Minggu, 28 Juli 2019

LANDASAN OPERASIONAL MUHAMMADIYAH


Bacalah bacaan dibawah ini dengan seksama!

LANDASAN OPERASIONAL MUHAMMADIYAH

     A.   Pengertian
Agar pergerakan Organisasi Muhammadiyah sesuai maksud dan tujuannya alias tidak melenceng dari “rel” yang sudah digariskan, maka semua pimpinan dan anggota butuh landasan dalam “mengoperasikan” atau menggerakkan dan menjalankan persyarikatan. Landasan Operasional merupakan pijakan bagi persyarikatan Muhammadiyah dalam menjalaskan aktivitas-aktivitas untuk mencapai maksud dan tujuannya.[1]
Perjuangan Muhammadiyah adalah perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Perjuangan Muhammadiyah tersebut dilaksanakan melalui gerakan amar makruf nahi munkar di seluruh lapangan kehidupan dengan sasaran umat dakwah dan umat ijabah baik pada level peseorangan maupun masyarakat, sebagaimana yang menjadi misi persyarikatan sesuai firman Allah dalam surat Ali Imron ayat 104 artinya “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.”
Ditinjau daristruktur konsepsinya, pada hakekatnya perjuangan Muhammadiyah merupakan operasionalisasi strategis dari Khittah perjuangan Muhammadiyah. karena itu, Khittah Perjuangan Muhammadiyah dapat dikatakan dengan sebagai pola dasar dari strategi perjuangan Muhammdiyah. Sedangkan dilihat dari substansinya, Khittah Perjuangan Muhammadiyah dapat dikatakan sebagai teori perjuangan yakni sebagai kerangkan berfikir untuk memahami dan memecahkan persoalan yang dihadapi Muhammadiyah sesuai dengan gerakan dalam konteks situasi dan kondisi yang dihadapi.[2]

     B.   Khittah Perjuangan Muhammadiyah
Khittah artinya garis besar perjuangan. Khittah Perjuangan Muhammadiyah berarti garis-garis besar perjuangan yang didalamnya berisi tentang tuntunan, pedoman dan arahan untuk berjuangan dalam Muhammadiyah. Khittah dalam Muhammadiyah mempunyai arti yang sangat penting, karena selain menjadi landasan berfikir bagi semua pimpinan dan anggota juga menjadi landasan bagi setiap amal usaha. Sis suatu khittah sesuai dengan dasar dan tujuan Muhammadiyah serta menunjukkan situasi masa dalam suatu periode.[3]

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan menuliskan jawaban disertai dengan footnotenya! Jawaban dikirim langsung di e-mail pu3nurjannah@gmail.com
    1.   Jelaskan menurut kamu, mengapa Muhammadiyah harus memiliki Khittah Perjuangan Muhammadiyah?
    2.   Jelaskan macam-macam Khittah Perjuangan Muhammadiyah yang kamu ketahui dan jelaskan secara singkat masing-masing Khittah!

PERKEMBANGAN ISLAM DAN PERAN MUHAMMADIYAH SEBELUM MASA KEMERDEKAAN

Bacalah teks dibawah ini dengan seksama!

PERKEMBANGAN ISLAM DAN PERAN MUHAMMADIYAH SEBELUM MASA KEMERDEKAAN

A.   Sejarah Perkembangan
Dinamika Muhammadiyah sejak berdiri hingga saat ini telah menjadi sejarah tersendiri dalam perkembangan Islam, terutama di Indonesia. Latar belakang erdirinya Muhammadiyah tidak terlepas dari perkembangan Islam, baik tingkat nasional maupun internasional. Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, dunia Islam mulai bangkit kembali dengan gerakan pembaharuan Islam. di berbagai negara Islam gerakan pembaharuan ini berjalan secara serentak, termasuk di Indonesia.
Dalam sejarah kebangkitan Islam sudah dimulai jauh sebelum abad ke-19. Seperti yang dilakukan Taqiyuddin Abul Abbas Ibn Taimiyah (1263-1338), Ibnu Qoyyim al-Jauziyah (1292-1350), Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787) di Hijaz, Sir Sayid Ahmad Khan (1817-1898), Jamaluddin al-Afghony (1838-1897), Muhammad Rasyid Ridla (1856-1935), Mohammad Iqbal (1874-1938) di Pakistan, serta sejumlah penggerak pembaharuan Islam lain di berbagai belahan dunia.
Gerakan pembaharuan keagamaan juga dilakukan Muhammad Abduh (1849-1905) di Mesir. Gerakan pembaruan Islam yang dilakukan Abduh lebih menekankan pemikiran dan penafsiran untuk kembali ke aqidah Islam secara murni. Sebagai tokoh modernis, Abduh menganjurkan penggunaan pemikiran modern dalam mengkaji masalah agama sehingga agama bisa kontekstual dengan nilai-nilai agama yang murni. Menurutnya, dengan pendekatan itu kebenaran Islam dapat diungkap sesuai dengan tuntutan zaman. Dasar pemikiran inilah yang mendorong Abduh menerapkan ijtihad untuk memecahkan persoalan agama seriring perkembangan zaman. Menurut Abduh, ijtihad itu boleh dilakukan dengan syarat hasil ijtihad tersebut baik untuk masanya atau masa sesudah ijtihad dilakukan.
Pemikiran Abduh inilah yang menjadi inspirator gerakan Islam yang berusaha berfikir rasional dan sekaligus menegakkan sunnah Nabi Muhammad SAW dan Khulafa’ al-Rasyidin. Sehingga kelompok pembaharu selalu menekankan ijtihad untuk menyelesaikan persoalan agama yang muncul pada setiap zaman karena perkembangan masyarakat.
Pemikiran Abduh tentang pemurnian Islam dikembangkan muridnya dari Syiria, Muhammad Rasyid Ridla (1856-1935). Rasyid Ridla kemudian menerbitkan tafsir al-Qur’an dan majalah berhaluan pembaruan pemikiran, bernama al-Manar yang tersebar luas ke Maroko hingga ke Indonesia.
Melalui majalah al-Manar, pemikiran pembaruan Abduh sampai pada para pembaharu Islam yang tersebar di Negara-negara Islam, termasuk Indonesia melalui para mahasiswa yang belajar di Timur Tengah. Modernisme gerakan Islam inilah yang kemudian membentuk persaudaraan dan kelomp[ok-kelompok yang bersemangat memerangi kebrobokan umat Islam yang terkurung dalam kehidupan penuh dengan praktek animisme dan dinamisme.
Sebelum Islam masuk ke Indonesis telah ada animisme dan dinamisme yang diperkuat dengan datangnya agama Hindu dan Budha. Agama Islam masuk ke Indonesia mulai abad ke-7 Masehi atay abad pertama Hijriyah yang dibawa langsung dari Arab Saudi pada masa Khalifah Umar bin al-Khattab. Melalui para saudagar dari Gujarat dan Arab, Islam mulai masuk ke Indonesia.
Agama Islam masuk dan cepat tersebar di berbagai pelosok tanah air Indonesia disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini:

  1. Islam adalah agama dakwah, yakni agama yang mengharuskan umatnya mendakwahkan Islam. 
  2. Islam masuk dengan cara damai tidak dengan berperang dan bertumpah darah. 
  3. Penampilan yang simpatik dari para pembawa Islam yang membuat orang lain cepat menerima Islam. 
  4. Kondisi rakyat jelata yang lama menderita akibat driskiminasi kasta dalam Hindu. Sedangkan Islam hadir membawa kesetaraan. 
  5. Para muballigh mahir dan bijaksana dalam berdakwah. Para pembawa Islam berdakwah dengan cara hikmah (baik) 
  6. Runtuhnya kerajaan-kerajaan akibat ketidakmampuan mengendalikan negara yang kemudian disusul masuknya Islam ke istana 
  7. Islam adalah agama yang sesuai fitrah manusia
Kuatnya pengaruh ajaran agama Hindu dan Budha, sebagian umat Islam masih mempertahankan amalan-amalan agama nenek moyang dalam kehidupan sehai-hari. Percampuran antara budaya dan ajaran agama Islam pun tidak dapat dielakkan di masyarakat. Akibatnya, masa itu muncul takhayul, bid’ah dan khurafat (TBC).
Melihat kondisi seperti ini, pemikiran Muhammad Abduh yang bertekad mengembalikan ajaran Islam secara murni, direspon sejumlah tokoh Islam di Indonesia. Bersama para generasi muslim berjiwa pembaharu, KH. Achmad Dahlan mengembangkan pemikiran untuk menerapkan ajaran Islam secara murni di Indonesia, karena jika kondisi ini terus berlanjut mengancam, maka akan keberadaan Islam
Setelah melakukan kajian dan perenungan secara mendalam atas ayat-ayat al-Qur’an, Hadits, serta mempertimbangkan kondisi masyarakat yang perlu pencerahan, KH. Ahmad Dahlan mendirikan gerakan Muhammadiyah yang berkedudukan di Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912 M. Persyarikatan ini dipimpin langsung oleh KH. Ahmad Dahlan sendiri sebagai ketuanya. Gerakan Islam ini bertekad malaksanakan ajaran Islam secara murni, bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah. Setelah itu juga melakukan penafsiran secara rasional terhadap dinamika umat Islam sesuai konteks kehidupan.
Di antara para pendukung gerakan Muhammadiyah pada awal berdirinya adalah Abdullah Sirat, H. Ahmad, H. Abdurrahman, R.H. Sarkawi, H. Muhammad, R.H Jaelani, H. Anies dan H.M. Pakih, serta tokoh Islam lain. Dari kelompok kecil inilah pemikiran pembaruan Islam berkembang di Indonesia dengan berbagai gerakan dakwah.
Gerakan pembaharuan dilakukan dengan kegiatan keagamaan dan sosial melalui berbagai amal usaha. Diantaranya adalah pendidikan, kesehatan, sosial, serta amal usaha lain. Pada periode ini gerakan pembaharuan dilakukan dengan pendekatan rasional dan mengedepankan kemurnian Islam dengan cara dakwah langsung (bil hal).
B.   Muhammadiyah Periode Awal
Berdirinya Muhammadiyah dilatarbelakangi faktor internal dan ekster nal. Secara internasional ada empat hal yang mendorong KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah.

  1. Merajalelanya bid’ah, khurafat, syirik, tahayyul, sehingga kehidupan beragama tidak sesuai dengan nash al-Qur’an dan hadits. 
  2. Merajalelanya kemiskinan, kebodohan, kekolotan, kemunduran bangsa Indonesia umumnya dan umat Islam khususnya. 
  3. Tidak adanya kesatuan dan persatuan ukhuwah umat Islam serta organisasi Islam yang kuat dan kompak. 
  4. Lemah dan gagalnya sistem penddikan Pondok Pesantren Islam yang kurang mencerminkan perkembangan dan kemajuan zaman dan adanya kehidupan pendidikan yang mengisolir diri
Faktor eksternal yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah antara lain:
  1. Merajalelanya imperialism kolonialis Belanda di Indonesia yang harus dihadapi 
  2. Adanya kegiatan dan kemajuan misi zending Kristen di Indonesia
  3. Sikap yang merendahkan pada Islam oleh para intelgensia kaum terpelajar, bahwa Islam agama yang out of date, tidak sesuai dengan kemajuan zaman
  4. Adanya rencana kristernisasi pemerintah colonial Belanda untuk kepentingan politik koloniah
Kondisi umat Islam dan bangsa Indonesia yang jumud inilah mendorong KH. Ahmad Dahlan mendirikan gerakan Islam bernama Muhammadiyah. Sebuah Gerakan Pembaharuan Islam secara murni dan bertekad menegakkan terlaksananya ajaran Islam secara murni dan bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah.
Muhammadiyah bertujuan menyebarkan ajaran Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Indonesi, terutama di Karesidenan Yogyakarta sebagai tempat tinggal KH. Ahmad Dahlan. Selain itu, tujuan awal Muhammadiyah adalah menunjukkan umat Islam dengan melakukan pembaruan pemikiran agama agar sesuai dengan konteks perkembangan zaman sehingga bisa diterima masyarakat.
Untuk memperoleh legalitas organisasi, KH. Ahmad Dahlan mengajukan surat permintaan Rechpeerson kepada pemerintah Hindia Belanda sebagai organisasi yang sah, yaitu Gouvernements Besluit 22 Agustus 1914 No. 81 Surat pertama Organisasi Muhammadiyah disahkan pemerintahan Hindia Belanda.
Muhammadiyah pada periode awal ini belum bisa bergerak banyak karena masih dibatasi oleh pemerintahan dalam melakukan gerakan islam. Pemerintahan Hindia Belanda hanya memperbolehkan Muhammadiyah untuk berdakwah di Karesidenan Yogyakarta.
Namun, secara diam-diam KH. Ahmad Dahlan membangun jaringan dakwah ke daerah-daerah dengan menyamar sebagai pedagang kain batik hingga ke pelosok-pelosok daerah di Indonesia. Di antara daerah yang menjadi sasaran awal gerakan Muhammadiyah adalah Jawa Timur. Sambil berdagang, KH. Ahmad Dahlan mendatangi Surabaya, Banyuwangi, Ponorogo, Madiun dan Malang, tepatnya Kepanjen dan Sumberpucung. Di luar Jawa juga dilakukan ke Padang Sumatera, Makasar Sulawesi, serta daerah lain.
Dakwah KH. Ahmad Dahlan di Surabaya diikuti Ir. Soekarno, presiden RI pertama, bertempat di Mushalla Penelah, Plampitan, dan kawasan Ampel. Di Surabaya KH. Ahmad Dahlan bertemu KH. Mas Mansyur, seorang pemuda yang baru datang dari belajar di Mesir dan Makkah. Setelah berdiskusi dengan KH. Ahmad Dahlan akhirnya KH. Mas Mansyur bergabung dengan Muhammadiyah dan mengembangkan Muhammadiyah di Surabaya dan Jawa Timur. Bahkan KH. Mas Mansyur pernah menjadi Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya, ketua Konsul H.B. Daerah Surabaya (cikal bakal Pimpinan Wilayah), hingga Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 1937-1943.
Pada masa awal perintisan gerakan, Muhammadiyah bergerilya dengan cara door to door dalam melakukan dakwah Islamiyah demi tegaknya ajaran Islam. hal ini dilakukan karena saat itu Muhammadiyah belum memiliki kekuatan besar. Selain kekangan pemerintah Hindia Belanda yang membatasi gerakan Muhammadiyah juga disebabkan berbagai hambatan dan tantangan yang silih berganti dalam membendung misi dakwah.
Sejak berdirinya, Muhammadiyah telah menyatakan sebagai gerakan tajdid (pembaruan), terutama pembaruan Islam. Disisi lain, Muhammadiyah juga sebagai gerakan Islam, herakan dakwah dan gerakan nasional. Muhammadiyah juga mengembangkan dan menguatkan organisasi melalui berbagai amal usaha dan program persyarikatan. Sebagai organisasi, Muhammadiyah juga melakukan aktifitas berdasarkan kesepakatan anggota yang terlibatnya dalam persyarikatan ini.
Sebagaimana disebutkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Muhammadiyah pada bab I bahwa persyarikatan ini bernama MUhammadiyah. Organisasi yang didirikan KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan tanggal 18 Nopember 1912 M di Yogyakarta dengan berasaskan Islam dan melakukan gerakan Islam, dahwak amar makruf nahi munkar dan tajdid yang bersumber al-Qur’an dan Sunnah.
Karena berbentuk organisasi, Muhammadiyah selalu melakukan pengkaderan dan pergantian pimpinan dalam rangka mewujudkan regenerasi dan dinamika organisasi. Bahkan secara rinci aturan organisasi telah dirumuskan dalam Anggaran Dasar dan Anggara Rumah Tangga (AD/ART) Muhammadiyah sebagai pedoman dalam pengelolaan Persyarikatan.

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang disertai dengan sumbernya!

Contoh: Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta.(Buku paket Kemuhammadiyahan kelas XI hal 5)

1.   Jelaskan foktor-faktor yang mempengaruhi masuknya Islam di Indonesia!
2.   Jelaskan apa yang dimaksud dengan takhayyul, bid’ah, khurafat dan jumud secara bahasa dan Istilah!
3.   Jelaskan peran Muhammadiyah periode awal yakni sebelum Muhammadiyah didirikan dan setelah didirikan ketika kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan!

Kerjakan langsung lewat e-mail dan kirim di e-mail pu3nurjannah@gmail.com disertai dengan nama dan kelas.

PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN


Bacalah Teks Dibawah ini dengan teliti!
PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN
A.   Sepintas Pendidikan Kemuhammadiyahan
K.H. Ahmad Dahlan adalah tokoh Islam yang sangat sadar bahwa pendidikan merupakan dasar bagi terjadinya sebuah perubahan dalam masyarakat. Tidak heran, jika empat tahun sebelum organisasi Muhammadiyah didirikan, tepatnya tahun 1908, K.H. Ahmad Dahlan telah melakukan pembaharuan dalam bidang pendidikan. Dia mendirikan sebuah sekolah formal di kampung Kauman, Yogyakarta, setelah jauh sebelumnya juga telah merintis sekolah non-formal di tempat yang sama (sekarang biasa disebut dengan madrasah diniyah)
Pendidikan bisa dikatakan sebagai wahana untuk mempersiapkan manusia di dalam memecahlan problema kehidupan di masa kini maupun masa depan. Karena itu, sistem pendidikan yang baik harus disusun atas dasar kondisi lingkungan masyarakat, baik kondisi masa kini maupun antisipasi masa mendatang. Perubahan kondisi lingkungan merupakan tantangan dan peluang yang harus direspon secara tepat dan memberikan nilai tambah.
Organisasi Muhammadiyah yang sejak didirikannya telah menegaskan sebagai gerakan Islam sudah tentu membutuhkan sumber daya manusia yang tidak sedikit dan berkualitas untuk meraih tujuannya. Maksud dan tujuannya adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Tujuan ini tidak mungkin dipikul secara sendirian oleh pimpinan organisasi, tetapi diperlukan keterlibatan anggota dan masyarakat. Sebab, sebagai sebuah persyarikatan, setiap anggota organisasi mempunyai kekuasaan dan hak bersama dalam Muhammadiyah, yaitu hak menyampaikan pendapat, hak suara, serta hak memilih dan dipilih.
Namun yang perlu dijadikan catatan, tidak semua orang bebas masuk di Muhammadiyah, kecuali mereka yang mau mendukung cita-cita organisasi dan memahami hakikat dan tujuannya. Karena itu, Muhammadiyah memang membutuhkan piranti pendukung yang terdidik dan militant, serta memiliki kemampuan menggerakkan organisasi. Urgensi inilah yang membuat Muhammadiyah harus dimiliki dan mencetak generasi yang mampu diharapkan memikul tanggung jawab melanjutkan cita-cita Muhammadiyah.
Adapun yang dimaksud dengan kader adalah mereka yang diharapkan bisa menjadi penggerak roda organisasi Muhammadiyah, memikirkan, dan menyusun program perjuangannya di masa mendatang. Karena terkait erat dengan organisasi Muhammadiyah, sudah tentu kader yang diharapkan itu adalah mereka yang benar-benar memahami hakikat Muhammadiyah. pemahaman inilah yang selanjutkan akan diakplikasikan dalam berbagai program kegiatan untuk melaksanakan tugas amar ma’ruf nahi munkar.
Cita-cita mulia yang digapai Muhammadiyaha tersebut tentu memerlukan keder pemikir, penggerak, dan pelaksanaannya. Hal ini dapat terlaksana jika organisasi Muhammadiyah menyiapkan kader yang mumpuni melalui pendidikan, baik di sekolah maupun di tengah masyarakat. Dengan pendidikan semacam inilah para kader akan mengerti dan memahami Muhammadiyah sebagai suatu organisasi dan pergerakan Islam untuk berdakwah amar ma’ruf nahi munkar, serta gerakan tajdid yang selalu menyadarkan gerakannya kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.
Dari keterangan singkat diatas, bisa dimafhumi bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Kemuhammadiyahan adalah salah satu upaya pimpinan Muhammadiyah untuk memberikan pengertian dan pemahaman kepada para kader dan anggotanya sepaya mengerti tujuan dan cita-cita Muhammadiyah sebagai Persyarikatan. Pendidikan ini adalah daya upaya Muhammadiyah dalam mempersiapkan para pengganti yang diharapkan mampu memecahkan problema yang dihadapi oleh Muhammadiyah di masa kini dan masa depan.
B.   Maksud, Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Kemuhammadiyahan
Tujuan pendidikan Kemuhammadiyahan adalah member pengetahuan tentang organisasi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dan gerakan dakwah amar makruf nahi munkar sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Pendidikan Kemuhammadiyahan adalah bekal bagi para siswa tentang cara-cara memperjuangkan Islam melalui organisasi serta melaksanakan program-program dan amal usaha Muhammadiyah.
Selain itu, dengan mengetahui identitas Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid (pembaharuan), diharapkan para siswa mampu menumbuhkan jiwa tajdid pada diri mereka. Spirit inilah yang diharapkan mampu membuat oara siswa memahami ajaran Islam sebagaimana yang diamalkan oleh Nabi Muhammad SAW, bukan hanya ikut-ikutan (taqlid). Dalam praktiknya, para siswa mampu mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan mereka dengan kepribadian Muslim yang bertanggungjawab terhadap Allah SWT dan masyarakat.
Dengan pendidikan Kemuhammadiyahan diharapkan para siswa termotivasi untuk menjadi kader Muhammadiyah yang suatu saat akan memikul tanggung jawab terhadap Islam dan organisasi Muhammadiyah. Pendidikan ini adalah upaya untuk menyiapkan para siswa menjadi pemimpin-pemimpin Islam dalam Muhammadiyah di masa mendatang. Karena itu, sudah seharusnya para siswa memahami kewajiban mereka secara baik, memperlengkapi diri mereka dengan ilmu pengetahuan dan al-Islam, agar ketika sampai saatnya nanti mereka siap menjadi pemimpin Muhammadiyah yang berilmu, beriman dan beramal.
Dari berbagai pengertian tentang pendidikan Kemuhammadiyahan di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup yang dipelajari tidak lepas dari esensi Muhammadiyah itu sendiri. Pendidikan Kemuhammadiyahan setidak-tidaknya harus mencakup beberapa hal, yang berupa:

  1.  Sejarah, kepribadian, keyakinan dan cita-cita hidup
  2. Organisasi 
  3.  Amal Usaha 
  4. Peranan 
  5. Praktik berorganisasi 

Adapun maksud dari berbagai ruang lingkup tersebut adalah:

  1. Sejarah, kepribadian, keyakinan dan cita-cita hidup

Yang dimaksud dengan sejarah dalam pendidikan Kemuhammadiyaha adalah latar belakang berdirinya Muhammadiyah, sejarah perkembangan, serta perjalanan dari masa ke masa. Pembahasan sejarah Muhammadiyah ini akan mencakup tokoh pendirinya, dasar dan buah pukiran pemimpinnya, serta karakteristik Muhammadiyah.
Pembahasan perkembangan Muhammadiyah meliputi kepribadian sifat dan sikap Muhammadiyah dalam mengamalkan ajaran Islam berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. 

2. Organisasi


Organisasi Muhammadiyah adalah gerakan Islam, gerakan dakwah amar makruf nahi munkar dan geraan tajdid yang berakidah Islam dan bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah maqbulah (diterima). Oleh karena itu, Muhammadiyah adala persyarikatan yang menggerakkan umat Islam untuk berjuangan dan berjihad di jalan Allah. Dengan alat organisasi Muhammadiyah diharapkan bisa menggerakkan amal usaha, ibadah, dan jihadnya secara terprogram dan terencana. 

3. Amal Usaha
Untuk mencapai maksud dan tujuan organisasi, sudah tentu Muhammadiyah memerlukan perlengkapan dan upaya sebagai sarana untuk mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Untuk mencapainya, maka Muhammadiyah menyelenggarakan berbagai amal usaha. Semua amal usaha itu diselenggarakan dengan organisasi yang teratur dan terencana sehingga diharapanya adalah bermanfaat bagi umat manusia.
          Amal usaha Muhammadiyah (AUM) adalah salah satu usaha dari usaha-usaha persyarikatan untuk mencapai maksud dan tujuan Persyarikatan, yakni menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud Masyarakat utama yang diridlai Allah SWT. Ileh karenanya semua bentuk kegiatan amal usaha Muhammadiyah harus mengarah kepada terlaksananya maksud dan tujuan Persyarikatan dan seluruh pimpinan serta pengelola amal usaha berkewajiban untuk melaksanakan misi utama Muhammadiyah itu sebaik-baiknya sebagai misi dakwah. 

        4. Peranan


Peran yang dapat dimainkan setiap anggota Muhammadiyah harus berdasarkan kesadaran akan kewajiban beribadah kepada Allah, yaitu berbuat ihsan dan islah kepada masyarakat dengan tujuan ibadah dengan ikhlas.
 
    5. Praktik berorganisasi
Untuk menjadi pemimpin Muhammadiyah dan Islam di masa depan, para siswa Muhammadiyah sudah harus dikenalkan dengan organisasi sejak duduk di sekolah. Di sekolah ada organisasi sekolah, yaitu “Organisasi Siswa Intra Sekolah” (OSIS), dan seluruh sekolah-sekolah Muhammadiyah sudah dibentuk Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). IPM adalah Organisasi otonom (Ortom) dalam Muhammadiyah, yang disediakan bagi para siswa untuk berlatih berorganisasi, belajar bekerja sama dalam bermasyarakat yang dimulai dari masyarakat sekolah.
C.   Janji Pelajar Muhammadiyah
Setiap para siswa di sekolah Muhammadiyah, sudah tentu harus mengikuti tata cara yang ditetapkan oleh sekolah tersebut. Tidak terkecuali dalam sekolah Muhammadiyah, pihak institusi juga mempunyai peraturan yang harus ditaati oleh setiap siswanya.
Terkait dengan pendidikan siswa di Muhammadiyah, maka mereka harus mempunyai komitmen terhadap organisasi Muhammadiyah. Komitmen ini kemudian diformulasikan dalam sebuah janji yang dinamakan dengan “Janji Pelajar Muhammadiyah”. adapun isi janji tersebut adalah:
رَضِيْتُ بَاللهِ رَبَّا وَبَلإِ سَلأَمِ دِيْنَا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيَّا وَرَسُوْلأَ
(saya rela ber-Tuhan kepada Allah, dan saya rela beragama Islam, dan saya rela Muhammad itu adalah Nabi dan Rasul Allah)

Kami Pelajar Muhammadiyah Berjanji:
1.   Berjuang menegakkan ajaran Islam
2.   Hormat terhadap orangtua dan guru
3.   Bersungguh-sungguh dalam menuntut Ilmu
4.   Bekerja keras, mandiri dan berprestasi
5.   Rela berkorban dan menolong sesame
6.   Siap menjadi kader Muhammadiyah dan bangsa


Jawablah Pertanyaan di bawah ini di buku tugas kalian!
1.   Jelaskan apa pengertian militan, tajdid dan taqlid secara bahasa dan istilah?
2.   Jelaskan pembaharuan dalam bidang pendidikan yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan sebelum mendirikan Muhammadiyah!
3.   Jelaskan siapa yang dimaksud dengan kader Muhammadiyah!
4.   Mengapa para siswa yang sedang belajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah harus memahami kewajiban mereka secara baik, melengkapi diri mereka dengan ilmu pengetahuan dan Al-Islam?
5.   Sebutkan 5 perilaku dari Janji Pelajar Muhammadiyah yang bisa diterapkan dalam kegiatan sehari-hari!
6.   Hafalkan Teks Janji Pelajar Muhammadiyah dan disetorkan pada guru Kemuhammadiyahan!