Senin, 14 Maret 2016

Di Bulan Ramadhan pun Masjid juga Sepi



Di Bulan Ramadhan pun Masjid juga Sepi
By: Putri Nur Jannah (PK Averoes)

Mungkin disini kalian bertanya-tanya mengapa saya mengambil sebuah judul masjid vs pasar. Apa tidak ada judul yang lebih baik dari ini. Taukah anda bulan ramadhan merupakan bulan yang sangat mulia. Banyak manusia yang menantikan kedatangannya. Sebab telah kita ketahui bersama bahwa bulan ini membawa banyak berkah, banyak keutamaan-keutamaan yang tiada terkira. Amalan-amalan yang kita lakukan pun akan dilipatgandakan  tidak seperti pada bulan-bulan yang lainnya.
Fenomena yang sering kita lihat dimasyarakat yaitu bila memasuki bulan ramadhan mereka membicarakan nanti aku akan sholat terawih di masjid ini dan itu. Mempersipkan baju dan mukenah serta sajadah untuk sholat terawih. Puasa hari pertama saat mendengarkan adzan berbuka, langsung meneguk air setelah itu pergi ke masjid. Jika tidak langsung melaksanakan sholat maghrib. Kemudian makan makanan berbuka yang telah dipersiapkan. Tidak berlama-lama dalam berbuka, langsung menuju ke masjid untuk sholat terawih.
Hari pertama puasa dan hari kedua sholat terawih. Subhanallah shaf begitu banyak telat lima menit saja sudah tidak mendapatkan shof terdepan. Sungguh bulan ramadha telah menarik umat manusia untuk keluar dari rumahnya melakukan sholat berjamaah di masjid. Tapi, akankah inu berjalan lama. Akankah hari-hari selanjutnya seperti itu. Masjid akan semakin ramai dengan banyaknya para jamaah sholat terawih dan para tadarus Al-qur'an. Ataukah justru semakin menyusut shaf-shaf sholat.
A.    Masjid
Masjid adalah tempat yang digunakan oleh umat islam dalam melakukan kegiatan beribadah kepada Allah SWT. Mulai dari melakukan sholat berjamaah, mengaji Al-qur'an dan kegiatan yang lainnya. Masjid juga merupakan salah satu sarana untuk menjalin sebuah silaturahim antara umat islam. Mulai yang kecil hingga dewasa, mulai yang kaya sampai yang miskin semuanya dipersatukan dalam satu masjid. Tidak ada perbedaan diantara mereka.
Tempat yang paling disukai Allah di dunia adalah masjid dan tempat yang paling Dia benci adalah pasar. Ini dijelaskan dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjid dan tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasar.” (HR. Muslim)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya):
إِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّڪَوٰةَ وَلَمۡ يَخۡشَ إِلَّا ٱللَّهَ‌ۖ فَعَسَىٰٓ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ (١٨(
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah: 18)
Memakmurkan masjid menjadi ciri dan hak bagi orang beriman. Mereka adalah orang-orang pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Adapun makna “memakmurkan masjid” ini adalah membangun dan mendirikan masjid, mengisi dan menghidupkannya dengan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala, menghormati dan memeliharanya dengan cara membersihkannya dari kotoran-kotoran dan sampah serta memberinya wewangian.
Dengan kata lain semua bentuk ketaatan apapun yang dilakukan di dalam masjid atau terkait dengan masjid maka hal itu termasuk bentuk memakmurkannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengabarkan kabar gembira kepada orang yang terpaut hatinya pada masjid,
“Tujuh golongan yang Allah akan menaungi mereka pada suatu hari (hari kiamat) yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; (diantaranya) Seorang penguasa yang adil, pemuda yang dibesarkan dalam ketaatan kepada Rabbnya, seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, ….” (Muttafaqun alaihi)
Akan tetapi fenomena dalam masyarakat masjid ramai hanya saat awal-awal bulan ramadhan saja. Sepuluh hari terakhir bulan ramadhan pun mulai terlihat masyarakat meninggalkan shaf-shaf sholatnya. Mereka mulai malas menginjakkan kakinya di rumah Allah. Tempat yang paling dicintai oleh Allah. Banyak manusia yang enggan menginjakkan kakinya ke masjid. Justru mereka lebih senang mengunjungi tempat selain masjid. Padahal cukup datang ke masjid, lalu sholat dan membaca Al-qur'an tanpa mengelarkan sepeser rupiahpun tak mau. Padahal jika kita ke tempat lain bisa saja membutuhkan banyak biaya, uang 50 ribu tak akan cukup.
B.     Pasar
Pasar adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli. Tempat dimana terjadinya nilai tukar menukar antara uang dan barang ataukah sebaliknya. Dalam zaman yang semakin maju, pasar tidak hanya saja pasar tradisional tapi juga pasar modern seperti mall. Banyak manfaat yang bisa kita dapatkan di pasar. Tapi juga ada beberapa kemadharatan di dalam pasar. Mengomentari hadits tersebut Imam Nawawi berkata “karena pasar adalah tempat penipuan, kebohongan, riba, sumpah palsu, ingkar janji dan berpaling dari dzikrullah (mengingat Allah) dan lain sebagainya.”
Pasar merupakan tempat yang melalaikan. Lalai terhadap pekerjaan yang telah menanti, lalai untuk segera pulang dan makin parahnya yaitu lalai dalam mengingat Allah. Lihat saja saat adzan berkumandang. Suara adzan dikalahkan dengan hiruk pikuk suasana pasar. Mereka tidak bersegera pergi ke masjid untuk menunaikan sholat melainkan tetap duduk ditempatnya untuk melayani pembeli. Begitupun dengan pembeli tidak bersegera ke masjid tapi tetap saja melanjutkan aktifitasnya memilih baju. Baju baru untuk sholat idul fitri. Padahal tidak ada perintah untuk memakai baju baru saat lebaran.
Justru yang diminta yaitu memakai pakaian yang baik. Disini baik bukan berarti harus baru. Yang setiap tahunnya saat lebaran membelinya. Al-Haifz Ibnu Jarir rahimahullah berkata, "Diriwayatkan dari Ibnu Abu Dunya dan Baihaqi dengan sanad shahih sampai ke Umar, bahwa beliau memakai baju yang terbaik pada dua hari raya (idul fitri dan idul adha)." Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, "Disunnahkan bagi laki-laki pada hari raya untuk berhias dan memakai pakaian yang terbaik." (Majmu Fatawa Wa Rosail Ibnu Utsaimin, 13/2461)
Dijelaskan pula bahwa manusia dilarang untuk berlama-lama di dalam pasar. Sesuai dengan perkataan, Salman al-Farisi berkata, “Jika engkau bisa, jangan sekali-kali menjadi orang yang pertama kali masuk pasar dan paling akhir keluar darinya. Karena di situlah medan pertempuran dengan setan, dan di sana setan menancapkan benderanya.” (atsar riwayat Muslim)
Allah Subhanahu wa Ta’ala membenci pasar, maka sudah sepantasnyalah seorang mukmin juga membencinya, dia membenci apa yang dibenci Rabbnya.
Dalam hal ini kita tidak dilarang untuk mengunjungi pasar. Akan tetapi yang tidak diperbolehkan yaitu jika melalaikan melakukan ibadah kepada Allah. Karena di pasar juga merupakan tempat untuk mencari nafkah bagi penjual dan tempat untuk mencari kebutuhan bagi para pembeli. Akan tetapi sebagai muslim dan muslimah janganlah kita bersenang jika berlama-lama di dalam pasar. Sebab didalamnya tidaklah menimbulkan keuntungan. Cukup waktu seperlunya saja untuk berlama disana sesuai dengan kebutuhan. Jika telah selesai lekas untuk meninggalkan pasar dan kembali ke rumah atau ketempat yang disenangi oleh Allah.
C.     Amalan di Masjid di terakhir bulan ramadhan
  1. Lebih giat dan bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah.
Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga senantiasa meningkatakan amalan ibadahnya di 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan. Hal ini dan sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ.
“Pada 10 hari terakhir (di bulan Ramadhan) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih bersungguh-sungguh (dalam beribadah) melebihi hari-hari yang lainnya.” (HR. Muslim no. 1175)
  1. Menghidupkan malam-malamnya dengan memperbanyak ibadah.
Di awal-awal Ramadhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya menyertai ibadah shalat dan puasanya dengan tidur, namun jika telah masuk pada 10 hari terakhir maka beliau pun mengurangi kapasitas tidurnya. Dan beliau memanfaatkan malam-malamnya untuk beribadah kepada Allah.
Di dalam musnad Imam Ahmad rahimahullah terdapat hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang menyebutkan bahwa:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْلِطُ الْعِشْرِينَ بِصَلَاةٍ وصَوْمٍ وَنَوْمٍ، فَإِذَا كَانَ الْعَشْرُ شَمَّرَ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ.
 “Pada 20 hari yang pertama (di bulan Ramadhan) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengkombinasikan antara shalat, puasa dan tidurnya. Namun jika telah masuk pada 10 hari yang terakhir beliau bersungguh-sungguh dan mengencangkan sarungnya (menjauhi istri-istrinya).” (HR. Ahmad [6/68, 146])
  1. Membangunkan anggota keluarga.
Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga senantiasa membangunkan keluarganya untuk shalat, memperbanyak dzikir dan bersungguh-sungguh dalam mengamalkan malam-malam bulan Ramadhan yang penuh barakah ini.
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ.
 “Jika telah datang 10 hari yang terakhir (di bulan Ramadhan) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malamnya (dengan beribadah), dan beliau juga membangunkan keluarganya (untuk beribadah).” (HR. al-Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)
Pada 10 hari yang terakhir merupakan kesempatan emas bagi setiap muslim untuk memperoleh pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka dari itu kita harus bersungguh-sungguh dalam beribadah di dalamnya, karena kita tidak akan pernah tahu apakah kita masih bisa bertemu lagi dengan bulan Ramadhan yang akan datang atau tidak.

  1. Beri’tikaf
I’tikaf adalah menetap di dalam masjid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah. Dan hal ini merupakan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disebutkan di dalam al-Quran dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلاَ تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
 “Janganlah kamu campuri mereka (istri-istrimu) itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid.” (QS. al-Baqarah [2]: 187)
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
 “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu beri’tikaf di 10 hari yang terakhir dari bulan Ramadhan hingga Allah Ta’ala mewafatkannya. Kemudian setelah beliau wafat, istri-istri beliau juga senantiasa beri’tikaf.” (HR. al-Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172)
  1. Besungguh-sungguh dalam meraih malam lailatul qadar.
Pada penghujung bulan Ramadhan, tepatnya di 10 (sepuluh) malam yang terakhir terdapat lailatul qadar, yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan dan keberkahan yang mana pahala ibadah seorang hamba akan dilipat gandakan. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa lailatul qadaritu lebih baik dari seribu bulan.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
 “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan, Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”(QS. al-Qadr [97]: 1-3)
Maka dari itu, setiap muslim hendaknya bersungguh-sungguh untuk bisa mendapatkan lailatul qadar, terutama di 10 malam terakhir pada bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
 “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. al-Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha)
D.    Perilaku Konsumtif semakin meningkat
Dalam bulan ramadhan seharusnya kebutuhan konsumsi semakin menurun, akan tetapi kenyataannya justru semakin banyak pengeluaran untuk makanan, beli baju baru dan sebagainya. Jika saat berbuka tidak makan es janggelan, es campur dan makanan yang lainnya itu terasa tidak special. Apalagi jika telah mendekati lebaran kurang terasa jika tidak memasak ketupat, opor ayam, kue kering dan minuman yang menyegarkan. Tak ketinggalan pula membeli baju baru, sepatu baru dan aksesoris baru untuk menunjang penampilan menjadi semacam prasyarat. Yang ditakutkan jika nanti bertemu sanak keluarga dan teman tidak mengenakan baju baru bisa menjadi sebuah gunjingan. Ini bukan hanya dilakukan oleh satu orang melainkan banyak orang. Sudah menjadi kewajiban saat lebaran untuk melakukan beli sana beli sini.
Dengan banyaknya permintaan apakah persediaan barang juga mencukupi? Itulah menjadi permasalahan semakin banyaknya peminat dan barang yang diminati kurang banyak dipasaran. Hal inilah yang menjadikan harga barang semakin mahal. Akan tetapi ramadhan selalu disambut dengan belanja besar-besaran.
      Swalayan dan mall mengadakan promo besar-besaran menjelang ramadhan dan menjelang lebaran. Baju baru discount 50% bahkan hingga 70%. Padahal jika dihitung-hitung sama saja halnya dengan bulan-bulan sebelum ramadhan dan sesudahnya. Hanya berbeda yang ini dapat discount besar-besaran yang biasanya hanya discount 10% saja.
E.     Lebih memilih yang mengeluarkan uang dari pada yang tidak
Fenomena sekarang masnyarakat justru lebih senang mengeluarkan uangnya untuk beli barang-barang yang hanya digunakan untuk saat lebaran saja. Tapi malas untuk melakukan suatu amalan yang itu benar-benar mendapatkan pahala yang luar biasa. Mereka lebih senang pergi ke pasar, Pasar lebih padat dan ramai sampai-sampai ketika lewat badanpun tersa tidak mau berpindah dari tempatnya. Bukannya betah tapi macet.
Seseorang jika diminta untuk membaca Al-Qur’an ketika telah selesai sholat terawih mereka beralasan ngantuk, capek dan alasan yang lainnya. Tapi jika pergi kepasar lima jampun tak akan terasa membosankan dan melelahkan. Sepuluh hari terakhir bulan ramadhan sangat ironis sekali melihat pemandangan di dalam masjid. Shaf-shaf sholat terawih hanya tinggal 5 shaf. Yang pada hari-hari sebelumnya, pertama kali sholat terawih tempat sholat sesak dengan jamaah. Tapi menginjak sepuluh hari terakhir sepi dan yang tertinggal hanyalah segelintir orang saja.

F.      Referensi

1.      http://www.muadz.com/amalan-di-10-hari-terakhir-bulan-ramadhan/

2.      http://alfathonah.blogspot.com/2012/08/akhir-ramadhan-antara-masjid-dan-pasar_15.html

3. http://www.kompasiana.com/ratihnoko/mengenal-lebaran-effect_54f6b251a33311495d8b460b

 


PERKADERAN JANTUNG IKATAN



PERKADERAN JANTUNG IKATAN
Oleh: Putri Nur Jannah (Kabid Kader PK. IMM Averoes UMSIDA)
Disusun sebagai syarat kepesertaan Latihan Instruktur Dasar PC. IMM Sidoarjo

Latar Belakang
Kader (prancis: cadre) berarti elite, ialah bagian yang terpilih, yang terbaik karena terlatih, berarti jantung suatu organisasi. Kalau kader lemah maka suatu organisasi tidak bisa bekembang dan berjalan, maka seluruh elemen organisasi itu lemah juga. Sedangkan jika kader itu kuat maka seluruh elemen dalam organisasi itu kuat. Kader merupakan suatu inti dari suatu resimen. Daya juang resimen ini sangat tergantung dari niali kadernya, yang merupakan tulang punggung, pusat semangat dan avant-gardennya. Maka jelaskah bahwa hanya orang-orang yang bermutu itulah, yang terpilih dan pengalaman dalam medan pertempuran, yang taat dan berinisiatif yang dapat disebut kader.
Kader disebut quadrum yang berarti empat persegi panjang atau kerangka. Dengan demikian kader dapat didefinisikan sebagai kelompok manusia yang terbaik karena terpilih yaitu merupakan inti dan tulang punggung (kerangka) dari kelompok yang lebih besar dan terorganisir secara permanen.
Sistem perkaderan diartikan seperangkat unsur dari keseluruhan komponen yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas yang berhubungan dengan kader dan kaderisasi. sebagai sebuah sistem, unsur-unsur yang terkandung dalam sistem perkaderan yaitu tujuan perkaderan, arah perkaderan, profil kader, jenis dan bentuk perkaderan, struktur perkaderan, kurikulum perkaderan, dan pengorganisasian perkaderan.
Perkaderan tidaklah dimulai pada saat sekarang saja. Dahulunya Rasulullah juga melakukan sebuah perkaderan untuk melanjutkan perjuangan dakwahnya dalam menyebarkan agama Islam. Begitu pula pada organisasi Islam terbesar yakni Muhammadiyah. Sebagai rangka melanjutkan estafet kepemimpinan diperlukan sebuah proses kaderisasi. Dan tak tertinggal pula salah satu organisasi otonom Muhammadiyah yakni IMM juga melakukan rekruitmen atau pencarian kader sebagai penerus pengemban amanah dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan berfastabiqul khairat. \
Kaderisai menurut islam diartikan sebagai usaha mempersiapkan calon-calon pemimpin hari esok yang tangguh dalam mempertahankan dan mengembangkan identitas khoiruh ummah, umat terbaik. Ini sesuai dengan seruang Allah dalam QS. Al-Imran: 110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Dalam artikel ini akan dijelaskan sistem perkaderan pada masa Rasulullah, sistem perkaderan yang ada di Muhammadiyah, sistem perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan korelasi antara ketiga sistem perkaderan tersebut. Bahwa ada garis merah antara tiga sistem perkaderan tersebut.

Sistem Perkaderan Rasulullah
Dalam melakukan kaderisasi Rasulullah tidak sembanrangan. Beliau melakukan apa yang ia katakan kepada kadernya. Sehingga kadernya menjadi taat dan melaksanakan apa yang beliau serukan.[1] Kunci sukses kaderisasi juga Allah ingatkan dalam al-qur’an surat ash-Shaff ayat 2-3 yang artinya (2) Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (3) Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Darul Arqam, sebuah rumah di wilayah mekah milik salah seorang sahabat yang menjadi temapat Rasulullah saw mengkader para sahabatnya sebelum peristiwa hijrah ke Madinah. Ditempat itu selama 13 rahun Rasulullah mencetak generasi yang menjadi penyokong-penyokong utama menegakkan dahwah nubuwah.
Stategi yang digunakan Rasulullah dalam mendidik mereka adalah melalui keteladanan. Rasulullah tidak hanya menyampaikan, akan tetapi mempratikkan ajarannya secara langsung kepada mereka.
Sasaran kaderisasi Rasulullah yaitu orang terdekatnya seperti para sahabatnya yakni Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin al-Khattab dan para sahabat yang lainnya.  Adapun muatan yang digunakan dalam proses awal kaderisasi yakni penanam aqidah Islam secara menyeluruh dan mendalam. Secara garis besar Rasulullah melakukan pembinaan dan pengajaran periode Makkah yaitu pendidikan tauhid dalam teori dan praktek serta pendidikan al-Qur’an. Sedangkan pembinaan dan pengajaran di Madinah yaitu pembentukan dan pembinaan  masyarakat baru menuju satu kesatuan sosiopolitik, Pendidikan politik dan kewarganegaraan.

Sistem Perkaderan Muhammadiyah
Perkaderan dalam Muhammadiyah lahir seiring dengan proses pembinaan calon anggota dan anggota Muhammadiyah untuk menghasilkan tenaga-tenaga inti penerus misi dan gerakan Muhammadiyah yang dilaksanakan melalui berbagai upaya serta media, baik langsung maupun tidak langsung.[2] Perkaderan semacam ini dimulai saat kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan dan pemimpin-pemimimpin Muhammadiyah selanjutnya dengan cara dan metode yang berbeda, namun semangat yang dikandungnya yang sama.
Perkembangan Muhammadiyah yang begitu pesat dengan banyaknya amal usaha yang dimiliki. Itu semua tidaklah dapat dipisahkan dari kegiatan kaderisasi dan pendidikan kader. Muhammdiyah lahir, terus berkembanga, begitu pula program pendidikan atau pembinaan kader menjadi program yang diutamakan dengan metode-metode dan sistem pengajian, latihan, pendidikan formal (pembinaan kader, kaderisasi, perkaderan) merupakan tuntutan yang tidak dapat dilepaskan dari keberadaan serta perkembangan Muhammadiyah. Bahwasannya pada masa mendatang jauh lebih menuntut penanganan yang serius, terprogram secara baik dan strategis.[3] 
Kaderisasi dalam Muhammadiyah menjadi kebutuhan yang utama disebabkan perkembangan yang dihadarpi Muhammadiyah, potensi dan kebesarannya, masalah-masalah yang dihadapi, dan tantangan besar yang menantang di depannya sedemikian kompleks dan sarat kedinamisan. Maka lebih menjadi kebutuhan lagi, bila diproyeksikan ke masa depan Muhammadiyah, yang jelas-jelas membutuhkan persiapan generasi yang tanggung dalam segalanya. Perhatian, motivasi serta partisipasi kepada Muhammadiyah didasarkan atas rasa ketertarikan moral Islami dan ukhuwah Islamiyah, tentu positif. Namun jika ketertarikan dilihat sebagai fasilitas sosial, ekonomi, politik, maka perlu diseleksi.
Karya-karya filosofis yang sebagai jawaban kekaburan serta pergeseran nilai di dalam kehidupan Muhammadiyah yang merujuk kepada nilai-nilai Islam dan jiwa gerak Muhammadiyah. Sedangkan di fihak lain sebagai upaya pemagaran terhadap pengaruh-pengaruh luar secara filosofis dengan tidak meremehkannya. Karya itu adalah Muqaddimah Angggaran Dasar Muhammadiyah. Demikian kelahiran rumusan Khittah perjuangan Muhammadiyah, juga rumusan kepribadian, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah. [4]
Untuk menjawab itu semua diperlukan sebuah pendekatan filosofis. Uregensi pendekatan filosofis dikaitakan pada Muhammadiyah dalam kedudukannya Gerakan Islam, Gerakan Tajdid, Gerakan Dakwah secara sebenar-benarnya. Dengan pendekatan filosofis tersebut maka akan dapat difahami peta permasalahan yang secara mendasar maupun menyeluruh. Dengan pendekatan folosofis dapat diupayakan langkah penanaman ideologis dalam bentuk pembinanaan nilai-nilai Islam dan perilaku kepemimpinan serta perilaku bermuhammadiyah bagi segenap anggota Muhammadiyah secara terprogram.
Hakekat kader muhammadiyah bersifat tunggal, yang terkontrol dalam tema ”Hanya Satu Kader Muhammadiyah”. Sedangkan fungsi tugasnya bersifat ke dalam dan ke luar, yakni sebagai kader persyarikatan, keder umat, dan kader bangsa. Adapun misi utamanya adalah membawa Muhammadiyah mencapai tujuannya. Dalam menjalankan tugasnya kader harus mempunya cara berfikir, sikap mental, kesadran beragama dan berorganisasi, serta keiklasahan.
Ada beberapa startegi perjuangan Muhammadiyah yang dilakukannya sebagai Gerakan Islam, tajdid dan dakwah yaitu:
1.      Strategi kelembagaan
a.       Urgensi pendekatan sistem terhadap Muhammadiyah
b.      Kedudukan dan fungsi lembaga-lembaga/badan-badan dalam Muhammadiyah:
1)      kedudukan dan fungsi majlis
2)      kedududukan dan fungsi badan
3)      kedudukan dan fungsi ortom
4)      kedudukan dan fungsi Amal usaha
c.       Esensi dan fungsi organisasi sebagai istrumen gerakan.
d.      Pola dan mekanisme antar lembaga/badan
e.       Manajemen organisasi
f.       Aspek rekruitmen personal pimpinan persyarikatan dan amal usaha
g.      Kepemimpinan sebagai arus penggerak
2.      Strategi Sosial-Budaya
a.       Peran global Muhammadiyah dalam dimensi politik, kemasyarakatan, kebangsaan, ilmu pengetahuan ekonomi dan pendidikan.
b.      Peran Muhammadiyah dalam dimensi keagamaan dan kehidupan umat.
c.       Alternatif pola gerakan dalam dimensi tersebut.
3.      Strategi perkaderan
a.       Pendidikan kader persyarikatan
b.      Pendidikan kader umat
c.       Pendidikan kader bangsa
Stategi perekrutan kader Muhammadiyah yaitu secara internal dan eksternal. Secara internal yaitu melakukan pemantapan pemahaman ideologi Muhammadiyah di kalangan teman-teman, saudara dan anggota keluarga sendiri. Sedangkan secara eksternal yaitu melakukan perluasan-perluasan akses ke wilayah-wilayah yang dianggap memiliki potensi sumber daya manusia. Khusus rekrutmen ini, dilakukan dengan keterbukaan, transparan dan selektif.[5]
Muatan atau kurikulum dalam suatu perkaderan tidak lain adalam merupakan program yang direncanakan secara otomatis untuk mencapai tujuan dari perkaderan yang dimaksud. Melalui pembinaan Ideologis dan kepemimpinan, tujuan perkaderan dalam Muhammadiyah adalah terbentuknya kader Muhammadiyah, sebagai kader persyarikatan, kader ummat dan kader bangsa sesuai dengan misi Muhammadiyah. Bahwa ada 6 jenis materi kurikulum inti yang dikembangkan dalam perkaderan Muhammadiyah yaitu:
1.      Hakekat Islam
2.      Metodologi Pemahaman Islam
3.      Sejarah Gerakan Pembharuan
4.      Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam
5.      Kapita Selekta
6.      Strategi perjuangan Muhammadiyah

Sistem Perkaderan IMM
Perkaderan dalam IMM harus berjalan dengan baik sebab nadi dari Ikatan terletak ditangan seorang kader. Sebab kelanjutan perjuangan kepemimpinan selanjutnya yang akan menjalankan adalah para kader. Estafet kepemimpinan, kepengurusan serta yang menjalankan sebuah roda organisasi yakni kader. Dalam Nilai Dasar Ikatan poin kelima menerangkan bahwa Kader IMM merupakan inti masyrakat utama, yang selalu menyebarkan cita-cita kemerdekaan, keliaan dan kemaslahatan masyarakat sesuai dengan semangat pembebasan dan pencerahan yang dilakukan Nabiyullah SAW.[6]
Arah perkaderan IMM bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas akademik yang memadai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman yang berakhlakul karimah dengan proyeksi sikap individual yang madiri, bertanggung jawab dan memiliki komitmen serta kompetisi perjuangan dakwah. Falsafah perkaderan IMM adalah mengembangkan nilai-nilai uswah, pedagofi-kritis dan hikmah untuk mewujudkan gerakan IMM sesuai dengan falsafahnya yakni IMM adalah gerakan intelektual.
Sasaran perkaderan IMM adalah mahasiswa, anggota, calon pimpinan, pimpinan dan istruktur. Target perkaderan utama diproyeksikan untuk terbentuknya sumber daya kader struktural dan fungsional yang profesional. Target perkaderan utama dalah terinternalisasikan nilai-nilia perjuangna visi dan misi IMM sekaligus terciptanya kader pimpinan yang memiliki kompetensi dan wawasan yang sesuai dengan tingkatan kepemimpinan masing-masing. Sedangkan target perkaderan khusus diproyeksikan pada terbentunya pengelola perkaderan yang progesional. Target perkaderan khusus adalah meningkatnya kualitas sumber daya kader menurut minat, bakan, profesi, keterampilan dan keahlian di bidang tertentu.[7]
Landasan perkaderan ada tiga landasan yaitu: landasan nilai atau etika adalah landasan yang mengatur secara normatif dan mendasar seluruh pelaksanaan kegiatan perkaderan IMM yaitu al-Qur’an dan as-sunnah yang secara operasional dijabarkan dalam khittah perjuangan Muhammadiyah dan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah. Landasarna Hukum: pancasila, UUD 1945, UU No 8 th 1985 tentang keormasan. Landasan formal organisasi: keputusan PP Muhammadiyah tentang Kaidah Ortom, Keputusan muktamar XII IMM di Bandar Lampung, Program Kerja DPP IMM bidang kader.
Materi kurikulum yang termuat dalam perkaderan IMM dikembangkan da;am lima kelompok materi yaitu:
1.      Materi pokok Ideologi
2.      Materi Pokok keroganisasian/kepemimpinan
3.      Materi pokok wawasan; kapita selekta
4.      Materi pokok terapan
5.      Muatan lokal
Dari kelima kelompok materi itu dikembangkan silabi untuk masing-masing komponen dan jenjangn yang dibangun dengan pendekatan muatan Nasional dan muatan Lokal yang dikemas secara ideal dan dinamis.
Komponen dan jenjang perkaderan dalam IMM terbagi menjadi:
1.      komponen pra perkaderan yaitu suatu komponen awal yang berfungsi untuk mengenalkan dan memasyaraktakan IMM, sekaligus sebagai wahana rekruitmen anggota serta sebagai persiapan untuk memasuki perkaderan Darul Arqom Dasar.
2.      komponen perkaderan utama yaitu komponen utama yang bersifat wajib dan merupakan komponen pokok perkaderan IMM. Komponen ini bersifat mengikat dan secara struktural menjadi prasyarat tertentu. Secara berjenjang, perkaderan utama terdiri dari tingkatan-tungkatan yaitu pDarul Arqam Dasar (DAD), Darul Arqam Madya (DAM) dan Darul Arqam Paripurna (DAP)
3.      komponen perkaderan khusus yaitu komponen perkaderan yang ditujukan dalam rangka mendukung komponen utama dengan pendekatan khusus. Komponen ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kemampuan, keterampilan dan kecakpan khusus. Adapun tingkatannya yaitu Latihan Instruktur Dasar (LID), Latihan Instruktur Madya (LIM) dan Latihan Instruktur Paripurna (LIP).
4.      kompenen perkaderan pendukung yaitu komponen perkaderan yang dilaksanakan untuk mengingkaykan potensiu kader sesuai minta, bakat, keterampilan, keahlian serta kemampuan dalam rangka mendukung keberhasilan proses kaderisasi ikatan. Terdapat perkaderan pendukung poko juga terdapat perkaderan pendukung tambahan.

Korelasi SPR, SPM dan SPI
Sistem perkaderan pada masa Rasulullah, sistem perkaderan Muhammadiyah dan sistem perkaderan IMM saling berhubungan. Secara filosofis sistem perkaderan Ikatan merupakan penerjemahan perkaderan yang dilakukan Rasulullah. Hal tersebut dapat dilihat dari nama perkaderan yaitu Darul Arqam. Dimana Darul Arqam tersebut merupakan tempat awal dimana digunakan Rasulullah untuk kaderisasi. darul Aqam diambil dari nama sahabat Rasulullah yaitu Arqam Ibn Abil Arqam. Ditempat itu muncullah generasi awal Islam seperti Abu Bakar, Ali Ibnu Abi Thalib, Siti Khadijah dan yang lainnya.
Perkaderan yang dilakukan Rasulullah yakni menanamkan nilai-nilai Islam secara kaffah dan mengubah kesadran hingga timbul kesadaran al syaksiyah faal fadli (hablum minallah dan hamblum ninanas).[8] Hubungan dari ketiganya itu disebabkan nama perkaderan yang sama yakni sama-sama menggunakan Darul Arqam. Darul Arqam saat Rasulullah sebagai awal lahirnya generasi awal Islam. Darul Arqam pada perkaderan Muhammadiyah merupakan bentuk perkaderan yang khas dan utama dalam kaderisasi Muhammadiyah yang bertujuan membentuk cara berfikir dan sikap yang sama tentang Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam, Gerakan Tajdid, dan Gerakan Da’wah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar bagi setiap angota serta pimpinan persyarikatan.[9] Darul Arqam di perkaderan IMM merupakan sebagai tempat internalisasi nilai-nilai Ikatan dan berorientasi pada Ideologi Ikatan.

Perkaderan Jantung Ikatan
Mengapa jantung? Sebab jantung adalah sumber kehidupan yang ada didiri manusia. Jika jantung itu rusak, mati atau hilang. Maka manusia itu tak akan bisa hidup, manusia itu mati. Sebab jantung merupakan pusat dari seluruh tubuh. Begitupula IMM, perkaderan merupakan sumbu gerakan, tanpa adanya perkaderan sebuah gerakan tampak seperti paguyuban kadangkala harus bubar, karena ketiadaan regenerasi dan lenyapnya semangat ”kesukaan” atau hobi yang menyatu.[10]
Perkaderan sangatlah penting oleh sebab itu dalam membuat sebuah perkaderan harus sesuai dengan Sistem Perkaderan Ikatan. Ketidakcocokan akan hanya membuat perkaderan dikatakan gagal. Berdasarkan pengalaman responden hanya 70 persen perkaderan yang sesuai dengan SPI yang 30 persen tidak sesuai dengan SPI. Hal inilah yang menyebabkan banyak kader yang kurang mengerti IMM selulus DAD. Meski sudah selama dua tahun menjadi anggota IMM.
Agar ikatan berjalan dengan lancar, perkaderan harus dijalankan sesuai dengan Sistem Perkaderan Ikatan. Materi-materi yang disampaikan dan pemateri harus benar-benar faham dengan materi. Perkaderan dalam IMM ada dua macam yakni formal dan no-formal. Akan tetapi, sering dijumpai seakan-akan dengan adanya perkaderan formal maka selesailah proses perkaderan. Padahal penentu yang lebih besar terhadap proses perkaderan adalah pasca perkaderan (follow up).
Kader sebagai penerus estafet kepemimpinan. Tanpa adanya kader maka organisasi itu akan mandek, stagnan, tak bisa berjalan. Sebab tidak ada yang menjalankannya. Siapa yang akan menjalankan jika tidak ada kader? Apa tetap orang yang sama selama bertahun-tahun. Itu tidak mungkin, sebab manusia akan mati. Oleh sebab itu diperlukannya kader bagi ikatan.
Pak Din Syamsudin dalam buku karanganny Muhammadiyah untuk Semua, beliau menuliskan bahwa Muhammadiyah dapat melewati usia satu abad ini karena mampu melahirkan kader-kader terbaik. Yaitu, kader yang handal yang mampu meneruskan perjuangan para perintis dan pendahulunya. Saya menyaksikan sendiri bagaimana ranting, cabang, derah dan wilayah dapat bertahan, tumbuh dan maju karena memiliki stok kader persyarikatan yang handal. Dibanyak tempat, generasi pertama perintis persyarikatan amal usaha muhammadiyah mampu menghasilkan generasi kedua penerus perjuangan muhammadiyah. Malahan ada yang mampu mempertahankan jalur kaderisasi ini sampai ke generasi ketiga dan keempat. Yang paling banyak terjadi sekarang, usia kaderisasi di persyarikatan di ranting atau cabang sudah berlangsung dua generasi dan tiga generasi.
Salah satu jalur yang paling strategis adalah jalur keluarga. Keluarga perintis muhammadiyah di sebuah tempat mampu melahirkan generasi penerusnya, demikian seterusnya. Ini biasanya terjadi karena generasi perintis muhammadiyah ini memang betul-betuk kader militan, handal, saleh dan memiliki daya juang tinggi serta memiliki visi yang jauh ke depan. Dalam bahasa agama, mereka yang demikian, selain selalu mencari ridla Allah swt, juga menyadari isi dan makna sebuah hadits yang menyatakan bahwa kalau seorang anak adam meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali mereka yang memberikan shadaqah jariyah, memberikan ilmu yang bermanfaat dan melahirkan anak-anak shaleh yang mendoakannya.[11]

Kesimpulan
Perkaderan amatlah penting untuk kelanjutan sebuah organisasi. Oleh sebab itulah dibuatkan prosedur dalam mengkader yakni Sistem Perkaderan. Agar perkaderan itu tidak melenceng maka dalam pengelolaan perkaderan harus sesuai dengan Sistem Perkaderan yang didalamnya sudah sangat lengkap apa kurikulum dan strategi yang digunakan. Karena kader adalah pemegang estafet selanjutnya setelah orang sebelumnya dimisioner. Misalnya, angkatan 17 dimisioner maka yang melanjutkan kepemimpinan adalah angkatan 18 dan angkatan 19. Jika tak ada kader, maka organisasi itu akan mati.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Markus dan Amminuddin Anwar. 2014.  Genealogi Kaum Merah: Pemikiran dan Gerakan. Yogyakarta: Rangkang Education.
DPP IMM. 2011. Sistem Perkaderan Ikatan. Yogyakarta: DPP IMM.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 1990. Sistem Perkaderan Muhammadiyah. Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Badan Pendidikan Kader.
Syamsudin, Din. 2014. Muhammadiyah untuk Semua. Yogyakarta: suara muhammadiyah.


[2] Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sistem Perkaderan Muhammadiyah. (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Badan Pendidikan Kader. 1990). 1.
[3] Ibid. 9.
[4] Ibid. 13.
[6] Markus Ahmadi dan Amminuddin Anwar.  Genealogi Kaum Merah: Pemikiran dan Gerakan. (Yogyakarta: Rangkang Education. 2014). 100.
[7] DPP IMM. Sistem Perkaderan Ikatan. (Yogyakarta: DPP IMM. 2011). 2.
[8] DPP IMM. Sistem Perkaderan Ikatan. (Yogyakarta: DPP IMM. 2011). IX.
[9] Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sistem Perkaderan Muhammadiyah. (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Badan Pendidikan Kader. 1990). 20.
[10]Markus Ahmadi dan Amminuddin Anwar.  Genealogi Kaum Merah: Pemikiran dan Gerakan. (Yogyakarta: Rangkang Education. 2014). 149.
[11] Din Syamsudin. Muhammadiyah untuk Semua. (Yogyakarta: suara muhammadiyah. 2014). 10.