Tap
Tap
Tap, langkah kaki yang menuruni anak
tangga dengan buru-buru menghampiri kami. Aku melihat seorang gadis yang berlari
tanpa menggunakan alas kaki. Ia langsung membuka pintu rumah utamanya dan
berputar-putar dihalaman rumahnya, sepertinya ia tengah mencari sesuatu. Aku
dan orang-orang di ruang tamu hanya menyaksikan aksinya dengan keheranan.
Bahkan gadis itu tidak menyapa kami, hingga Kendy ikut keluar menyusulnya.
Kendy mengajak adiknya masuk dengan aksi yang masih mencari sesuatu. Hingga
terdengar suara teguran yang berasal dari om Anggara.
“Key… kamu cari apa nak? Sampai-sampai
lari-larian gitu?”
“Sepatu aku ayah,,, haduh dimana sih….???”
Jawab Keysha yang masih sibuk lari sana-sini mencari keberadaan sepatunya.
“Bukannya tadi kamu pakai yah dek… kog
kamu malah nyari disini? Aneh deh..” tanya Kyan. Aku hanya bisa menyaksikan
ini. Bahkan gadis ini belum menyadari akan kehadiranku disini.
“Ish…” Keysha mengacak rambutnya frustasi
serta mengusap wajahnya kasar. Sesekali ia mencibikkan bibirnya dan mengehela
nafasnya kasar.
“Keysha kand bisa pakai sepatu yang
lainnya,, sepatu Key kand banyak sayang..” tante Michelle member pengertian
kepada putrinya. Aku tersenyum tipis melihat kekesalan yang ditunjukkan oleh Keysha.
Ia menghentakkan kakinya di lantai dan mulai berjalan naik ke lantai 2
rumahnya. Seperti anak kecil yang tidak mendapatkan apa yang diinginkan.
Kami kembali duduk setelah Keysha beranjak
menuju kamarnya. Aku mengambil duduk di samping kakakku yang cantik ini. Aku
juga menyerahkan boneka yang sebelumnya kubeli kepada papa.
“Maafin Keysha anakku ya Al, kelakuannya
kayak gitu. Dia akan heboh sendiri bila yang dimilikinya hilang darinya.
Apalagi itu sepatu barunya dan baru dipakai saat ini.” Jelas om Anggara dengan
tertawa keras mengingat kelakukan Keysha beberapa menit yang lalu.
“Tapi heran deh yah.. tadi sepatu itu kand
Key pakai pas pamit mau ke kamar, eh kog balik-balik dia udah gak pakai
sepatu.” Ucap Kendy dengan keheranan. Aku menolehkan kepalaku melihat ke lantai
dua untuk memperhatikan rumah ini. Besar seperti rumah papa yang ada di
Bandung. Hingga sosok Keysha berjalan mendekat kearah kami mengalihkan pandanganku
sebelumnya. Ternyata ia sudah berganti pakaian dari sebelumnya, sekarang jauh
lebih santai dengan memakai rok selutut dengan kaos lengan panjang dari
sebelumnya yang memakai dress selutut warna merah tanpa lengan. Namun
penampilannya tetap cantik dengan rambut yang digerai menampilkan rambut hitam
pekatnya.
Aku sedikit tersentak dari lamunanku,
ketika seseorang memanggil namaku dengan terkejutnya. “Pak Bagas?” panggil
Keysha terhadapku.
“Hai,-“ jawabku singkat.
“Bapak kog bisa ada disini? Sejak kapan?”
Keysha kembali mengeluarkan pertanyaannya. Ia mulai duduk di antara kedua
kakaknya.
“Baru nyadar lo dek,,, sejak lo sibuk
nyari sepatu lo yang tiba-tiba ngilang.. oh ya kog bisa sepatu itu bukannya
tadi kamu pakai ya pas kamu pergi kekamar, kog bisa ngilang. Emang sepatunya
bisa lari sendiri apa?” jawab Kendy.
“Ish lo tu kak,,, tadi itu sangking
buru-burunya aku ngelepas sepatunya jadi aku lempar deh gak tau kemana,
kayaknya jatuh ke halaman depan deh,, tapi pas gue nyari-nyari kog gak ada yah
kak.” Jawah Keysha dengan menampilkan gigi putihnya. Oh jadi sepatu yang dengan
manisnya menghampiri kepalaku itu sepatu Keysha. Gadis ini kenapa tingkahnya di
rumah beda sekali dengan ketika di sekolah. Disini ia menjadi gadis yang manja
dan ceroboh. Sedangkan ketika di sekolah ia menjadi gadis yang berwibawa,
pintar bahkan bertanggungjawab.
Aku mencoba mengeluarkan sepatu itu dari
bag paper yang sedari tadi aku bawa. Kak Berliana menegurku ketika tanganku
memegang sepatu flat bewarna merah maroon. “Sepatu siapa itu dek?” tanya kak
Berliana dengan sedikit berbisik.
“Gak tau aku kak, tadi pas dihalaman depan
gak sengaja sepatu ini jatuh dan mengenai kepalaku. Karena gak ada orang pas
disana, jadi aku masukkan aja kesini.” Jawabku dengan berbisik juga.
“Sepatunya sih Keysha deh kayaknya.
Balikin gih?” Kak Berliana memintaku untuk mengembalikan sepatu ini. Aku segera
mengangkat tanganku yang memegang sepatu itu.
“Apa ini sepatu yang kamu cari Key?” aku
mengeluarkan suaraku dengan menunjukkan sepatu yang kupegang. Keysha sedikit
terkejut setelah memusatkan pandangannya kearah tanganku. Keysha berdiri dan
langsung menyambar sepatunya kemudian ia kembali duduk di tempatnya semula.
“Kog bisa sama bapak?” tanya Keysha yang
sudah meletakkan sepatunya di belakang kakinya.
“Tadi pas saya datang kemari, tidak
sengaja ada sepatu jatuh yang mengenai kepala saya. Karena tidak ada orang
disana, jadi saya membawanya masuk kemari.” Jawabku. Keysha mungut-mungut paham
mendengarkan jawabanku.
End Bagas Pov.
Dua keluarga ini sedang menikmati hidangan
yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Mereka bersama-sama makan malam, meski
waktu telah menunjukkan pukul 9 malam. Ini waktu makan malam yang terlambat
karena biasanya mereka makan malam setelah sholat isya’ sekitar jam 7 atau set
8 malam.
“Oh ya Key,, ini Bagas anak om Ali, tadi
kalian belum sempat kenalan kand?” Anggara mengenalkan Bagas kepada Keysha di
sela-sela makan makanan penutup.
“Udah kenal kog yah, pak Bagas kand guru
matematika Key dan wali kelas Key.” Jawab Keysha yang masih asyik memakan
pudding dan black forest buatan Michelle.
“Lebih baik ngobrolnya dilanjut di ruang
keluarga aja deh yah, kand lebih santai. Kalau sudah selesai kita beranjak dari
sini, biar mejanya bisa dibersihkan sama bi Surti.” Usul Michelle. Dua keluarga
itu beranjak dari ruang makan menuju ke ruang keluarga sesuai usulan dari
Michelle.
Di ruang keluarga terdapat dua sofa
panjang dan 2 sofa pendek menghadap sebuah televisi besar. Keysha, Kyan, Kendy
dan Michelle duduk di sofa panjang. Bagas, Berliana dan Prilly duduk di sofa
seberangnya. Sedangkan Ali dan Anggara duduk di 2 sofa yang memuat untuk 1
orang. Perbincangan yang sempat tertunda kini mereka mulai lagi yang diawali
oleh Anggara.
“Jangan panggil pak juga dong Key ke
Bagasnya, Bagas kand sekarang gak jadi guru.” Usul Anggara kepada Keysha.
“Sama aja ayah,, dimana-mana kalau guru
meski gak di sekolah yah tetap harus dipanggil bapak.. nanti kalau aku langsung
manggil nama kan gak sopan. Meski pak Bagas seumuran dengan kak Kyan.” Jawab keysha.
“Iya kand pak Bagas?” tanya Keysha kepada Bagas yang sedari tadi tidak melepas
tatapannya melihat gadis itu berbicara. Bagas menganggukkan kepalanya.
“Tapi, tetap saja kalau kamu di luar
sekolah manggilnya gak boleh pake ‘pak’ Key, harus seperti kamu manggil Kyan
dan Kendy dengan sebutan kak.” Anggara kekeh meminta Keysha untuk memanggil
Bagas tanpa embel-embel ‘pak’.
“Aduh ayah… kenapa harus ganti-ganti sih..
gak enak yah? Udah kebiasaan manggilnya gitu.” Tolak Keysha.
“Gak ada penolakan, ayah harap kamu mau menuruti
permintaan ayah. Ayo sekarang kamu panggil Bagas dengan kak Bagas. Cepat…!”
perintah Anggara. Bila Anggara sudah memaksa mau tak mau siapapun anggota
keluarganya harus mengikuti titahnya.
Keysha menghela nafasnya kasar, mau tak
mau ia harus menuruti perkataan ayahnya. “Iya..iya… pak..eh kak.. kak Bagas.”
Bagas menyunggingkan senyumnya tipis mendengar Keysha memanggilnya dengan
sebutan kakak. “Kenapa sih ayah maksa banget minta aku manggil Pak Bagas dengan
kak Bagas?” tanya Keysha kepada ayahnya.
“Karena kalian akan dijodohkan.” Jawab
Anggara tanpa sadar. Sontak saja jawabannya itu membuat terkejut mereka yang
ada disana. Meski Ali, Prilly dan Michelle telah mengetahui rencana pertemuan
ini sebelumnya, tapi ia tak menyangka jika Anggara secepat ini membocorkannya.
“Apa?” teriakan dari Keysha mengalihkan
terkejutannya mereka dari jawaban Anggara. Wajahnya yang terlihat marah, bahkan
jari-jari tangannya saling mengepal dengan kerasnya dan bisa saja itu melukai
tangannya dengan kukunya yang panjang. Kendy yang melihat adiknya dibakar
amarah meraih pundak Keysha dan mengelusnya memberikan ketenangan. Keysha
mengatur nafasnya menahan amarah yang mulai menguasai dirinya.
“Ayah mau menjodohkan aku?” tanya Keysha
kepada Anggara mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia tak salah mendengar
perkataan ayahnya.
Anggara mengangguk pasti menjawab
pertanyaan putrinya. Melihat reaksi yang ditunjukkan ayahnya, Keysha langsung
beranjak pergi dari ruang keluarga dengan berlari kencang. Keysha meninggalkan
mereka tanpa sepatah kata sebab ia tengah diselimuti amarah dan kekesalan.
“Ayah tega, kenapa ayah lakuian ini?”
tanya Kendy yang juga mempertanyakan keputusan ayahnya. Kendy tak sanggup
melihat Keysha yang seperti ini. Sebab pasalnya adiknya tak pernah menanggapi
masalah dengan amarah. Kendy beranjak dari tempat duduknya mencoba mengejar
Keysha.
“Kendy! Dengarkan penjelasan ayah dulu
dek.” Teriak Kyan. Kyan sebenarnya juga kecewa
dengan kalimat yang diucapkan ayahnya sebelumnya. Tapi, ia juga tak bisa
bila harus bersikap seperti Kendy. Kyan percaya ayahnya pasti punya alasan
dibalik semua ini.
###
Keysha Pov.
“Karena kalian akan dijodohkan.”
Kata-kata itu terus terngiang di telingaku. Aku sekarang sedang berlari menuju
rooftop untuk menenangkan fikiranku. Mengapa ayah tega melakukan ini denganku?
Mengapa ayah mau menjodohkanku dengan pak Bagas? Aku tak bisa berfikir lagi
tentang keputusan yang ayah berikan. Aku sungguh.. sungguh kecewa apa yang
diputuskan oleh ayah.
“huft..huft..huft…. kamu disini dek?”
kudengar suara kak Kendy sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan berada
dibelakangku. Aku langsung membalikkan tubuhku dan berlari menubruk dada
bidangnya. Aku butuh sandaran, aku butuh pelukan, dan yang mampu memberikan itu
semua hanyalah kak Kendy. Aku memeluknya erat dengan menumpahkan air mataku
yang sedari tadi kutahan. Aku menangis di dadanya, dan kak Kendy juga memelukku
dengan erat. Seakan ingin memberikan kekuatan kepadaku.
“Hiks..hiks..hiks.. kak,, kenapa papa
ngelakuin ini kepadaku?” tanyaku kepada kak Kendy. Kak Kendy diam cukup lama,
ia tak segera menjawab pertanyaanku.
“Kita duduk sana yah dek?” ajak kak Kendy
yang mencoba mengalihkan pertanyaanku. Aku tau bahkan kak Kendypun tak
mengetahui hal ini. Ini terlihat ketika ia kebingungan mencari jawaban yang akan
diberikan kepadaku.
“Kak… jawab aku!” aku melepaskan
pelukannya dan menggoyangkan tubuhnya agar kak Kendy mau segera menjawab
pertanyaanku. Lagi-lagi kak Kendy mengalihkan tatapannya lurus kedepan, sekali
lagi aku melihat bahwa ia mencari-cari jawabannya. Aku menghela nafas kasar,
sebab kedatangan kak Kendy tidaklah membantuku. Aku menguap menghilangkan rasa
kantukku, ditambah lagi kepalaku tiba-tiba pusing.
“Tidur disini dek.” Kak Kendy menawarkan
pahanya untuk aku tidur disana. Aku mulai merebahkan diriku dan meletakkan
kepalaku di pangkuan kak Kendy. Kak Kendy mengelus kepalaku perlahan memberikan
kenyamanan agar aku bisa tertidur. Aku memejamkan mataku mencoba menghilangkan
rasa pusing yang semakin menjadi apalagi aku harus menangis menghilangkan emosi
didiriku.
“Kakak sayang kamu dek, jangan kayak gini
lagi yah… kakak gak mau kamu nangis apalagi sampe marah seperti ini.” Kudengar
kak Kendy berbicara lirih sambil terus mengusap puncuk kepalaku. Tanpa ia tau,
aku sedikit mendengar isakannya. Kak Kendy ikut menangis.
End Keysha Pov.
“Ya Allah… aku sebenarnya kecewa dengan
keputusan ayah yang akan menjodohkan adikku dengan pak Bagas. Aku tak mengerti
mengapa ini semua terjadi. Aku bahkan tak tega menyaksikan ia begitu terpukul.
Kakak sayang kamu dek, ayah pasti melakukan ini semua demi kebaikan kamu. Dan
kakak harap kamu tak melakukan hal yang aneh-aneh untuk melawan keputusan ayah.
Kakak akan selalu ada untuk kamu dek, karena kamu adalah adik kesayangan
kakak.” Kendy berbicara di dalam hati. Ia menatap adiknya dengan sendu dan
tanpa terasa air matanya ikut menangis. Kendy tau bahwa Keysha amat jarang
emosi dan ia adalah gadis yang sangat bisa mengendalikan amarahnya. Namun,
apabila sudah seperti ini, pasti ini sangat menyakitkan bagi Keysha.
Dilain tempat masih di ruang keluarga,
setelah kepergian Keysha yang disusul dengan Kendy. Kedua orang tua dengan
anaknya masing-masing tetap bungkam tak
mengeluarkan sepatah katapun. Hingga terdengar Ali mengeluarkan suaranya. “Apa
yang kamu katakana itu terlalu cepat Anggara.”
Anggara menoleh ke Ali dengan menghela
nafasnya, “Aku keceplosan bilang seperti itu. Tapi kamu tenang saja Keysha
pasti akan memahami ini.”
“Apa ayah yakin?” ucap Kyan yang tak
setuju dengan jawaban ayahnya bila Keysha akan menerima ini semua. Kyan
meragukan ucapan ayahnya sebab reaksi yang ditunjukkan Keysha beberapa jam yang
lalu itu sudah membuktikan bahwa bisa saja Keysha menolaknya.
Mereka yang ada di ruang tamu
menganggukkan kepala mengerti maksud dari pertanyaan Kyan. Kecuali Anggara yang
yakin bahwa keputusannya itu akan di terima oleh putri kesayangannya. “Ayah
tetap yakin bahwa Keysha putri kesayangan ayah tak akan mengecewakan ayahnya.”
Anggara tau bahwa Keysha bukanlah tipikal anak yang memberontak dan membangkan
apa yang diperintahkan ayahnya.
Keysha merupakan anak yang menurut dengan
ayahnya, apalagi Anggara selalu meminta pendapat darinya terlebih dahulu. Akan
tetapi, berbeda dengan saat ini bahkan Anggara tak pernah menyinggung masalah
ini sebelumnya. Entah apa yang difikirkan oleh ayah dari ketiga anaknya itu. “Maafkan
ayah nak, bukannya ayah tidak meminta pendapatmu terlebih dahulu. Bila ayah
meminta pendapatmu bisa saja kamu menolak ini semua. Ayah ingin melakukan yang
terbaik untukmu. Ayah sangat menyayangimu.” Ucap Anggara di dalam hati.
“Sudah sebaiknya kita istirahat, hari
sudah larut dan lebih baik ini dibicarakan lagi besok pagi.” Ucap Anggara
kepada seluruh orang yang sedang berkumpul di ruang keluarga. Mereka mengangguk
setuju dengan ucapan Anggara. “Ali dan prilly kalian tidur di kamar tamu,
sedangkan untuk Berliana dan Bagas kalian juga tidur di kamar sebelah kanan dan
kiri ruang tamu. Kyan tolong antarkan mereka.”
Kyan mengangguk dan beranjak dari tempat
duduknya. “Mari om, tante, Berlian dan Bagas.” Ajak Kyan kepada keluarga Ali.
Ia menunjukkan kamar yang sudah dipersiapkan oleh keluarganya. “Silahkan om
tante.” Kyan mempersilahkan kepada Ali dan Prilly untuk memasuki kamar mereka.
“Bagas, Berlian kalian juga silahkan masuk. Selamat istirahat.”
Setelah mengantar keluarga Ali. Kyan
mencari keberadaan kedua adiknya, ia mengelilingi seluruh rumahnya. Kyan
teringat akan satu tempat yang didatangi oleh adik perempuannya bila sedang
terkena masalah yaitu di ‘rooftop’. Kyan segera berlari menuju rooftop dan ia menemukan
keberadaan Keysha dan Kendy. Kyan berjalan mendekati keduanya, ia memegang bahu
adik laki-lakinya. Kendy menoleh ketika ada tangan yang memegangnya.
“Kak Kyan?” tanya Kendy yang masih setia
mengelus rambut adiknya yang sedang tertidur dengan nyenyaknya.
“Dia tidur Ken?” Kendy mengangguk menjawab
pertanyaan kakaknya. Kyan mengambil duduk di samping Kendy dan ikut mengelus
kepala Keysha. “Lebih baik kita bawa dia ke kamar, kasian bila tetap disini.
Bisa masuk angin karena udaranya dingin banget.” Usul Kyan kepada Kendy. Kyan
mencoba menggendong Keysha yang tidur di paha Kendy.
“Aku juga nungguin kakak buat angkat Key,,
kakiku dah kram kak ditidurin sama ni bocah.” Ucap Kendy mengikuti langkak kaki
kakaknya yang menuruni tangga menuju kamar Keysha. Kendy menggerakkan tangan
dan kakinya mencoba mengusir rasa capek yang menyerang tubuhnya.
Kyan dan Kendy akhirnya sudah berhasil
membawa Keysha ke kamarnya. Dan mereka menuju ke kamar masing-masing untuk
mengistirahkan badan dan fikirannya. Sebab besok mereka harus kembali
keaktifitas semula.
Pagi harinya.
“Bi…bi Surti….” Teriak Michelle di meja
makan yang sedang menungkan susu untuk Kyan, Kendy, Berlian dan Bagas.
Sedangkan Prilly ikut membantu dengan membuatkan kopi untuk suaminya dan
Anggara.
“Iya nyonya, ada apa?” tanya bi Surti
dengan nafas yang tersenggal-senggal akibat lari dari ruang cucian menuju ke
ruang makan setelah mendengar teriakan dari Michelle.
“Bibi tolong bangunin non Keysha ya… ia
kand harus sekolah lagipula ini juga sudah jam 7. Tumben kalo dia bangun
telat.” Perintah Michelle kepada bi Surti.
“Baik nyonya.” Jawab Bi Surti. Bi Surti
segera menuju lantai 2 ke kamar putri majikannya. Bi Surti menggedor-gedor
pintu kamar milik Keysha. Namun tak ada jawaban dari dalam. Bi Surti memegang
handel pintu mencoba membukanya, tidak di kunci. Bi Surti memasuki kamar milik
Keysha dan mendekati ranjang yang ada di dalamnya.
Bi Surti menggoyangkan gundukan di balik
selimut berkali-kali, tapi tetap tidak ada pergerakan balasan yang ditunjukkan.
Karena bi Surti merasa penasaran, ia menyingkap selimut itu. Namun, apa yang
didapatkan yakni hanya guling dan bantal. “Non..non Keysha?” panggil bi Surti
mengelilingi kamar milik nonanya. Di kamar mandi Keysha juga tidak ditemukan.
Bi surti yang panik langsung berlari keluar menuju ruang makan dimana
majikannya berada.
“Nyonya.. tuan… den Kendy.. den Kyan….”
Teriak bi Surti ketika menuruni anak tangga.
“Kenapa bi?” tanya Kyan.
“Bibi kenapa kog teriak-teriak seperti
orang panik?” tanya Kendy. Kendy menengok kesana-kemari mencari keberadaan
adiknya. “Loh Keysha mana bi?” tanya Kendy lagi yang tidak menemukan sosok
adiknya yang seharusnya sudah ada di hadapannya.
“Non..non..non Keysha tuan.” Ucap bi Surti
dengan nada ketakutan.
“Ada apa dengan Keysha bi? Bibi tenang
dulu atur nafasnya baru bicara.” Jawab Anggara.
Bi Surti mengatur nafasnya seperti ucapan
tuannya. Setelah agak tenang bi Surti melanjutkan ucapannya,” Non Keysha tuan,
non Key…sha gak ada di kamarnya. Kamarnya kosong, pas tadi saya masuk mencoba
membangunkannya, saya kira yang ada di balik selimut adalah non Keysha namun
itu hanya bantal dan guling. Sedangkan non Keysha gak ada di kamarnya, di kamar
mandi juga tidak ada tuan.”
Sontak mereka menghentikan aktifitas
sarapannya. Kendy setelah mendengar penjelasan dari bi Surti langsung berlari
menuju kamar adiknya. Mereka semua mengikuti Kendy menuju kamar milik Keysha.
Terlihat wajah cemas mereka mendengar ungkapan bi Surti. Kendy langsung membuka
lemari pakaian milik Keysha.
“Kosong?” Kendy sontak terkejut melihat
isi lemari milik adiknya. Setengah lemari gantungan kosong dan satu laci milik
Keysha juga kosong. Koper warna pink yang biasanya terletak manis di almari
paling bawah sekarang tidak ada disana. Beberapa alat sekolahnyapun juga tidak
ada di tempatnya.
“Kyan coba telpon hp adek kamu?” perintah
Anggara. Kyan langsung mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi nomor
adiknya. Tak ada jawaban dari seberang sana. Berkali-kali ia mencoba namun
tetap sama yakni tak ada jawaban.
“Gak ada jawaban pa…” ucap Kyan.
###
“Ya udah Kendy dan Bagas kalian berangkat
saja dulu ke sekolah dan coba cari Keysha tanyakan ke sahabat-sahabatnya. Untuk
Kyan kamu berangkat juga saja dan minta tolong ke teman-teman kamu yang
mengenal Keysha mungkin saja tau keberadaan adikmu. Aku dan Ali akan pergi ke
kantor dan di sela-sela pekerjaan akan kami gunakan untuk mencari keberadaan
anak itu.” Anggara berkata sambil keluar dari kamar Keysha. Anggara menoleh ke
istrinya dan mengeluarkan suaranya, “dan kamu juga coba tanyakan keberadaan
Keysha kepada teman-temannya. Dan bila semuanya sudah ada kabar segera di
beritahukan kepada kita semua.” Anggota keluarga itu mengganguk patuh akan
ucapan Anggara.
Jam dinding menunjukkan pukul 7 tepat, mau
tak mau mereka harus melanjutkan segala aktifitas yang sempat tertunda. Kendy
dan Bagas dalam satu mobil menuju sekolah, Kyan menggunakan mobilnya sendiri
untuk menuju ke kantornya, sedangkan Anggara dan Ali juga menuju kantor
Anggara. Sedangkan para perempuan sibuk dengan dunianya sendiri.
Sesampainya di sekolah Kendy langsung
menuju ke kelas adik kesayangannya. Dengan terburu-buru ia berlari tanpa
memperdulikan peraturan bahwa dilarang berlari di lorong-lorong menuju kelas. Dengan
nafas yang tersenggal-senggal ia langsung saja memasuki ruangan kelas dimana
adiknya belajar. Semua siswa merasa terheran-heran sebab ada cowok terkeren di
sekolah ini yang mendatangi kelas mereka berkali-kali, dan pasalnya biasanya
Kendy akan mengunjungi kelas ini apabila Keysha ada disini. Melainkan saat ini
Keysha tidak hadir di sekolah. Dimanakan ia?
“Assa..heh…heh..lamu’alaikum pak?” salam
Kendy kepada guru yang mengajar di kelas Keysha.
“Kamu kenapa masuk kelas ini Kendy,
bukannya kelas kamu di lantai setelah ini?” tanya guru yang sedang mengajar.
Kendy berjalan mendekati guru tersebut dan sedikit membisikkan ucapannya.
“Saya kesini mencari adik saya pak, karena
tadi ia lupa membawa bekal makanannya.” Bisik Kensy dengan sedikit berbohong
bila ia mencari adiknya karena lupa membawa bekal bukan karena Keysha kabur
dari rumah.
“Sejak saya masuk kesini, saya juga belum
melihat Keysha, mungkin saja ia masih berada di lain tempat dan saya juga belum
mendapat kabar apa Keysha hari ini masuk atau tidak.” Jawab pak guru itu. Kendy
mengangguk sambil melihat dimana biasanya Keysha duduk di samping Ashila.
“Ya sudah pak saya pamit, terima kasih
atas waktunya dan mohon maaf telah mengganggu waktu belajarnya.” Kendy beranjak
keluar dari kelas adiknya dan berjalan menuju ke kelasnya sendiri.
Sepeninggal Kendy dari kelas XI IPA 2,
Ashila langsung menoleh kearah Raka dan mulai berbisik, “Kog kak Kendy kesini
Rak? Keysha juga kenapa jam segini gak datang-datang? Dan tumben sekali jika
gak masuk tuh anak gak ngabarin kita.” Raka yang diajak bicara hanya mengidikkan
bahu tak mengerti.
Dilain tempat, Bagas tengah berada di
ruang informasi mencari tau apa Keysha memberikan pesan sesuatu. Bagas mulai
mengintograsi staf karyawan yang berada di ruangan itu. “Mbak, apa Keysha hari
ini masuk sekolah?”
“Tidak pak, mbak Keysha hari ini tidak
menghadiri sekolah.” Jawab Karyawan itu.
“Apa ada kabar kemana anak itu tidak masuk
sekolah hari ini?”
“Tidak ada keterangan yang menjelaskan
alasan mengapa mbak Keysha tak masuk sekolah. Mungkin mbak Keysha ada urusan
lain pak yang mengharuskannya untuk ijin tidak memasuki sekolah. Namun dalam
daftar hadir saya akan menuliskan ‘alpha’ karena memang mbak Keysha tidak
mengkonfirmasikan ketidakhadirannya.”
“Baik mbak, terima kasih atas
informasinya.” Bagas berjalan berlalu meninggalkan ruang informasi dan segera
menuju ke ruangan miliknya untuk mempersiapkan bahan ajarnya. Dan perjalanan
menuju ke ruangannya, ia mulai berfikir mengingat kejadian kemaren malam disaat
Keysha merasa kecewa dengan keputusan yang diberikan oleh Anggara. “Apa ini
gara-gara perjodohan ini? Kamu pergi dari rumah? Kamu kemana Key? Maafkan aku
bila akibat keputusan itu kamu merasa kecewa dan marah. Tapi jujur saja aku
senang mengetahui bahwa kedua orang tua kita menginginkan bahwa kita bersatu.
Entah apa yang terjadi denganku, mengapa saat pertama kali melihatmu aku sudah
jatuh hati kepadamu. Bahkan saat ini aku merasa gelisah karena tak ada kabar
satupun tentang kamu.” Tanpa terasa Bagas telah berada di ruangan
kebesarannya. Saat melihat ke luar ruangannya, Bagas melihat sosok Keysha
berjalan melewati ruangannya. Ia segera beranjak untuk memastikan apa yang
telah dilihatnya itu nyata atau hayalannya saja karena ia tengah dilanda rasa
rindu yang mendalam.
Di depan pintu ruangannya, Bagas
menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan sosok Keysha yang
sempat melintas di tempat ia berdiri saat ini. Namun yang ia dapatkan hanyalah
kosong, tak ada seorangpun disana. “Apa aku hanya menghayal saja bahwa kamu
aka nada disini Key?” Bagas berkata dalam hatinya. Selama lima menit Bagas
tetap setia berdiri di depan pintu ruangannya, namun selama itu pula tak ada
kehadiran sosok Keysha bahkan jalan itu juga tak ada yang melewati. Hal ini
dikarenakan suasana pembelajaran di kelas masih berlangsung.
Bunyi notifikasi pesan whatsapp mengakhiri
kegiatan berdirinya di depan pintu. Bagas memasuki ruangannya untuk melihat
siapa yang mengiriminya pesan.
From: Kyan
Bro, dah dapat informasi soal Keysha?
Bagas langsung mengirim pesan balasan
untuk Kyan. Belum, Keysha gak masuk sekolah dan gak ada alasannya kalau dia
gak masuk. Itu pesan balasan untuk Kyan dari Bagas. Bahkan sekarang sudah
dibuatkan sebuah grup yang beranggotakan keluarga Anggara dan Ali. Grup itu
diberi nama ‘Misi Pencarian Keysha’. Bagas dimasukkan oleh papanya kedalam grup
itu bahkan sekarang percakapan sudah mencapai lebih dari 10 chat.
+6285768999xxx (Kyan Marcelino)
Grup apa lagi ini?
+6288345987xxx (Anggara)
Grup mencari adikmu yang kabur dari rumah
+6285768999xxx (Kyan Marcelino)
Key gak ada di kelasnya pa…..
+6285666473xxx (Bunda Ichel)
Kendy, Kyan terus cari adik kamu nak. Bunda gak mau dia kenapa2..
huhuhu…
+6288345987xxx (Anggara)
Kamu jangan khawatir sayang, kita pasti akan menemukan Keysha.
+6287666545xxx (Ali)
Iya kamu tenang saja, aku akan bantu mencari Keysha juga.
+6288345987xxx (Anggara)
Bagas dimana bagas? Kenapa anak itu belum ada kabar mengenai Keysha?
+6285768999xxx (Kyan Marcelino)
Mungkin bagas masih mengajar di kelas yah…
+6285768999xxx (Kyan Marcelino)
Aku tadi sempat tanya ke sahabatnya Keysha ternyata mereka juga tak
tau dimana anak itu berada. Bahkan baru kali ini ia tak masuk sekolah tanpa
kabar apapun.
+6285666473xxx (Bunda Ichel)
Keysha kamu dimana sayang? Bunda khawatir sama kamu… Huhuhu…
+6288767543xxx (Prilly)
Kamu jangan khawatir chel pasti Key baik-baik saja.
Maaf bagas baru bisa gabung, tadi bagas dah tanya ke ruang informasi.
Namun Keysha gak ada kabar sama sekali. Tapi tadi pas diruangan aku gak sengaja
liat dia jalan melewati ruanganku. Aku pikir itu dia namun pas dipastikan
ternyata tidak ada orang sama sekali. Kalian tenang saja aku akan terus
mencarinya.
+6288345987xxx (Anggara)
Terima kasih bagas sudah mau membantu om dan keluarga. Dan kalian
terus menguhubungi Keysha sampai ia menjawab panggilan dari kalian semua.
Iya om sama2. Itu juga menjadi kewajiban
aku.
+6285768999xxx (Kyan Marcelino)
Iya yah siap… Cieee… calon
suami yang perhatian tuh..
+6287766554xxx (Berliana)
Cieee… adek gue dah tanggung jawab sama calon istri
Apaan sih loh kak.
Setelah membalas dan menjelaskan apa yang
ia ketahui. Bagas segera membereskan barang-barang yang akan ia gunakan untuk
mengajar. Saat ini adalah jadwal mengajar di kelas XI IPA 2 yakni di kelas
Keysha. Bagas akan mencari tau kepada teman-temannya siapa tau dia akan
mendapatkan informasi mengenai Keysha. Meski sebelumnya Kendy telah mengatakan
bahwa sahabat juga tidak mengetahui kabar calon istrinya.
Sebelum ia meninggalkan ruangannya.
Ponselnya kembali berbunyi menandakan panggilan suara masuk.
My Friend calling……
Bagas segera mengangkat panggilan masuk
itu.
Hallo bro? gimana kabar lo…
Salam dulu kali cel?
Kwkwkw… Assalamu’alaikum maaf lupa
salamnya. Oh ya gimana kabar lo?
Wa’alaikummussalam. Alhamdulillah baik
bro, lo gak mau balik kesini?
Ada sih niatan tapi belum tau, mungkin
bulan depan balik ke Indonesia. Soalnya gue juga mau nemuin seseorang sih.
Siapa bro?
Kalau gue dah disana aja gue akan jelasin
semuanya.
Udah dulu yah cel, skarang gue harus masuk
kelas dah waktunya gue ngajar.
Oke selamat bekerja. Aku juga akan pergi
ke suatu tempat. Bye…
Setelah Bagas dan sahabatnya itu
memutuskan untuk mengakhiri panggilannya. Bagas segera menuju ke ruang kelas
Keysha dan kedua sahabatnya.


