Bacalah teks dibawah
ini dengan seksama!
PERKEMBANGAN ISLAM DAN PERAN MUHAMMADIYAH SEBELUM
MASA KEMERDEKAAN
A.
Sejarah
Perkembangan
Dinamika Muhammadiyah sejak
berdiri hingga saat ini telah menjadi sejarah tersendiri dalam perkembangan
Islam, terutama di Indonesia. Latar belakang erdirinya Muhammadiyah tidak
terlepas dari perkembangan Islam, baik tingkat nasional maupun internasional.
Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, dunia Islam mulai bangkit kembali
dengan gerakan pembaharuan Islam. di berbagai negara Islam gerakan pembaharuan
ini berjalan secara serentak, termasuk di Indonesia.
Dalam sejarah kebangkitan Islam
sudah dimulai jauh sebelum abad ke-19. Seperti yang dilakukan Taqiyuddin Abul
Abbas Ibn Taimiyah (1263-1338), Ibnu Qoyyim al-Jauziyah (1292-1350), Muhammad
bin Abdul Wahab (1703-1787) di Hijaz, Sir Sayid Ahmad Khan (1817-1898),
Jamaluddin al-Afghony (1838-1897), Muhammad Rasyid Ridla (1856-1935), Mohammad
Iqbal (1874-1938) di Pakistan, serta sejumlah penggerak pembaharuan Islam lain
di berbagai belahan dunia.
Gerakan pembaharuan keagamaan
juga dilakukan Muhammad Abduh (1849-1905) di Mesir. Gerakan pembaruan Islam
yang dilakukan Abduh lebih menekankan pemikiran dan penafsiran untuk kembali ke
aqidah Islam secara murni. Sebagai tokoh modernis, Abduh menganjurkan
penggunaan pemikiran modern dalam mengkaji masalah agama sehingga agama bisa
kontekstual dengan nilai-nilai agama yang murni. Menurutnya, dengan pendekatan
itu kebenaran Islam dapat diungkap sesuai dengan tuntutan zaman. Dasar pemikiran
inilah yang mendorong Abduh menerapkan ijtihad untuk memecahkan persoalan agama
seriring perkembangan zaman. Menurut Abduh, ijtihad itu boleh dilakukan dengan
syarat hasil ijtihad tersebut baik untuk masanya atau masa sesudah ijtihad
dilakukan.
Pemikiran Abduh inilah yang
menjadi inspirator gerakan Islam yang berusaha berfikir rasional dan sekaligus
menegakkan sunnah Nabi Muhammad SAW dan Khulafa’ al-Rasyidin. Sehingga kelompok
pembaharu selalu menekankan ijtihad untuk menyelesaikan persoalan agama yang muncul
pada setiap zaman karena perkembangan masyarakat.
Pemikiran Abduh tentang pemurnian
Islam dikembangkan muridnya dari Syiria, Muhammad Rasyid Ridla (1856-1935).
Rasyid Ridla kemudian menerbitkan tafsir al-Qur’an dan majalah berhaluan
pembaruan pemikiran, bernama al-Manar yang tersebar luas ke Maroko hingga ke
Indonesia.
Melalui majalah al-Manar,
pemikiran pembaruan Abduh sampai pada para pembaharu Islam yang tersebar di
Negara-negara Islam, termasuk Indonesia melalui para mahasiswa yang belajar di
Timur Tengah. Modernisme gerakan Islam inilah yang kemudian membentuk
persaudaraan dan kelomp[ok-kelompok yang bersemangat memerangi kebrobokan umat
Islam yang terkurung dalam kehidupan penuh dengan praktek animisme dan
dinamisme.
Sebelum Islam masuk ke Indonesis
telah ada animisme dan dinamisme yang diperkuat dengan datangnya agama Hindu
dan Budha. Agama Islam masuk ke Indonesia mulai abad ke-7 Masehi atay abad
pertama Hijriyah yang dibawa langsung dari Arab Saudi pada masa Khalifah Umar
bin al-Khattab. Melalui para saudagar dari Gujarat dan Arab, Islam mulai masuk
ke Indonesia.
Agama Islam masuk dan cepat
tersebar di berbagai pelosok tanah air Indonesia disebabkan oleh faktor-faktor
berikut ini:
- Islam adalah agama dakwah, yakni agama yang mengharuskan umatnya mendakwahkan Islam.
- Islam masuk dengan cara damai tidak dengan berperang dan bertumpah darah.
- Penampilan yang simpatik dari para pembawa Islam yang membuat orang lain cepat menerima Islam.
- Kondisi rakyat jelata yang lama menderita akibat driskiminasi kasta dalam Hindu. Sedangkan Islam hadir membawa kesetaraan.
- Para muballigh mahir dan bijaksana dalam berdakwah. Para pembawa Islam berdakwah dengan cara hikmah (baik)
- Runtuhnya kerajaan-kerajaan akibat ketidakmampuan mengendalikan negara yang kemudian disusul masuknya Islam ke istana
- Islam adalah agama yang sesuai fitrah manusia
Kuatnya
pengaruh ajaran agama Hindu dan Budha, sebagian umat Islam masih mempertahankan
amalan-amalan agama nenek moyang dalam kehidupan sehai-hari. Percampuran antara
budaya dan ajaran agama Islam pun tidak dapat dielakkan di masyarakat.
Akibatnya, masa itu muncul takhayul, bid’ah dan khurafat (TBC).
Melihat
kondisi seperti ini, pemikiran Muhammad Abduh yang bertekad mengembalikan
ajaran Islam secara murni, direspon sejumlah tokoh Islam di Indonesia. Bersama
para generasi muslim berjiwa pembaharu, KH. Achmad Dahlan mengembangkan
pemikiran untuk menerapkan ajaran Islam secara murni di Indonesia, karena jika
kondisi ini terus berlanjut mengancam, maka akan keberadaan Islam
Setelah
melakukan kajian dan perenungan secara mendalam atas ayat-ayat al-Qur’an,
Hadits, serta mempertimbangkan kondisi masyarakat yang perlu pencerahan, KH.
Ahmad Dahlan mendirikan gerakan Muhammadiyah yang berkedudukan di Yogyakarta,
pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912 M. Persyarikatan ini dipimpin
langsung oleh KH. Ahmad Dahlan sendiri sebagai ketuanya. Gerakan Islam ini
bertekad malaksanakan ajaran Islam secara murni, bersumber dari al-Qur’an dan
Sunnah. Setelah itu juga melakukan penafsiran secara rasional terhadap dinamika
umat Islam sesuai konteks kehidupan.
Di
antara para pendukung gerakan Muhammadiyah pada awal berdirinya adalah Abdullah
Sirat, H. Ahmad, H. Abdurrahman, R.H. Sarkawi, H. Muhammad, R.H Jaelani, H.
Anies dan H.M. Pakih, serta tokoh Islam lain. Dari kelompok kecil inilah
pemikiran pembaruan Islam berkembang di Indonesia dengan berbagai gerakan
dakwah.
Gerakan
pembaharuan dilakukan dengan kegiatan keagamaan dan sosial melalui berbagai
amal usaha. Diantaranya adalah pendidikan, kesehatan, sosial, serta amal usaha
lain. Pada periode ini gerakan pembaharuan dilakukan dengan pendekatan rasional
dan mengedepankan kemurnian Islam dengan cara dakwah langsung (bil hal).
B.
Muhammadiyah
Periode Awal
Berdirinya Muhammadiyah
dilatarbelakangi faktor internal dan ekster nal. Secara internasional ada empat
hal yang mendorong KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah.
- Merajalelanya bid’ah, khurafat, syirik, tahayyul, sehingga kehidupan beragama tidak sesuai dengan nash al-Qur’an dan hadits.
- Merajalelanya kemiskinan, kebodohan, kekolotan, kemunduran bangsa Indonesia umumnya dan umat Islam khususnya.
- Tidak adanya kesatuan dan persatuan ukhuwah umat Islam serta organisasi Islam yang kuat dan kompak.
- Lemah dan gagalnya sistem penddikan Pondok Pesantren Islam yang kurang mencerminkan perkembangan dan kemajuan zaman dan adanya kehidupan pendidikan yang mengisolir diri
Faktor
eksternal yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah antara lain:
- Merajalelanya imperialism kolonialis Belanda di Indonesia yang harus dihadapi
- Adanya kegiatan dan kemajuan misi zending Kristen di Indonesia
- Sikap yang merendahkan pada Islam oleh para intelgensia kaum terpelajar, bahwa Islam agama yang out of date, tidak sesuai dengan kemajuan zaman
- Adanya rencana kristernisasi pemerintah colonial Belanda untuk kepentingan politik koloniah
Kondisi
umat Islam dan bangsa Indonesia yang jumud inilah mendorong KH. Ahmad Dahlan
mendirikan gerakan Islam bernama Muhammadiyah. Sebuah Gerakan Pembaharuan Islam
secara murni dan bertekad menegakkan terlaksananya ajaran Islam secara murni
dan bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah.
Muhammadiyah
bertujuan menyebarkan ajaran Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Indonesi,
terutama di Karesidenan Yogyakarta sebagai tempat tinggal KH. Ahmad Dahlan.
Selain itu, tujuan awal Muhammadiyah adalah menunjukkan umat Islam dengan
melakukan pembaruan pemikiran agama agar sesuai dengan konteks perkembangan
zaman sehingga bisa diterima masyarakat.
Untuk
memperoleh legalitas organisasi, KH. Ahmad Dahlan mengajukan surat permintaan Rechpeerson
kepada pemerintah Hindia Belanda sebagai organisasi yang sah, yaitu Gouvernements
Besluit 22 Agustus 1914 No. 81 Surat pertama Organisasi Muhammadiyah
disahkan pemerintahan Hindia Belanda.
Muhammadiyah
pada periode awal ini belum bisa bergerak banyak karena masih dibatasi oleh
pemerintahan dalam melakukan gerakan islam. Pemerintahan Hindia Belanda hanya
memperbolehkan Muhammadiyah untuk berdakwah di Karesidenan Yogyakarta.
Namun,
secara diam-diam KH. Ahmad Dahlan membangun jaringan dakwah ke daerah-daerah
dengan menyamar sebagai pedagang kain batik hingga ke pelosok-pelosok daerah di
Indonesia. Di antara daerah yang menjadi sasaran awal gerakan Muhammadiyah
adalah Jawa Timur. Sambil berdagang, KH. Ahmad Dahlan mendatangi Surabaya,
Banyuwangi, Ponorogo, Madiun dan Malang, tepatnya Kepanjen dan Sumberpucung. Di
luar Jawa juga dilakukan ke Padang Sumatera, Makasar Sulawesi, serta daerah
lain.
Dakwah
KH. Ahmad Dahlan di Surabaya diikuti Ir. Soekarno, presiden RI pertama,
bertempat di Mushalla Penelah, Plampitan, dan kawasan Ampel. Di Surabaya KH.
Ahmad Dahlan bertemu KH. Mas Mansyur, seorang pemuda yang baru datang dari
belajar di Mesir dan Makkah. Setelah berdiskusi dengan KH. Ahmad Dahlan
akhirnya KH. Mas Mansyur bergabung dengan Muhammadiyah dan mengembangkan
Muhammadiyah di Surabaya dan Jawa Timur. Bahkan KH. Mas Mansyur pernah menjadi
Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya, ketua Konsul H.B. Daerah Surabaya (cikal
bakal Pimpinan Wilayah), hingga Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun
1937-1943.
Pada
masa awal perintisan gerakan, Muhammadiyah bergerilya dengan cara door to
door dalam melakukan dakwah Islamiyah demi tegaknya ajaran Islam. hal ini
dilakukan karena saat itu Muhammadiyah belum memiliki kekuatan besar. Selain
kekangan pemerintah Hindia Belanda yang membatasi gerakan Muhammadiyah juga
disebabkan berbagai hambatan dan tantangan yang silih berganti dalam membendung
misi dakwah.
Sejak
berdirinya, Muhammadiyah telah menyatakan sebagai gerakan tajdid (pembaruan),
terutama pembaruan Islam. Disisi lain, Muhammadiyah juga sebagai gerakan Islam,
herakan dakwah dan gerakan nasional. Muhammadiyah juga mengembangkan dan
menguatkan organisasi melalui berbagai amal usaha dan program persyarikatan.
Sebagai organisasi, Muhammadiyah juga melakukan aktifitas berdasarkan
kesepakatan anggota yang terlibatnya dalam persyarikatan ini.
Sebagaimana
disebutkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Muhammadiyah
pada bab I bahwa persyarikatan ini bernama MUhammadiyah. Organisasi yang
didirikan KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan tanggal
18 Nopember 1912 M di Yogyakarta dengan berasaskan Islam dan melakukan gerakan
Islam, dahwak amar makruf nahi munkar dan tajdid yang bersumber al-Qur’an dan
Sunnah.
Karena
berbentuk organisasi, Muhammadiyah selalu melakukan pengkaderan dan pergantian
pimpinan dalam rangka mewujudkan regenerasi dan dinamika organisasi. Bahkan
secara rinci aturan organisasi telah dirumuskan dalam Anggaran Dasar dan
Anggara Rumah Tangga (AD/ART) Muhammadiyah sebagai pedoman dalam pengelolaan
Persyarikatan.
Jawablah
pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang disertai dengan sumbernya!
Contoh:
Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H
bertepatan tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta.(Buku paket Kemuhammadiyahan
kelas XI hal 5)
1.
Jelaskan
foktor-faktor yang mempengaruhi masuknya Islam di Indonesia!
2.
Jelaskan apa
yang dimaksud dengan takhayyul, bid’ah, khurafat dan jumud secara bahasa dan
Istilah!
3.
Jelaskan peran
Muhammadiyah periode awal yakni sebelum Muhammadiyah didirikan dan setelah
didirikan ketika kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan!
Kerjakan
langsung lewat e-mail dan kirim di e-mail pu3nurjannah@gmail.com
disertai dengan nama dan kelas.



1 komentar:
Casino Games Provider - JTA Hub
Casino Games 서울특별 출장샵 Provider 공주 출장샵 | Slot games provider 과천 출장샵 - JTA Hub. Casino Games Provider | Slot games provider | Slot games provider. 구미 출장샵 All About JT Games · About JT Games. 포천 출장마사지
Posting Komentar