BOOK REVIEW
“PSIKOLOGI AGAMA: KEPRIBADIAN MUSLIM
PANCASILA”

OLEH:
PUTRI NUR JANNAH 132071000026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2015/2016
IDENTITAS
BUKU
Judul :
Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila
Penulis :
drs. H, Abdul Aziz Ahyadi
Penerbit : Sinar Baru Algensindo
Bandung
Tahun terbit : Cetakan keenam: November 2011
Jumlah halaman : 225
Ilustrasi :
Sampul depan bewarna hijau muda kecoklatan, ada gambar lingkaran disebelah
kanan buku bewarna merah kecoklatan.
Ukuran buku : panjang 20,5 dan lebar 14,5
Cover Buku :

RINGKASAN
A. Pengertian Piskologi
1. Sejarah singkat
psikologi
Awalnya jiwa manusia zaman Yunani menjadi topok
pembahasan para filosof, namun psikologi berdiri sendiri sebagai ilmu dimulai
pada tahun 1879 ketika Whilhelm Wundt (1832-1920) mendirikan sebuah laboratorium psokologi
pertama di kota Leipzig, Jerman. Masa sebelum menjadi ilmu sendiri. Sebelum
tahun 1879 jiwa dipelajari oleh para filsafat dan para ahli ilmu faal
(phisiologi). Masa sesudah menjadi ilmu yang berdiri sendiri, psikologi
dipelajari dengan metode ilmiah.
2. Aliran dalam
Psikologi
a.
Aliran psikologi asosiasi: mempelajari
gejala-gejala kejiwaan secara alitis-sintesis dengan menganut psinsip
sebab-akibat.
b.
Aliran psikologi faali: mempelajari gejala
kejiwaan dengan melihat kegiatan alat-alat indera, fungsi otak, dan lokalisasi
gejala kejiwaan pada otak.
c.
Aliran psikologi fungsionalisme: mempelajari
aktivitas tingkah laku untuk mencari fungsi dan kegunaannya dalam hubungan
dengan lingkungan fisikmaupun sosial, sehingga akhirnya merumuskan bahwa jiwa
adalah pemeliharaan kelangsunga hidup seseorang dalam penyesuaian diri dengan
lingkungannya.
d.
Aliran psikologi Gestalt: gejala kejiwaan tidak
mungkin untuk dianalisis ke dalam elemen-elemen, melainkan harus dipelajari
secara keseluruhan atau totalitas.
e.
Aliran psikoanalisis: usaha mencari sebab-sebab
penyakit jiwa dan teknik penyembuhannya oleh para psikiater. Yang mencakup
teori kepribadian, teknik analisis kepribadian dan metode terapi.
f.
Aliran psikologi perilaku (behaviorisme): tingkah
laku manusia itu berdasarkan instink yang mendasarinya, misal emosi takust
dasarnya adalah instink melarikan diri.
3. Definisi psikologi
Ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang
tidak terlepas dari lingkungan hidupnya. Tingkah laku dapat pula dipandang
sebagai fungsi interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
4. Metode Psikologi
Metode yang digunakan oleh psikologi yaitu: metode
eksiperimen, metode observasi, metode klinis, dan metode statistik,
5. Pembagian dan
Penerapan psikologi
Pembagian psikologi yaitu berdasarakan aliran atau
sekolah dalam psikologi. Berdasarkan pandangan teoritis atau menurut perbedaan
ilmu pengetahuan dalam disiplin psikologi. Dan berdasarkan pandangan masyarakat
mengenai pembidangan kehidupan.
B. Keadaran Beragama
1. Kesadaran Beragama
Kesadaran beragama ini meliputi rasa keagaaman,
pengalaman ke-Tuhanan, keimanan, sikap dan tingkah laku keagamaa, yang
terorganisasi dalam sistem mental dari kepribadian. Karena agama melibatkan
fungsi jiwa-raga manusia, maka kesadaran beragama pun mencakup aspek-aspek
afektif, konatif, kognitif dan motorik.
2. Kesadaran beragama
pada masa kanak-kanak
Ciri-ciri umum kesadaran beragama pada masa
kanak-kanak, yaitu: pengalaman ke-Tuahanan yang bersifat afektif, emosional dan
egosentris; keimanannya bersifat magis dan anthropomorphis yang berkembang
menuju ke fase realistik; peribadatan anak masih merupakan tiruan dan kebiasaan
yang kurang dihayati.
3. Kesadaran
beragama pada masa remaja
Ciri-ciri kesadaran beragama yang menonjol pada
masa remaja, yaitu: pengalaman ke-Tuhanan makin bersifat individual; keimananya
makin menuju realitas yang sebenarnya; peribadatan mulai disertai penghayatan
yang tulus.
4. Kematangan kesadaran
beragama
Keasadaran beragama dikatakan mantap ialah suatu
diposisi dinamis dari sistem mental yang terbentuk melalui pengalaman serta
diolah dalam kepribadian untuk mengadakan tanggapan yang tepat, konsepsi
pandangan hidup, penyesuaian diri dan bertingkah laku.
5. Differensiasi yang
baik
Keasadaran beragama yang terdefferensiasi
merupakan perkembangan tumbuhnya cabang-cabang baru dari pemikiran kritis, alam
perasaan dan motivasi terhadap berbagai rangsangan lingkungan serta terjadinya
terorganisasi yang terus meneerus. Sedangkan kesadaran agama yang tidak
terdifferensiasi menunjukkan sikap dan tingkah laku keagamaan yang tidak
kritis, kurang dinamik dan menerima nasib.
6. Motivasi kehidupan
beragama yang dinamis
Motivasi kehidupan beragama awalnya bersala dari
dorongan biologis, dapat pula berasal dari kebutuhan psikologis. Kematangan kesadaran beragama juga
mempengaruhi kuat tidaknya motivasi keagamaan. Perkembangan motivasi keagamaan
makin lama makin banyak cabangnya. Tiap fase merupakan kelanjutan dari
faktor-faktor sebelumnya dan setiap fase terjadi pemahaman, pemaknaan dan motif baru. Kesadaran beragama dengan motif
beragama otonom merupakan energi dan semangat hidup yang mampu mematangkan dan
memperkaya kepribadian, menafsirkan dan mengolah berbagai permasalahan hidup
dan kehidupan.
7. Pelaksanaan ajaran
agama secara konsisten dan produktif
Orang yang memiliki kesadaran beragama akan
melakukan ibadahnya dengan konsisten, stabil, mantap dan penuh tanggungjawab
dan dilandasi warna pandangan yang lurus. Dalam melaksanakan hubungan dengan
Tuhan, akan mengahayati hubungan tersebut dan tiap kali terjadinya penghayatan
baru. Ibadahnya bersifat subjektif, kreatif dan dinamis. Kemudian
diharmonisasikan hubungannya melalui sikap dan tingkah laku.
8. Pandangan hidup yang
komprehensif
Orang yang memiliki kesadran beragama yang
komprehensif akan bersikap dan bertingkah laku toleran terhadap pandangan dan
faham yang berbeda. Bahwa
hasil pemikiran dan usaha sepanjang hidupnya tidka mungkin mencakup keseluruhan
permasalahan dan realitas yang ada.
9. Pandangan hidup yang
integral
Orang yang memiliki kesadaran beragama integrasi
akan berusaha mengolah pertentangan norma hasil penemuan sains/teknologi dengan
penafsiran norma kepercayaan/kebiasaan perilaku keagamaan, dengan menganalisis
kembali penafsiran ajaran agama dan meneliti norma penemuan baru dengan kritis,
sehingga menghasilkan pandangan baru yang dapat dijadikan pegangan.
10. Semangat pencarian
dan pengabdian kepada Tuhan
Orang yang memiliki kesadaran beragama yang matang
ialah adanya semangat untuk mencari kebenaran, keimanan, rasa ke-Tuhanan dan
cara-cara terbaik untuk berhubungan dengan manusia dan alam sekitarnya. Ia
selalu menguji keimanannya melalui pengalam keagamaan yang dilaluinya.
Peribadatannya selalu dievaluasi dan ditingkatkan agar menemukan penghayatan
kehadiran Tuhan.
C. Pengertian
Kepribadian
1. Latar belakang
perbedaan pengertian
kepribadian
Penyebab adanya perbedaan dalam pengertian
kepribadian itu adalah perbedaan metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data.
Perbedaan interpretasi data
tersebut, perbedaan pendapat mengenai pengertian kepribadian bersumber pada
aliran filsafat yang mendasari teori kepribadian itu.
2. Definisi kepribadian
Kepribadian pancasila atau bangsa Indonesia yaitu
kepribadian pancasila sebagai warga negara Indonesia pada umumnya. Kepribadian
sendiri adalah organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu
yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya.
3. Aspek-aspek
kepribadian
Tingkah laku manusia dianalisis kedalam tiga aspek
atau fungsi yaitu: aspek kognitif, aspek afektif dan aspek motorik. Mengenai
macam-macam aspek kepribadian antara suatu ahli dengan ahli yang lain
mengutarakan teori yang berbeda. William James mengemukakan bahwa kepribadian
itu merupakan kesatuan yang berlapis-lapis yaitu: diri material, diri sosial,
diri rihani dan ego murni. Sigmund Freud mengemukanakan teori sejalan dengan
teori dtrata dari Piere Janet menerangkan bahwa kepribadian itu terdiri dari
tiga sistem yaitu: id, ego dan super ego.
Menurut Ny. Yoesosf Noesyirwan menganalisis
kepribadian dalam empat aspek, yaitu: vitalitas sebagai kontanta dari semangat
hidup pribadi; temperamen sebagai kontanta dari warna dan corak pengalaman
pribadi serta cara bereaksi dan bergerak; watak sebagai konstanta dari hastrat,
perasaan dan kehendak pribadi mengenai nilai-nilai; kecerdasan, bakat daya
nalar sebagai konstanta kemampuan pribadi.
D. Ciri-ciri Kepribadian
Muslim
1. Sifat kepribadian
Ciri kepribadian yang dapat dipahami dari orang
laian ialah cir yang tipikal yaitu ciri kepribadian yang tidak umum dan juga
tidak individual, akan tetapi ciri yang ada pada sekelompok orang secara
bersama memiliki ciri tersebut seperti rasional, pemikir, emosional, perasa,
ekstravert, introvert, pemarah, pemalu, pendedam, pemaaf, penipu, politikus dan
ciri yang sejenis. Ciri-ciri tersebut yang sering disebit sifat kepribadian.
2. Tipologi kepribadian
Tipologi yaitu penggolongan mnusia berdasarkan
tipe atau pola kepribadian yang masing-masing tipe diwarnai oleh sejumlah
sifat, ciri dan karakter tertentu. Tipe perrkembangan kesadaran beragama yaitu
tipe periang dan tipe penyedih.
3. Beberapa istilah
psikologi dalam al-Qur’an
a.
Nafs yang berarti dengan jiwa, dari beberapa ayat
nafs dapat pula diterjemahkan
dengan diri atau pribadi. Pada ayat QS. Asy-Syams (91); 7-10, QS. an-naazi’at
(79):40-41, QS. Fushilat (41): 46, QS. Al-A’raf (7): 172, QS. Yususf (12): 53,
QS. al-Qiyamah (75): 1-2, QS. al-Fajr (89): 27-30. dan masih banyak yang
lainnya.
b.
Ruh yang berarti Roh, beberapa ayat yang
berhubungan dengan ruh. QS.
al-Isra’ (17): 85, QS. al-Hijr (15): 28-29, QS. at-Tahrim (66):12, QS. Al-Qadr
(97): 4, dan beberapa ayat yang lainnya.
c.
Af’idah yang berarti hati, kata hati, hati nurani
atau akal budi. Beberapa ayat yang mengandung kata af’idah atau fuad yaitu. QS.
An-Nahl (16): 78, QS. Al-Mu’minuun (23): 78, QS. As-Sajdah (32): 9, QS al-Mulk
(67): 23, dan QS. Al-Qashash (28): 10.
4. Manusia menurut
al-Qur’an
Manusia digambarkan oleh al-Qur’an secara
jasmaniah dengan proses perkembangan, mulai dari saripati tanah, nutfah,
‘alaqah, mudghah, tulang belulang yang kemudian dibungkus daging, kemudian
terbentuklah makhluk baru dan pada akhirnya menemui kematian. Pembentukan dan
proses perkembangan kehidupan psikologi seorang individu digambarkan mulai dari
tidak tahu ap-apa, berfungsinya pendengaran, penglihatan, dijadikannya af’idah,
akal budi dan nafs. Proses perkembangan rohaniah kemanusiaan mulai digambarkan
pada peniupan roh.
5. Ciri-ciri tipe orang
yang beriman
Ciri-ciri orang beriman dapat ditinjau pada
berbagai perilakunay dalam kehidupan. Ciri yang menonjol digambarkan dalam
al-Qur’an antara lain mengenai sifat: aqidah, tujuan hidup, peribadatan,
pemikiran, kehidupan alam perasaan, dan sikap. Keenam ciri tersebut sebenarnya
merupakan satu kesatuan utuh dan sukar dipisahkan satu sama lain karena menyatu
pada satu keribadian yaitu kepribadian orang-orang yang beriman.
6. Realisasi citra
mukmin
Realisasi citra seorang mukmin dalam kehidupannya
dari ciri-ciri orang yang beriman yaitu dari segi jasmaniah: memelihara kesehatan
dan menjaga kebersihan. Dari segi kejiwaan: kecerdasan, kemampuan menyesuaikan
diri, semangat juang, dan sikap. Dari segi rohaniah: takwa dan tawakal.
Kalau dibandingkan antara ciri-ciri orang beriman
yang digambarkan dalam al-Qur’an dan direalisasikan dalam kehidupan dengan 36
butir nilai-nilai luhur pancasila, tidak ada satu butir pun yang bertentangan
dengan ajaran Islam. Bahkan hampir semuanya sejalan, ada satu/ dua pengutaraan
cir atau nilai luhur yang tidak persis sama, walaupun jiwanya sama, merupakan
hal yang wajar. Kebenarana al-Qur’an bersifat mutlak, sedangkan kebenaran
penafsiran dan ajaran manusia bersifat relatif.
7. Tipologi berdasarkan
rukun agama
Penggolongan tipe kepribadian orang beragama
berdasarkan rukun agama yaitu: tipe sufi (mutasawwifin) ialah tipe orang
beragama yang kehidupannya didominasi atau diwarnai oleh rasa ke-Tuhanan; tipe
pemikir ialah tipe orang beragama yang kehidupan keagamaannya diwarnai oleh
pemikiran tentang ke-Tuhanan atau keimanan; tipe pelaksana ialah tipe kepribadian
orang beragama yang perilakunya sehari-hari lebh didominasi oleh peribadatan;
dan yang terakhir tipe campuran ialah tipe kepribadian yang perilaku
keagamaannya didominasi oleh ketiga rukun agama secara merata dan harmonis.
E. Agama Sebagai Dasar Filosofis Psikoterapi
1. Definisi
psikoterapi
Psikoterapi adalah perawatan yang menggunaka
alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan
emosional dimana seorang ahli menciptakan hubugan profesional dengan pasien,
yang bertujuan: menghilangkan, mengubah dan menurunkan gejala-gejala yang ada;
perbaikan pola tingkah laku yang rusak; dan meningkatkan pertumbuhan serta
perkembangan kepribadian yang positif.
2. Macam terapi
Macam tipe keperawatan ada tiga macam, yaitu:
penyembuhan supportif , penyembuhan reeduktif dan penyembuhan rekonstruktif.
3. Tujuan
psikoterapi
Maksud perawatan gangguan mental mengolah
kepribadian klien dengan tujuan untuk menghilangkan gejala-gejala yang merusak
kepribadian atau untuk memperbaiki kepribadiannya. Tujuan psikoterapi yang
fundamental ialah mengubah sistem nilai individu secara efektif melalui
pandangan dunia dalamnya. Tujuan psikologi yang bpenting adalah mempengaruhi
struktur watak klien untuk mengubah tingkah laku yang rusak atau meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif.
4. Agama
melibatkan manusia seutuhnya
Kehidupan atau pengalaman dunia dalam diri
seseorang tentang ke-Tuhanan disertai keimanan erat dengan fungsi finalis
(motivasi dan emosi atau afektif dan konatif). Keimanan berhubungan erat denfan
fungsi kognitif. Peribadatan berhubungan erat dengan sikap dan fungsi motorik
sebagai peleksana dan realisasi kehidupan dunia dalam seseorang.
5. Falsafah atheis
materialistik tidak sesuai dengan pancasila
Manusia pancasiala adalah manusia beragama yang
berperikemanusiaan, berkebangsaan Indonesia, demokratis dan berkeadilan sosial.
Manusia yang menjujung tinggi nilai-nilai mental ideologis dan moral, sudah
tentu falsafah atheis yang tidak mengakui adanya Tuhan dan bersifat
materialistik tidak sesuai bahkan bertentangan dengan Pancasila. Falsafah athei
materialistik tidak dapat dijadikan dasara psikoterapi di Indonesia.
F. Agama Sebagai Metode
Psikoterapi
1. Motivasi beragama
Perilaku keagamaan manusia merupakan campuran
antara berbagai faktor, baik faktor lingkungan, psikologis rohaniah, unsur
fungsional, unsur ali, fitrha ataupun karunia tuhan.
2. Peranan agama
Fitrah manusia merupakan petensi dasarpenyebab
manusia beragama. Peranan agama yakni antara lain untuk mengatasi frustasi dan
konflik. Peran agama sangat dibutuhkan sebab menyangkut pada kerohaniaan
seseorang.
3. Pengalaman keagamaan
Para ulama yang mencoba untuk menyembuhkan
gangguan kepada seseorang secara rohaniah harus melihat seperti apa pengalaman
keagaman seseorang tersebut dalam kehidupan kliennya sehari-hari.
4. Termonologi agama
Gangguang mental agama yaitu nafsu hewani berlawan
dengan jiwa rohani. Cara penyembuhannya yaitu dengan peribadatan keagamaan
misalnya sholat, membaca al-Qur’an. Penyebab gangguan mental harus dilihat
penyebab utamanya. Penyebab utamanya apakah bersifat jasmaniah ataukah
rohaniah.
5. Kesehatan mental
Kesehatan mental memandang manusia sebagai satu
kesatuan jiwa raga, kesatuan jasmani rohani secara utuh. Hilangnya gangguan
mental merupakan tujuan psikoterapi. Mental yang sehat merupakan tujuan
kesehatan mental. Psikologi dan agama sebagai penyembuh gangguan mental maupun
untuk pembinaan kesehatan mental.
6. Prinsip-prinsip
kesehatan mental
Psinsip yang didasarkan pada kodrat manusia yaitu:
satu, kesehatan mental dan adjustment menghendaki adanya kesehatan dan kesatuan
organisme. Dua, untuk mempertahankan kesehatan mental dan penyesuaian diri yang
baik perilaku manusia harus sesuai dan konform dengan kodratnya sebagai makhluk
biologis, sosial psikologis dan rohaniah. Tiga, kesehtan mental dan adjusment menghendaki
integritas dan kontrol diri yang meliputi mengendalikan pikiran, hayalan,
keinginan, kemauan, ambisi dan ingkah laku. Empat, untuk mencapai dan mempertahankan kesehatan
mental dan adjusment diperlukan pengetahuan yang luas tentang diri sendiri. Lima,
kesehatan mental dan adjustment menghendaki suatu pengertian yang sehat tentang
diri sendiri yang mencakup penerimaan diri sendiri dan penilaian yang realistis
terhadap status dan harga dirinya. Enam, diperlukan suatu usaha terus menerus
untuk mengembangkan diri atau meningkatkan diri dan merealisasikan diri. Tujuh.
Kemantapan mental dan penyesuaian diri yang baik memerlukan suatu perkembangan
yang berlanjut dalam diri manusia mengenai sifat-sifat moral yang tinggi.
Delapan, untuk mencapai dan mempertahankan
kesehatan mental dan adjustment perlu belajar dan mengembangkan kesehatan yang
baik. Sembilan, stabilitas mental dan adjustment menghendaki suatu kemampuan
untuk mengubah sesuatu sesuai dengan perubahan kepribadian. Sepuluh, mengendaki
usaha yang berlanjut untuk menjadi dewasa/matang dalam berpikir, memutuskan
sesuatu, sikap, emosi dan tingkah laku. Sebelas, mengendaki manusia belajar
cara-cara menyelesaiakan konflik, frustasi dan keteganggan jiwa yang timbul
secara efektif dan efisien.
Prinsip yang didasarkan pada hubungan manusia
dengan manusia lain dan lingkungannya: satu, bergantung pada hubngan manusiawi
yang sehat, terutama hubungan dalam kehidupan keluarga. Dua, bergantung pada
pekerjaan yang sesuai dan memuaskan. Tiga, menghendaki sikap yang realistis
dengan menerima realitas tanoa diputar
balik serta menerima hal-hal yang objektif dan sehat. Prinsip yang didasarkan
pada hubungan manusia dengan Tuhan yaitu: satu, menghendaki agar setiap orang
memiliki kesadaran yang makin berkembang mengenai realitas yang lebih besar.
Dua, menghedaki hubungan aktif dan konstan dengan Tuhan melalui penerimaan dan
pelaksanaan perintahNYa serta meninggalkan laranganNya.
KESIMPULAN
Buku ini menerangkan kepribadian muslim yang tercermin dalam pancasila. Bahwa
dalam butir-butir pancasila tidak ada satupun yang bertentang dengan ayat-ayat
al-Qur’an. Bahkan hampir semuanya itu sejalan. Meski ada yang secara ciri tidak
sama melainkan secara jiwanya atau kandungannya sama.
Buku ini sangat baik dimengerti sebab dikemukakan juga dengan berupa
kasus-kasus seseorang. Sehingga kita lebih mudah untuk mengerti. Buku ini tidak
hanya membahas kepribadian muslim melainkan juga bahwa agama sebagai metode
dalam psikoterapi.
Akan tetapi, dalam buku ini ada beberapa istilah yang kurang bisa dipahami
sebab banyak menggunakan penjelasan filsafat. Buku ini kurang menarik dibaca
sebab dari tulisan hurufnya yang terlalu kecil, apalagi dengan kertas buku yang
buram sehingga menimbulkan kesan capek dahulu sebelum membaca. Buku ini sangat
cocok bagi mahasiswa yang mempelajari tentang psikologi agama dan masyarakat
sekitar serta para psikiater.



0 komentar:
Posting Komentar