Kamis, 14 Maret 2019

Psikologi Agama


BOOK REVIEW
“PSIKOLOGI AGAMA: KEPRIBADIAN MUSLIM PANCASILA”

OLEH:
PUTRI NUR JANNAH           132071000026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2015/2016

IDENTITAS BUKU
Judul                           : Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila
Penulis                         : drs. H, Abdul Aziz Ahyadi
Penerbit                       : Sinar Baru Algensindo Bandung
Tahun terbit                 : Cetakan keenam: November 2011
Jumlah halaman           : 225
Ilustrasi                     : Sampul depan bewarna hijau muda kecoklatan, ada gambar lingkaran disebelah kanan buku bewarna merah kecoklatan.
Ukuran buku               : panjang 20,5 dan lebar 14,5
Cover Buku                 :

RINGKASAN
A.    Pengertian Piskologi
1.      Sejarah singkat psikologi
Awalnya jiwa manusia zaman Yunani menjadi topok pembahasan para filosof, namun psikologi berdiri sendiri sebagai ilmu dimulai pada tahun 1879 ketika Whilhelm Wundt (1832-1920)  mendirikan sebuah laboratorium psokologi pertama di kota Leipzig, Jerman. Masa sebelum menjadi ilmu sendiri. Sebelum tahun 1879 jiwa dipelajari oleh para filsafat dan para ahli ilmu faal (phisiologi). Masa sesudah menjadi ilmu yang berdiri sendiri, psikologi dipelajari dengan metode ilmiah.
2.      Aliran dalam Psikologi
a.       Aliran psikologi asosiasi: mempelajari gejala-gejala kejiwaan secara alitis-sintesis dengan menganut psinsip sebab-akibat.
b.      Aliran psikologi faali: mempelajari gejala kejiwaan dengan melihat kegiatan alat-alat indera, fungsi otak, dan lokalisasi gejala kejiwaan pada otak.  
c.       Aliran psikologi fungsionalisme: mempelajari aktivitas tingkah laku untuk mencari fungsi dan kegunaannya dalam hubungan dengan lingkungan fisikmaupun sosial, sehingga akhirnya merumuskan bahwa jiwa adalah pemeliharaan kelangsunga hidup seseorang dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya.
d.      Aliran psikologi Gestalt: gejala kejiwaan tidak mungkin untuk dianalisis ke dalam elemen-elemen, melainkan harus dipelajari secara keseluruhan atau totalitas.
e.       Aliran psikoanalisis: usaha mencari sebab-sebab penyakit jiwa dan teknik penyembuhannya oleh para psikiater. Yang mencakup teori kepribadian, teknik analisis kepribadian dan metode terapi.
f.       Aliran psikologi perilaku (behaviorisme): tingkah laku manusia itu berdasarkan instink yang mendasarinya, misal emosi takust dasarnya adalah instink melarikan diri.
3.      Definisi psikologi
Ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang tidak terlepas dari lingkungan hidupnya. Tingkah laku dapat pula dipandang sebagai fungsi interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
4.      Metode Psikologi
Metode yang digunakan oleh psikologi yaitu: metode eksiperimen, metode observasi, metode klinis, dan metode statistik,
5.      Pembagian dan Penerapan psikologi
Pembagian psikologi yaitu berdasarakan aliran atau sekolah dalam psikologi. Berdasarkan pandangan teoritis atau menurut perbedaan ilmu pengetahuan dalam disiplin psikologi. Dan berdasarkan pandangan masyarakat mengenai pembidangan kehidupan.
B.     Keadaran Beragama
1.      Kesadaran Beragama
Kesadaran beragama ini meliputi rasa keagaaman, pengalaman ke-Tuhanan, keimanan, sikap dan tingkah laku keagamaa, yang terorganisasi dalam sistem mental dari kepribadian. Karena agama melibatkan fungsi jiwa-raga manusia, maka kesadaran beragama pun mencakup aspek-aspek afektif, konatif, kognitif dan motorik.
2.      Kesadaran beragama pada masa kanak-kanak
Ciri-ciri umum kesadaran beragama pada masa kanak-kanak, yaitu: pengalaman ke-Tuahanan yang bersifat afektif, emosional dan egosentris; keimanannya bersifat magis dan anthropomorphis yang berkembang menuju ke fase realistik; peribadatan anak masih merupakan tiruan dan kebiasaan yang kurang dihayati.
3.      Kesadaran beragama pada masa remaja
Ciri-ciri kesadaran beragama yang menonjol pada masa remaja, yaitu: pengalaman ke-Tuhanan makin bersifat individual; keimananya makin menuju realitas yang sebenarnya; peribadatan mulai disertai penghayatan yang tulus.
4.      Kematangan kesadaran beragama
Keasadaran beragama dikatakan mantap ialah suatu diposisi dinamis dari sistem mental yang terbentuk melalui pengalaman serta diolah dalam kepribadian untuk mengadakan tanggapan yang tepat, konsepsi pandangan hidup, penyesuaian diri dan bertingkah laku. 
5.      Differensiasi yang baik
Keasadaran beragama yang terdefferensiasi merupakan perkembangan tumbuhnya cabang-cabang baru dari pemikiran kritis, alam perasaan dan motivasi terhadap berbagai rangsangan lingkungan serta terjadinya terorganisasi yang terus meneerus. Sedangkan kesadaran agama yang tidak terdifferensiasi menunjukkan sikap dan tingkah laku keagamaan yang tidak kritis, kurang dinamik dan menerima nasib.
6.      Motivasi kehidupan beragama yang dinamis
Motivasi kehidupan beragama awalnya bersala dari dorongan biologis, dapat pula berasal dari kebutuhan psikologis. Kematangan kesadaran beragama juga mempengaruhi kuat tidaknya motivasi keagamaan. Perkembangan motivasi keagamaan makin lama makin banyak cabangnya. Tiap fase merupakan kelanjutan dari faktor-faktor sebelumnya dan setiap fase terjadi pemahaman, pemaknaan dan  motif baru. Kesadaran beragama dengan motif beragama otonom merupakan energi dan semangat hidup yang mampu mematangkan dan memperkaya kepribadian, menafsirkan dan mengolah berbagai permasalahan hidup dan kehidupan.
7.      Pelaksanaan ajaran agama secara konsisten dan produktif
Orang yang memiliki kesadaran beragama akan melakukan ibadahnya dengan konsisten, stabil, mantap dan penuh tanggungjawab dan dilandasi warna pandangan yang lurus. Dalam melaksanakan hubungan dengan Tuhan, akan mengahayati hubungan tersebut dan tiap kali terjadinya penghayatan baru. Ibadahnya bersifat subjektif, kreatif dan dinamis. Kemudian diharmonisasikan hubungannya melalui sikap dan tingkah laku.
8.      Pandangan hidup yang komprehensif
Orang yang memiliki kesadran beragama yang komprehensif akan bersikap dan bertingkah laku toleran terhadap pandangan dan faham yang berbeda. Bahwa hasil pemikiran dan usaha sepanjang hidupnya tidka mungkin mencakup keseluruhan permasalahan dan realitas yang ada.
9.      Pandangan hidup yang integral
Orang yang memiliki kesadaran beragama integrasi akan berusaha mengolah pertentangan norma hasil penemuan sains/teknologi dengan penafsiran norma kepercayaan/kebiasaan perilaku keagamaan, dengan menganalisis kembali penafsiran ajaran agama dan meneliti norma penemuan baru dengan kritis, sehingga menghasilkan pandangan baru yang dapat dijadikan pegangan.
10.  Semangat pencarian dan pengabdian kepada Tuhan
Orang yang memiliki kesadaran beragama yang matang ialah adanya semangat untuk mencari kebenaran, keimanan, rasa ke-Tuhanan dan cara-cara terbaik untuk berhubungan dengan manusia dan alam sekitarnya. Ia selalu menguji keimanannya melalui pengalam keagamaan yang dilaluinya. Peribadatannya selalu dievaluasi dan ditingkatkan agar menemukan penghayatan kehadiran Tuhan.
C.     Pengertian Kepribadian
1.      Latar belakang perbedaan pengertian kepribadian
Penyebab adanya perbedaan dalam pengertian kepribadian itu adalah perbedaan metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Perbedaan interpretasi data tersebut, perbedaan pendapat mengenai pengertian kepribadian bersumber pada aliran filsafat yang mendasari teori kepribadian itu.
2.      Definisi kepribadian
Kepribadian pancasila atau bangsa Indonesia yaitu kepribadian pancasila sebagai warga negara Indonesia pada umumnya. Kepribadian sendiri adalah organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya.
3.      Aspek-aspek kepribadian
Tingkah laku manusia dianalisis kedalam tiga aspek atau fungsi yaitu: aspek kognitif, aspek afektif dan aspek motorik. Mengenai macam-macam aspek kepribadian antara suatu ahli dengan ahli yang lain mengutarakan teori yang berbeda. William James mengemukakan bahwa kepribadian itu merupakan kesatuan yang berlapis-lapis yaitu: diri material, diri sosial, diri rihani dan ego murni. Sigmund Freud mengemukanakan teori sejalan dengan teori dtrata dari Piere Janet menerangkan bahwa kepribadian itu terdiri dari tiga sistem yaitu: id, ego dan super ego.
Menurut Ny. Yoesosf Noesyirwan menganalisis kepribadian dalam empat aspek, yaitu: vitalitas sebagai kontanta dari semangat hidup pribadi; temperamen sebagai kontanta dari warna dan corak pengalaman pribadi serta cara bereaksi dan bergerak; watak sebagai konstanta dari hastrat, perasaan dan kehendak pribadi mengenai nilai-nilai; kecerdasan, bakat daya nalar sebagai konstanta kemampuan pribadi.
D.    Ciri-ciri Kepribadian Muslim
1.      Sifat kepribadian
Ciri kepribadian yang dapat dipahami dari orang laian ialah cir yang tipikal yaitu ciri kepribadian yang tidak umum dan juga tidak individual, akan tetapi ciri yang ada pada sekelompok orang secara bersama memiliki ciri tersebut seperti rasional, pemikir, emosional, perasa, ekstravert, introvert, pemarah, pemalu, pendedam, pemaaf, penipu, politikus dan ciri yang sejenis. Ciri-ciri tersebut yang sering disebit sifat kepribadian.
2.      Tipologi kepribadian
Tipologi yaitu penggolongan mnusia berdasarkan tipe atau pola kepribadian yang masing-masing tipe diwarnai oleh sejumlah sifat, ciri dan karakter tertentu. Tipe perrkembangan kesadaran beragama yaitu tipe periang dan tipe penyedih.
3.      Beberapa istilah psikologi dalam al-Qur’an
a.       Nafs yang berarti dengan jiwa, dari beberapa ayat nafs dapat pula diterjemahkan dengan diri atau pribadi. Pada ayat QS. Asy-Syams (91); 7-10, QS. an-naazi’at (79):40-41, QS. Fushilat (41): 46, QS. Al-A’raf (7): 172, QS. Yususf (12): 53, QS. al-Qiyamah (75): 1-2, QS. al-Fajr (89): 27-30. dan masih banyak yang lainnya.
b.      Ruh yang berarti Roh, beberapa ayat yang berhubungan dengan ruh. QS. al-Isra’ (17): 85, QS. al-Hijr (15): 28-29, QS. at-Tahrim (66):12, QS. Al-Qadr (97): 4, dan beberapa ayat yang lainnya.
c.       Af’idah yang berarti hati, kata hati, hati nurani atau akal budi. Beberapa ayat yang mengandung kata af’idah atau fuad yaitu. QS. An-Nahl (16): 78, QS. Al-Mu’minuun (23): 78, QS. As-Sajdah (32): 9, QS al-Mulk (67): 23, dan QS. Al-Qashash (28): 10.
4.      Manusia menurut al-Qur’an
Manusia digambarkan oleh al-Qur’an secara jasmaniah dengan proses perkembangan, mulai dari saripati tanah, nutfah, ‘alaqah, mudghah, tulang belulang yang kemudian dibungkus daging, kemudian terbentuklah makhluk baru dan pada akhirnya menemui kematian. Pembentukan dan proses perkembangan kehidupan psikologi seorang individu digambarkan mulai dari tidak tahu ap-apa, berfungsinya pendengaran, penglihatan, dijadikannya af’idah, akal budi dan nafs. Proses perkembangan rohaniah kemanusiaan mulai digambarkan pada peniupan roh.
5.      Ciri-ciri tipe orang yang beriman
Ciri-ciri orang beriman dapat ditinjau pada berbagai perilakunay dalam kehidupan. Ciri yang menonjol digambarkan dalam al-Qur’an antara lain mengenai sifat: aqidah, tujuan hidup, peribadatan, pemikiran, kehidupan alam perasaan, dan sikap. Keenam ciri tersebut sebenarnya merupakan satu kesatuan utuh dan sukar dipisahkan satu sama lain karena menyatu pada satu keribadian yaitu kepribadian orang-orang yang beriman.
6.      Realisasi citra mukmin
Realisasi citra seorang mukmin dalam kehidupannya dari ciri-ciri orang yang beriman yaitu dari segi jasmaniah: memelihara kesehatan dan menjaga kebersihan. Dari segi kejiwaan: kecerdasan, kemampuan menyesuaikan diri, semangat juang, dan sikap. Dari segi rohaniah: takwa dan tawakal.
Kalau dibandingkan antara ciri-ciri orang beriman yang digambarkan dalam al-Qur’an dan direalisasikan dalam kehidupan dengan 36 butir nilai-nilai luhur pancasila, tidak ada satu butir pun yang bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan hampir semuanya sejalan, ada satu/ dua pengutaraan cir atau nilai luhur yang tidak persis sama, walaupun jiwanya sama, merupakan hal yang wajar. Kebenarana al-Qur’an bersifat mutlak, sedangkan kebenaran penafsiran dan ajaran manusia bersifat relatif.
7.      Tipologi berdasarkan rukun agama
Penggolongan tipe kepribadian orang beragama berdasarkan rukun agama yaitu: tipe sufi (mutasawwifin) ialah tipe orang beragama yang kehidupannya didominasi atau diwarnai oleh rasa ke-Tuhanan; tipe pemikir ialah tipe orang beragama yang kehidupan keagamaannya diwarnai oleh pemikiran tentang ke-Tuhanan atau keimanan; tipe pelaksana ialah tipe kepribadian orang beragama yang perilakunya sehari-hari lebh didominasi oleh peribadatan; dan yang terakhir tipe campuran ialah tipe kepribadian yang perilaku keagamaannya didominasi oleh ketiga rukun agama secara merata dan harmonis.
E.     Agama Sebagai Dasar Filosofis Psikoterapi
1.      Definisi psikoterapi
Psikoterapi adalah perawatan yang menggunaka alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli menciptakan hubugan profesional dengan pasien, yang bertujuan: menghilangkan, mengubah dan menurunkan gejala-gejala yang ada; perbaikan pola tingkah laku yang rusak; dan meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang positif.
2.      Macam terapi
Macam tipe keperawatan ada tiga macam, yaitu: penyembuhan supportif , penyembuhan reeduktif dan penyembuhan rekonstruktif.
3.      Tujuan psikoterapi
Maksud perawatan gangguan mental mengolah kepribadian klien dengan tujuan untuk menghilangkan gejala-gejala yang merusak kepribadian atau untuk memperbaiki kepribadiannya. Tujuan psikoterapi yang fundamental ialah mengubah sistem nilai individu secara efektif melalui pandangan dunia dalamnya. Tujuan psikologi yang bpenting adalah mempengaruhi struktur watak klien untuk mengubah tingkah laku yang rusak atau meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif.
4.      Agama melibatkan manusia seutuhnya
Kehidupan atau pengalaman dunia dalam diri seseorang tentang ke-Tuhanan disertai keimanan erat dengan fungsi finalis (motivasi dan emosi atau afektif dan konatif). Keimanan berhubungan erat denfan fungsi kognitif. Peribadatan berhubungan erat dengan sikap dan fungsi motorik sebagai peleksana dan realisasi kehidupan dunia dalam seseorang.
5.      Falsafah atheis materialistik tidak sesuai dengan pancasila
Manusia pancasiala adalah manusia beragama yang berperikemanusiaan, berkebangsaan Indonesia, demokratis dan berkeadilan sosial. Manusia yang menjujung tinggi nilai-nilai mental ideologis dan moral, sudah tentu falsafah atheis yang tidak mengakui adanya Tuhan dan bersifat materialistik tidak sesuai bahkan bertentangan dengan Pancasila. Falsafah athei materialistik tidak dapat dijadikan dasara psikoterapi di Indonesia.
F.      Agama Sebagai Metode Psikoterapi
1.      Motivasi beragama
Perilaku keagamaan manusia merupakan campuran antara berbagai faktor, baik faktor lingkungan, psikologis rohaniah, unsur fungsional, unsur ali, fitrha ataupun karunia tuhan.
2.      Peranan agama
Fitrah manusia merupakan petensi dasarpenyebab manusia beragama. Peranan agama yakni antara lain untuk mengatasi frustasi dan konflik. Peran agama sangat dibutuhkan sebab menyangkut pada kerohaniaan seseorang.
3.      Pengalaman keagamaan
Para ulama yang mencoba untuk menyembuhkan gangguan kepada seseorang secara rohaniah harus melihat seperti apa pengalaman keagaman seseorang tersebut dalam kehidupan kliennya sehari-hari.
4.      Termonologi agama
Gangguang mental agama yaitu nafsu hewani berlawan dengan jiwa rohani. Cara penyembuhannya yaitu dengan peribadatan keagamaan misalnya sholat, membaca al-Qur’an. Penyebab gangguan mental harus dilihat penyebab utamanya. Penyebab utamanya apakah bersifat jasmaniah ataukah rohaniah.
5.      Kesehatan mental
Kesehatan mental memandang manusia sebagai satu kesatuan jiwa raga, kesatuan jasmani rohani secara utuh. Hilangnya gangguan mental merupakan tujuan psikoterapi. Mental yang sehat merupakan tujuan kesehatan mental. Psikologi dan agama sebagai penyembuh gangguan mental maupun untuk pembinaan kesehatan mental.
6.      Prinsip-prinsip kesehatan mental
Psinsip yang didasarkan pada kodrat manusia yaitu: satu, kesehatan mental dan adjustment menghendaki adanya kesehatan dan kesatuan organisme. Dua, untuk mempertahankan kesehatan mental dan penyesuaian diri yang baik perilaku manusia harus sesuai dan konform dengan kodratnya sebagai makhluk biologis, sosial psikologis dan rohaniah. Tiga, kesehtan mental dan adjusment menghendaki integritas dan kontrol diri yang meliputi mengendalikan pikiran, hayalan, keinginan, kemauan, ambisi dan ingkah laku. Empat, untuk mencapai dan mempertahankan kesehatan mental dan adjusment diperlukan pengetahuan yang luas tentang diri sendiri. Lima, kesehatan mental dan adjustment menghendaki suatu pengertian yang sehat tentang diri sendiri yang mencakup penerimaan diri sendiri dan penilaian yang realistis terhadap status dan harga dirinya. Enam, diperlukan suatu usaha terus menerus untuk mengembangkan diri atau meningkatkan diri dan merealisasikan diri. Tujuh. Kemantapan mental dan penyesuaian diri yang baik memerlukan suatu perkembangan yang berlanjut dalam diri manusia mengenai sifat-sifat moral yang tinggi.
Delapan, untuk mencapai dan mempertahankan kesehatan mental dan adjustment perlu belajar dan mengembangkan kesehatan yang baik. Sembilan, stabilitas mental dan adjustment menghendaki suatu kemampuan untuk mengubah sesuatu sesuai dengan perubahan kepribadian. Sepuluh, mengendaki usaha yang berlanjut untuk menjadi dewasa/matang dalam berpikir, memutuskan sesuatu, sikap, emosi dan tingkah laku. Sebelas, mengendaki manusia belajar cara-cara menyelesaiakan konflik, frustasi dan keteganggan jiwa yang timbul secara efektif dan efisien.
Prinsip yang didasarkan pada hubungan manusia dengan manusia lain dan lingkungannya: satu, bergantung pada hubngan manusiawi yang sehat, terutama hubungan dalam kehidupan keluarga. Dua, bergantung pada pekerjaan yang sesuai dan memuaskan. Tiga, menghendaki sikap yang realistis dengan  menerima realitas tanoa diputar balik serta menerima hal-hal yang objektif dan sehat. Prinsip yang didasarkan pada hubungan manusia dengan Tuhan yaitu: satu, menghendaki agar setiap orang memiliki kesadaran yang makin berkembang mengenai realitas yang lebih besar. Dua, menghedaki hubungan aktif dan konstan dengan Tuhan melalui penerimaan dan pelaksanaan perintahNYa serta meninggalkan laranganNya.

KESIMPULAN
Buku ini menerangkan kepribadian muslim yang tercermin dalam pancasila. Bahwa dalam butir-butir pancasila tidak ada satupun yang bertentang dengan ayat-ayat al-Qur’an. Bahkan hampir semuanya itu sejalan. Meski ada yang secara ciri tidak sama melainkan secara jiwanya atau kandungannya sama.
Buku ini sangat baik dimengerti sebab dikemukakan juga dengan berupa kasus-kasus seseorang. Sehingga kita lebih mudah untuk mengerti. Buku ini tidak hanya membahas kepribadian muslim melainkan juga bahwa agama sebagai metode dalam psikoterapi.
Akan tetapi, dalam buku ini ada beberapa istilah yang kurang bisa dipahami sebab banyak menggunakan penjelasan filsafat. Buku ini kurang menarik dibaca sebab dari tulisan hurufnya yang terlalu kecil, apalagi dengan kertas buku yang buram sehingga menimbulkan kesan capek dahulu sebelum membaca. Buku ini sangat cocok bagi mahasiswa yang mempelajari tentang psikologi agama dan masyarakat sekitar serta para psikiater.

0 komentar:

Posting Komentar