Kamis, 20 November 2014

Hadits Persaudaraan Muslim



عنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً. الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ . 
[رواه مسلم]
 
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
     Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya dan kehormatannya.” (Riwayat Muslim)

Apa yang seharusnya?

Mentari menyapa dengan senyuman
Desiran ombak menyapu tepi pantai
Burung tersenyum menghampiriku
Langkah kaki semut membentuk tanda di tanah

Alunan nada darimu bagaikan sebuah rindu
Senandung Al-Qur'an terdengar merdu
Subhanallah itulah yang hanya bisa ku ucap
Mendengar syair dari mulutmu damaikan jiwa

Dirimu bagaikan kumbang yang rupawan
Kehadiranmu amat ditunggu setangkai bunga kecil
Lebih kecil dari yang lainnya
Tapi dia yakin bahwa kumbnag mampu melihatnya
Yang telah sekian lama menunggu kehadiran kumbang

Perhatian yang kau berikan begitu membuatku nyaman
Meskipun aku tak tau apa maksudnya
Kau sendiri tak pernah menafsirkannya
Hanya gestur tingkahmu yang berkata
Sedangkan dirimu hanya biasa-biasa saja

Akupun tak menganggap itu lebih
Aku hanya menganggap itu perhatian untuk seorang adik
Tapi jika dalam satu ruangan
Mengapa mulut menjadi kaku jika ingin berbicara denganmu?
Jika tidak ada yang mau memulainnya

Mengapa jika dekat kita sama-sama jaim?
Tapi mengapa jika jauh rindu begitu mendalam?
Aku sendiri dilema dibuatnya
tingkah apa yang seharusnya ku lakukan?
pura-pura tak ada apa-apa atau bagaimana?