Senin, 14 Maret 2016

Di Bulan Ramadhan pun Masjid juga Sepi



Di Bulan Ramadhan pun Masjid juga Sepi
By: Putri Nur Jannah (PK Averoes)

Mungkin disini kalian bertanya-tanya mengapa saya mengambil sebuah judul masjid vs pasar. Apa tidak ada judul yang lebih baik dari ini. Taukah anda bulan ramadhan merupakan bulan yang sangat mulia. Banyak manusia yang menantikan kedatangannya. Sebab telah kita ketahui bersama bahwa bulan ini membawa banyak berkah, banyak keutamaan-keutamaan yang tiada terkira. Amalan-amalan yang kita lakukan pun akan dilipatgandakan  tidak seperti pada bulan-bulan yang lainnya.
Fenomena yang sering kita lihat dimasyarakat yaitu bila memasuki bulan ramadhan mereka membicarakan nanti aku akan sholat terawih di masjid ini dan itu. Mempersipkan baju dan mukenah serta sajadah untuk sholat terawih. Puasa hari pertama saat mendengarkan adzan berbuka, langsung meneguk air setelah itu pergi ke masjid. Jika tidak langsung melaksanakan sholat maghrib. Kemudian makan makanan berbuka yang telah dipersiapkan. Tidak berlama-lama dalam berbuka, langsung menuju ke masjid untuk sholat terawih.
Hari pertama puasa dan hari kedua sholat terawih. Subhanallah shaf begitu banyak telat lima menit saja sudah tidak mendapatkan shof terdepan. Sungguh bulan ramadha telah menarik umat manusia untuk keluar dari rumahnya melakukan sholat berjamaah di masjid. Tapi, akankah inu berjalan lama. Akankah hari-hari selanjutnya seperti itu. Masjid akan semakin ramai dengan banyaknya para jamaah sholat terawih dan para tadarus Al-qur'an. Ataukah justru semakin menyusut shaf-shaf sholat.
A.    Masjid
Masjid adalah tempat yang digunakan oleh umat islam dalam melakukan kegiatan beribadah kepada Allah SWT. Mulai dari melakukan sholat berjamaah, mengaji Al-qur'an dan kegiatan yang lainnya. Masjid juga merupakan salah satu sarana untuk menjalin sebuah silaturahim antara umat islam. Mulai yang kecil hingga dewasa, mulai yang kaya sampai yang miskin semuanya dipersatukan dalam satu masjid. Tidak ada perbedaan diantara mereka.
Tempat yang paling disukai Allah di dunia adalah masjid dan tempat yang paling Dia benci adalah pasar. Ini dijelaskan dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjid dan tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasar.” (HR. Muslim)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya):
إِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّڪَوٰةَ وَلَمۡ يَخۡشَ إِلَّا ٱللَّهَ‌ۖ فَعَسَىٰٓ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ (١٨(
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah: 18)
Memakmurkan masjid menjadi ciri dan hak bagi orang beriman. Mereka adalah orang-orang pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Adapun makna “memakmurkan masjid” ini adalah membangun dan mendirikan masjid, mengisi dan menghidupkannya dengan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala, menghormati dan memeliharanya dengan cara membersihkannya dari kotoran-kotoran dan sampah serta memberinya wewangian.
Dengan kata lain semua bentuk ketaatan apapun yang dilakukan di dalam masjid atau terkait dengan masjid maka hal itu termasuk bentuk memakmurkannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengabarkan kabar gembira kepada orang yang terpaut hatinya pada masjid,
“Tujuh golongan yang Allah akan menaungi mereka pada suatu hari (hari kiamat) yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; (diantaranya) Seorang penguasa yang adil, pemuda yang dibesarkan dalam ketaatan kepada Rabbnya, seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, ….” (Muttafaqun alaihi)
Akan tetapi fenomena dalam masyarakat masjid ramai hanya saat awal-awal bulan ramadhan saja. Sepuluh hari terakhir bulan ramadhan pun mulai terlihat masyarakat meninggalkan shaf-shaf sholatnya. Mereka mulai malas menginjakkan kakinya di rumah Allah. Tempat yang paling dicintai oleh Allah. Banyak manusia yang enggan menginjakkan kakinya ke masjid. Justru mereka lebih senang mengunjungi tempat selain masjid. Padahal cukup datang ke masjid, lalu sholat dan membaca Al-qur'an tanpa mengelarkan sepeser rupiahpun tak mau. Padahal jika kita ke tempat lain bisa saja membutuhkan banyak biaya, uang 50 ribu tak akan cukup.
B.     Pasar
Pasar adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli. Tempat dimana terjadinya nilai tukar menukar antara uang dan barang ataukah sebaliknya. Dalam zaman yang semakin maju, pasar tidak hanya saja pasar tradisional tapi juga pasar modern seperti mall. Banyak manfaat yang bisa kita dapatkan di pasar. Tapi juga ada beberapa kemadharatan di dalam pasar. Mengomentari hadits tersebut Imam Nawawi berkata “karena pasar adalah tempat penipuan, kebohongan, riba, sumpah palsu, ingkar janji dan berpaling dari dzikrullah (mengingat Allah) dan lain sebagainya.”
Pasar merupakan tempat yang melalaikan. Lalai terhadap pekerjaan yang telah menanti, lalai untuk segera pulang dan makin parahnya yaitu lalai dalam mengingat Allah. Lihat saja saat adzan berkumandang. Suara adzan dikalahkan dengan hiruk pikuk suasana pasar. Mereka tidak bersegera pergi ke masjid untuk menunaikan sholat melainkan tetap duduk ditempatnya untuk melayani pembeli. Begitupun dengan pembeli tidak bersegera ke masjid tapi tetap saja melanjutkan aktifitasnya memilih baju. Baju baru untuk sholat idul fitri. Padahal tidak ada perintah untuk memakai baju baru saat lebaran.
Justru yang diminta yaitu memakai pakaian yang baik. Disini baik bukan berarti harus baru. Yang setiap tahunnya saat lebaran membelinya. Al-Haifz Ibnu Jarir rahimahullah berkata, "Diriwayatkan dari Ibnu Abu Dunya dan Baihaqi dengan sanad shahih sampai ke Umar, bahwa beliau memakai baju yang terbaik pada dua hari raya (idul fitri dan idul adha)." Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, "Disunnahkan bagi laki-laki pada hari raya untuk berhias dan memakai pakaian yang terbaik." (Majmu Fatawa Wa Rosail Ibnu Utsaimin, 13/2461)
Dijelaskan pula bahwa manusia dilarang untuk berlama-lama di dalam pasar. Sesuai dengan perkataan, Salman al-Farisi berkata, “Jika engkau bisa, jangan sekali-kali menjadi orang yang pertama kali masuk pasar dan paling akhir keluar darinya. Karena di situlah medan pertempuran dengan setan, dan di sana setan menancapkan benderanya.” (atsar riwayat Muslim)
Allah Subhanahu wa Ta’ala membenci pasar, maka sudah sepantasnyalah seorang mukmin juga membencinya, dia membenci apa yang dibenci Rabbnya.
Dalam hal ini kita tidak dilarang untuk mengunjungi pasar. Akan tetapi yang tidak diperbolehkan yaitu jika melalaikan melakukan ibadah kepada Allah. Karena di pasar juga merupakan tempat untuk mencari nafkah bagi penjual dan tempat untuk mencari kebutuhan bagi para pembeli. Akan tetapi sebagai muslim dan muslimah janganlah kita bersenang jika berlama-lama di dalam pasar. Sebab didalamnya tidaklah menimbulkan keuntungan. Cukup waktu seperlunya saja untuk berlama disana sesuai dengan kebutuhan. Jika telah selesai lekas untuk meninggalkan pasar dan kembali ke rumah atau ketempat yang disenangi oleh Allah.
C.     Amalan di Masjid di terakhir bulan ramadhan
  1. Lebih giat dan bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah.
Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga senantiasa meningkatakan amalan ibadahnya di 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan. Hal ini dan sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ.
“Pada 10 hari terakhir (di bulan Ramadhan) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih bersungguh-sungguh (dalam beribadah) melebihi hari-hari yang lainnya.” (HR. Muslim no. 1175)
  1. Menghidupkan malam-malamnya dengan memperbanyak ibadah.
Di awal-awal Ramadhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya menyertai ibadah shalat dan puasanya dengan tidur, namun jika telah masuk pada 10 hari terakhir maka beliau pun mengurangi kapasitas tidurnya. Dan beliau memanfaatkan malam-malamnya untuk beribadah kepada Allah.
Di dalam musnad Imam Ahmad rahimahullah terdapat hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang menyebutkan bahwa:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْلِطُ الْعِشْرِينَ بِصَلَاةٍ وصَوْمٍ وَنَوْمٍ، فَإِذَا كَانَ الْعَشْرُ شَمَّرَ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ.
 “Pada 20 hari yang pertama (di bulan Ramadhan) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengkombinasikan antara shalat, puasa dan tidurnya. Namun jika telah masuk pada 10 hari yang terakhir beliau bersungguh-sungguh dan mengencangkan sarungnya (menjauhi istri-istrinya).” (HR. Ahmad [6/68, 146])
  1. Membangunkan anggota keluarga.
Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga senantiasa membangunkan keluarganya untuk shalat, memperbanyak dzikir dan bersungguh-sungguh dalam mengamalkan malam-malam bulan Ramadhan yang penuh barakah ini.
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ.
 “Jika telah datang 10 hari yang terakhir (di bulan Ramadhan) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malamnya (dengan beribadah), dan beliau juga membangunkan keluarganya (untuk beribadah).” (HR. al-Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)
Pada 10 hari yang terakhir merupakan kesempatan emas bagi setiap muslim untuk memperoleh pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka dari itu kita harus bersungguh-sungguh dalam beribadah di dalamnya, karena kita tidak akan pernah tahu apakah kita masih bisa bertemu lagi dengan bulan Ramadhan yang akan datang atau tidak.

  1. Beri’tikaf
I’tikaf adalah menetap di dalam masjid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah. Dan hal ini merupakan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disebutkan di dalam al-Quran dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلاَ تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
 “Janganlah kamu campuri mereka (istri-istrimu) itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid.” (QS. al-Baqarah [2]: 187)
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
 “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu beri’tikaf di 10 hari yang terakhir dari bulan Ramadhan hingga Allah Ta’ala mewafatkannya. Kemudian setelah beliau wafat, istri-istri beliau juga senantiasa beri’tikaf.” (HR. al-Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172)
  1. Besungguh-sungguh dalam meraih malam lailatul qadar.
Pada penghujung bulan Ramadhan, tepatnya di 10 (sepuluh) malam yang terakhir terdapat lailatul qadar, yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan dan keberkahan yang mana pahala ibadah seorang hamba akan dilipat gandakan. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa lailatul qadaritu lebih baik dari seribu bulan.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
 “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan, Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”(QS. al-Qadr [97]: 1-3)
Maka dari itu, setiap muslim hendaknya bersungguh-sungguh untuk bisa mendapatkan lailatul qadar, terutama di 10 malam terakhir pada bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
 “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. al-Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha)
D.    Perilaku Konsumtif semakin meningkat
Dalam bulan ramadhan seharusnya kebutuhan konsumsi semakin menurun, akan tetapi kenyataannya justru semakin banyak pengeluaran untuk makanan, beli baju baru dan sebagainya. Jika saat berbuka tidak makan es janggelan, es campur dan makanan yang lainnya itu terasa tidak special. Apalagi jika telah mendekati lebaran kurang terasa jika tidak memasak ketupat, opor ayam, kue kering dan minuman yang menyegarkan. Tak ketinggalan pula membeli baju baru, sepatu baru dan aksesoris baru untuk menunjang penampilan menjadi semacam prasyarat. Yang ditakutkan jika nanti bertemu sanak keluarga dan teman tidak mengenakan baju baru bisa menjadi sebuah gunjingan. Ini bukan hanya dilakukan oleh satu orang melainkan banyak orang. Sudah menjadi kewajiban saat lebaran untuk melakukan beli sana beli sini.
Dengan banyaknya permintaan apakah persediaan barang juga mencukupi? Itulah menjadi permasalahan semakin banyaknya peminat dan barang yang diminati kurang banyak dipasaran. Hal inilah yang menjadikan harga barang semakin mahal. Akan tetapi ramadhan selalu disambut dengan belanja besar-besaran.
      Swalayan dan mall mengadakan promo besar-besaran menjelang ramadhan dan menjelang lebaran. Baju baru discount 50% bahkan hingga 70%. Padahal jika dihitung-hitung sama saja halnya dengan bulan-bulan sebelum ramadhan dan sesudahnya. Hanya berbeda yang ini dapat discount besar-besaran yang biasanya hanya discount 10% saja.
E.     Lebih memilih yang mengeluarkan uang dari pada yang tidak
Fenomena sekarang masnyarakat justru lebih senang mengeluarkan uangnya untuk beli barang-barang yang hanya digunakan untuk saat lebaran saja. Tapi malas untuk melakukan suatu amalan yang itu benar-benar mendapatkan pahala yang luar biasa. Mereka lebih senang pergi ke pasar, Pasar lebih padat dan ramai sampai-sampai ketika lewat badanpun tersa tidak mau berpindah dari tempatnya. Bukannya betah tapi macet.
Seseorang jika diminta untuk membaca Al-Qur’an ketika telah selesai sholat terawih mereka beralasan ngantuk, capek dan alasan yang lainnya. Tapi jika pergi kepasar lima jampun tak akan terasa membosankan dan melelahkan. Sepuluh hari terakhir bulan ramadhan sangat ironis sekali melihat pemandangan di dalam masjid. Shaf-shaf sholat terawih hanya tinggal 5 shaf. Yang pada hari-hari sebelumnya, pertama kali sholat terawih tempat sholat sesak dengan jamaah. Tapi menginjak sepuluh hari terakhir sepi dan yang tertinggal hanyalah segelintir orang saja.

F.      Referensi

1.      http://www.muadz.com/amalan-di-10-hari-terakhir-bulan-ramadhan/

2.      http://alfathonah.blogspot.com/2012/08/akhir-ramadhan-antara-masjid-dan-pasar_15.html

3. http://www.kompasiana.com/ratihnoko/mengenal-lebaran-effect_54f6b251a33311495d8b460b

 


0 komentar:

Posting Komentar