Minggu, 28 Juli 2019

PERKEMBANGAN ISLAM DAN PERAN MUHAMMADIYAH SEBELUM MASA KEMERDEKAAN

Bacalah teks dibawah ini dengan seksama!

PERKEMBANGAN ISLAM DAN PERAN MUHAMMADIYAH SEBELUM MASA KEMERDEKAAN

A.   Sejarah Perkembangan
Dinamika Muhammadiyah sejak berdiri hingga saat ini telah menjadi sejarah tersendiri dalam perkembangan Islam, terutama di Indonesia. Latar belakang erdirinya Muhammadiyah tidak terlepas dari perkembangan Islam, baik tingkat nasional maupun internasional. Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, dunia Islam mulai bangkit kembali dengan gerakan pembaharuan Islam. di berbagai negara Islam gerakan pembaharuan ini berjalan secara serentak, termasuk di Indonesia.
Dalam sejarah kebangkitan Islam sudah dimulai jauh sebelum abad ke-19. Seperti yang dilakukan Taqiyuddin Abul Abbas Ibn Taimiyah (1263-1338), Ibnu Qoyyim al-Jauziyah (1292-1350), Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787) di Hijaz, Sir Sayid Ahmad Khan (1817-1898), Jamaluddin al-Afghony (1838-1897), Muhammad Rasyid Ridla (1856-1935), Mohammad Iqbal (1874-1938) di Pakistan, serta sejumlah penggerak pembaharuan Islam lain di berbagai belahan dunia.
Gerakan pembaharuan keagamaan juga dilakukan Muhammad Abduh (1849-1905) di Mesir. Gerakan pembaruan Islam yang dilakukan Abduh lebih menekankan pemikiran dan penafsiran untuk kembali ke aqidah Islam secara murni. Sebagai tokoh modernis, Abduh menganjurkan penggunaan pemikiran modern dalam mengkaji masalah agama sehingga agama bisa kontekstual dengan nilai-nilai agama yang murni. Menurutnya, dengan pendekatan itu kebenaran Islam dapat diungkap sesuai dengan tuntutan zaman. Dasar pemikiran inilah yang mendorong Abduh menerapkan ijtihad untuk memecahkan persoalan agama seriring perkembangan zaman. Menurut Abduh, ijtihad itu boleh dilakukan dengan syarat hasil ijtihad tersebut baik untuk masanya atau masa sesudah ijtihad dilakukan.
Pemikiran Abduh inilah yang menjadi inspirator gerakan Islam yang berusaha berfikir rasional dan sekaligus menegakkan sunnah Nabi Muhammad SAW dan Khulafa’ al-Rasyidin. Sehingga kelompok pembaharu selalu menekankan ijtihad untuk menyelesaikan persoalan agama yang muncul pada setiap zaman karena perkembangan masyarakat.
Pemikiran Abduh tentang pemurnian Islam dikembangkan muridnya dari Syiria, Muhammad Rasyid Ridla (1856-1935). Rasyid Ridla kemudian menerbitkan tafsir al-Qur’an dan majalah berhaluan pembaruan pemikiran, bernama al-Manar yang tersebar luas ke Maroko hingga ke Indonesia.
Melalui majalah al-Manar, pemikiran pembaruan Abduh sampai pada para pembaharu Islam yang tersebar di Negara-negara Islam, termasuk Indonesia melalui para mahasiswa yang belajar di Timur Tengah. Modernisme gerakan Islam inilah yang kemudian membentuk persaudaraan dan kelomp[ok-kelompok yang bersemangat memerangi kebrobokan umat Islam yang terkurung dalam kehidupan penuh dengan praktek animisme dan dinamisme.
Sebelum Islam masuk ke Indonesis telah ada animisme dan dinamisme yang diperkuat dengan datangnya agama Hindu dan Budha. Agama Islam masuk ke Indonesia mulai abad ke-7 Masehi atay abad pertama Hijriyah yang dibawa langsung dari Arab Saudi pada masa Khalifah Umar bin al-Khattab. Melalui para saudagar dari Gujarat dan Arab, Islam mulai masuk ke Indonesia.
Agama Islam masuk dan cepat tersebar di berbagai pelosok tanah air Indonesia disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini:

  1. Islam adalah agama dakwah, yakni agama yang mengharuskan umatnya mendakwahkan Islam. 
  2. Islam masuk dengan cara damai tidak dengan berperang dan bertumpah darah. 
  3. Penampilan yang simpatik dari para pembawa Islam yang membuat orang lain cepat menerima Islam. 
  4. Kondisi rakyat jelata yang lama menderita akibat driskiminasi kasta dalam Hindu. Sedangkan Islam hadir membawa kesetaraan. 
  5. Para muballigh mahir dan bijaksana dalam berdakwah. Para pembawa Islam berdakwah dengan cara hikmah (baik) 
  6. Runtuhnya kerajaan-kerajaan akibat ketidakmampuan mengendalikan negara yang kemudian disusul masuknya Islam ke istana 
  7. Islam adalah agama yang sesuai fitrah manusia
Kuatnya pengaruh ajaran agama Hindu dan Budha, sebagian umat Islam masih mempertahankan amalan-amalan agama nenek moyang dalam kehidupan sehai-hari. Percampuran antara budaya dan ajaran agama Islam pun tidak dapat dielakkan di masyarakat. Akibatnya, masa itu muncul takhayul, bid’ah dan khurafat (TBC).
Melihat kondisi seperti ini, pemikiran Muhammad Abduh yang bertekad mengembalikan ajaran Islam secara murni, direspon sejumlah tokoh Islam di Indonesia. Bersama para generasi muslim berjiwa pembaharu, KH. Achmad Dahlan mengembangkan pemikiran untuk menerapkan ajaran Islam secara murni di Indonesia, karena jika kondisi ini terus berlanjut mengancam, maka akan keberadaan Islam
Setelah melakukan kajian dan perenungan secara mendalam atas ayat-ayat al-Qur’an, Hadits, serta mempertimbangkan kondisi masyarakat yang perlu pencerahan, KH. Ahmad Dahlan mendirikan gerakan Muhammadiyah yang berkedudukan di Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912 M. Persyarikatan ini dipimpin langsung oleh KH. Ahmad Dahlan sendiri sebagai ketuanya. Gerakan Islam ini bertekad malaksanakan ajaran Islam secara murni, bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah. Setelah itu juga melakukan penafsiran secara rasional terhadap dinamika umat Islam sesuai konteks kehidupan.
Di antara para pendukung gerakan Muhammadiyah pada awal berdirinya adalah Abdullah Sirat, H. Ahmad, H. Abdurrahman, R.H. Sarkawi, H. Muhammad, R.H Jaelani, H. Anies dan H.M. Pakih, serta tokoh Islam lain. Dari kelompok kecil inilah pemikiran pembaruan Islam berkembang di Indonesia dengan berbagai gerakan dakwah.
Gerakan pembaharuan dilakukan dengan kegiatan keagamaan dan sosial melalui berbagai amal usaha. Diantaranya adalah pendidikan, kesehatan, sosial, serta amal usaha lain. Pada periode ini gerakan pembaharuan dilakukan dengan pendekatan rasional dan mengedepankan kemurnian Islam dengan cara dakwah langsung (bil hal).
B.   Muhammadiyah Periode Awal
Berdirinya Muhammadiyah dilatarbelakangi faktor internal dan ekster nal. Secara internasional ada empat hal yang mendorong KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah.

  1. Merajalelanya bid’ah, khurafat, syirik, tahayyul, sehingga kehidupan beragama tidak sesuai dengan nash al-Qur’an dan hadits. 
  2. Merajalelanya kemiskinan, kebodohan, kekolotan, kemunduran bangsa Indonesia umumnya dan umat Islam khususnya. 
  3. Tidak adanya kesatuan dan persatuan ukhuwah umat Islam serta organisasi Islam yang kuat dan kompak. 
  4. Lemah dan gagalnya sistem penddikan Pondok Pesantren Islam yang kurang mencerminkan perkembangan dan kemajuan zaman dan adanya kehidupan pendidikan yang mengisolir diri
Faktor eksternal yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah antara lain:
  1. Merajalelanya imperialism kolonialis Belanda di Indonesia yang harus dihadapi 
  2. Adanya kegiatan dan kemajuan misi zending Kristen di Indonesia
  3. Sikap yang merendahkan pada Islam oleh para intelgensia kaum terpelajar, bahwa Islam agama yang out of date, tidak sesuai dengan kemajuan zaman
  4. Adanya rencana kristernisasi pemerintah colonial Belanda untuk kepentingan politik koloniah
Kondisi umat Islam dan bangsa Indonesia yang jumud inilah mendorong KH. Ahmad Dahlan mendirikan gerakan Islam bernama Muhammadiyah. Sebuah Gerakan Pembaharuan Islam secara murni dan bertekad menegakkan terlaksananya ajaran Islam secara murni dan bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah.
Muhammadiyah bertujuan menyebarkan ajaran Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Indonesi, terutama di Karesidenan Yogyakarta sebagai tempat tinggal KH. Ahmad Dahlan. Selain itu, tujuan awal Muhammadiyah adalah menunjukkan umat Islam dengan melakukan pembaruan pemikiran agama agar sesuai dengan konteks perkembangan zaman sehingga bisa diterima masyarakat.
Untuk memperoleh legalitas organisasi, KH. Ahmad Dahlan mengajukan surat permintaan Rechpeerson kepada pemerintah Hindia Belanda sebagai organisasi yang sah, yaitu Gouvernements Besluit 22 Agustus 1914 No. 81 Surat pertama Organisasi Muhammadiyah disahkan pemerintahan Hindia Belanda.
Muhammadiyah pada periode awal ini belum bisa bergerak banyak karena masih dibatasi oleh pemerintahan dalam melakukan gerakan islam. Pemerintahan Hindia Belanda hanya memperbolehkan Muhammadiyah untuk berdakwah di Karesidenan Yogyakarta.
Namun, secara diam-diam KH. Ahmad Dahlan membangun jaringan dakwah ke daerah-daerah dengan menyamar sebagai pedagang kain batik hingga ke pelosok-pelosok daerah di Indonesia. Di antara daerah yang menjadi sasaran awal gerakan Muhammadiyah adalah Jawa Timur. Sambil berdagang, KH. Ahmad Dahlan mendatangi Surabaya, Banyuwangi, Ponorogo, Madiun dan Malang, tepatnya Kepanjen dan Sumberpucung. Di luar Jawa juga dilakukan ke Padang Sumatera, Makasar Sulawesi, serta daerah lain.
Dakwah KH. Ahmad Dahlan di Surabaya diikuti Ir. Soekarno, presiden RI pertama, bertempat di Mushalla Penelah, Plampitan, dan kawasan Ampel. Di Surabaya KH. Ahmad Dahlan bertemu KH. Mas Mansyur, seorang pemuda yang baru datang dari belajar di Mesir dan Makkah. Setelah berdiskusi dengan KH. Ahmad Dahlan akhirnya KH. Mas Mansyur bergabung dengan Muhammadiyah dan mengembangkan Muhammadiyah di Surabaya dan Jawa Timur. Bahkan KH. Mas Mansyur pernah menjadi Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya, ketua Konsul H.B. Daerah Surabaya (cikal bakal Pimpinan Wilayah), hingga Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 1937-1943.
Pada masa awal perintisan gerakan, Muhammadiyah bergerilya dengan cara door to door dalam melakukan dakwah Islamiyah demi tegaknya ajaran Islam. hal ini dilakukan karena saat itu Muhammadiyah belum memiliki kekuatan besar. Selain kekangan pemerintah Hindia Belanda yang membatasi gerakan Muhammadiyah juga disebabkan berbagai hambatan dan tantangan yang silih berganti dalam membendung misi dakwah.
Sejak berdirinya, Muhammadiyah telah menyatakan sebagai gerakan tajdid (pembaruan), terutama pembaruan Islam. Disisi lain, Muhammadiyah juga sebagai gerakan Islam, herakan dakwah dan gerakan nasional. Muhammadiyah juga mengembangkan dan menguatkan organisasi melalui berbagai amal usaha dan program persyarikatan. Sebagai organisasi, Muhammadiyah juga melakukan aktifitas berdasarkan kesepakatan anggota yang terlibatnya dalam persyarikatan ini.
Sebagaimana disebutkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Muhammadiyah pada bab I bahwa persyarikatan ini bernama MUhammadiyah. Organisasi yang didirikan KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan tanggal 18 Nopember 1912 M di Yogyakarta dengan berasaskan Islam dan melakukan gerakan Islam, dahwak amar makruf nahi munkar dan tajdid yang bersumber al-Qur’an dan Sunnah.
Karena berbentuk organisasi, Muhammadiyah selalu melakukan pengkaderan dan pergantian pimpinan dalam rangka mewujudkan regenerasi dan dinamika organisasi. Bahkan secara rinci aturan organisasi telah dirumuskan dalam Anggaran Dasar dan Anggara Rumah Tangga (AD/ART) Muhammadiyah sebagai pedoman dalam pengelolaan Persyarikatan.

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang disertai dengan sumbernya!

Contoh: Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta.(Buku paket Kemuhammadiyahan kelas XI hal 5)

1.   Jelaskan foktor-faktor yang mempengaruhi masuknya Islam di Indonesia!
2.   Jelaskan apa yang dimaksud dengan takhayyul, bid’ah, khurafat dan jumud secara bahasa dan Istilah!
3.   Jelaskan peran Muhammadiyah periode awal yakni sebelum Muhammadiyah didirikan dan setelah didirikan ketika kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan!

Kerjakan langsung lewat e-mail dan kirim di e-mail pu3nurjannah@gmail.com disertai dengan nama dan kelas.

1 komentar:

batshevauhrin mengatakan...

Casino Games Provider - JTA Hub
Casino Games 서울특별 출장샵 Provider 공주 출장샵 | Slot games provider 과천 출장샵 - JTA Hub. Casino Games Provider | Slot games provider | Slot games provider. 구미 출장샵 All About JT Games · About JT Games. 포천 출장마사지

Posting Komentar