanya terjadi karena generasi perintis muhammadiyah ini memang betul-betuk kader militan, handal, saleh dan memiliki daya juang tinggi serta memiliki visi yang jauh ke depan. Dalam bahasa agama, mereka yang demikian, selain selalu mencari ridla Allah swt, juga menyadari isi dan makna sebuah hadits yang menyatakan bahwa kalau seorang anak adam meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali mereka yang memberikan shadaqah jariyah, memberikan ilmu yang bermanfaat dan melahirkan anak-anak shaleh yang mendoakannya.[11]

Kesimpulan
Perkaderan amatlah penting untuk kelanjutan sebuah organisasi. Oleh sebab itulah dibuatkan prosedur dalam mengkader yakni Sistem Perkaderan. Agar perkaderan itu tidak melenceng maka dalam pengelolaan perkaderan harus sesuai dengan Sistem Perkaderan yang didalamnya sudah sangat lengkap apa kurikulum dan strategi yang digunakan. Karena kader adalah pemegang estafet selanjutnya setelah orang sebelumnya dimisioner. Misalnya, angkatan 17 dimisioner maka yang melanjutkan kepemimpinan adalah angkatan 18 dan angkatan 19. Jika tak ada kader, maka organisasi itu akan mati.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Markus dan Amminuddin Anwar. 2014.  Genealogi Kaum Merah: Pemikiran dan Gerakan. Yogyakarta: Rangkang Education.
DPP IMM. 2011. Sistem Perkaderan Ikatan. Yogyakarta: DPP IMM.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 1990. Sistem Perkaderan Muhammadiyah. Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Badan Pendidikan Kader.
Syamsudin, Din. 2014. Muhammadiyah untuk Semua. Yogyakarta: suara muhammadiyah.


[2] Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sistem Perkaderan Muhammadiyah. (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Badan Pendidikan Kader. 1990). 1.
[3] Ibid. 9.
[4] Ibid. 13.
[6] Markus Ahmadi dan Amminuddin Anwar.  Genealogi Kaum Merah: Pemikiran dan Gerakan. (Yogyakarta: Rangkang Education. 2014). 100.
[7] DPP IMM. Sistem Perkaderan Ikatan. (Yogyakarta: DPP IMM. 2011). 2.
[8] DPP IMM. Sistem Perkaderan Ikatan. (Yogyakarta: DPP IMM. 2011). IX.
[9] Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sistem Perkaderan Muhammadiyah. (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Badan Pendidikan Kader. 1990). 20.
[10]Markus Ahmadi dan Amminuddin Anwar.  Genealogi Kaum Merah: Pemikiran dan Gerakan. (Yogyakarta: Rangkang Education. 2014). 149.
[11] Din Syamsudin. Muhammadiyah untuk Semua. (Yogyakarta: suara muhammadiyah. 2014). 10.

0 komentar:

Posting Komentar