Cerita ini aku buat untuk
menghiburku, karena aku hanyalah gadis yang memiliki mimpi besar. Menjadi
penulis adalah mimpiku. Mimpi yang selama menjadi cita-citaku. Tapi,
perjalananku tidaklah mudah untuk mewujudkan semua itu. Sekarang, saat ini aku
akan mewujudkan mimpi itu. Menjadi seorang penulis. Dan kumulai itu semua
melalui sebuah blogger. Yah, blogger merupakan wadahku untuk menuangkan segala
kreasiku, imajinasiku agar bisa dibaca dan dinikmati oleh semua orang. Eh, tapi
tunggu dulu. Aku belum kenalan yah sama kalian. Hehehe… maafkan yah…
Hai… kenalin aku Keysha Marcellia
Anggara. Aku dilahirkan di Surabaya kota pahlawan. Aku sekarang duduk di kelas
11 IPA 2. Di sekolah yang dibangun sendiri oleh ayahku. Anggara High School
itulah nama sekolah milik keluargaku. Aku memiliki Ayah yang bekerja sebagai
seorang Pengusaha dan Bundaku seorang designer baju. Nama ayahku Anggara dan
Bundaku Michella. Aku punya dua orang kakak, kakakku yang pertama bernama Kyan
Marcelino Anggara dan kakakku yang kedua bernama Kendy Marcello Anggara. Kak
Kyan sekarang lagi menempuh kuliah semester 4 jurusan Informatika. Sedangkan
untuk kak Kendy, dia satu tingkat diatasku. Aku dan dua kakakku, kami memang
akrab. Tapi, jangan heran yah kami sering berantem. Hingga bunda sering melerai
kami, dan pusing akan tingkah laku kami yang masih kayak anak kecil. Seperti
saat ini, kami tiba-tiba meributkan hal yang tak penting.
“adek,,, pindah sana gih, ini
tempat kakak.” Ucap kak Kendy.
“enak ajah main suruh
pindah-pindah. Aku gak mau.” Ucapku.
“gak bisa! Ini tempat kakak dek?”
“gak mau kak? Kakak aja yang cari
tempat lain. Kursi di meja makan ini kand banyak. Pokoknya aku pingin duduk di
dekat bunda. Titik!wlekkk.” aku tetap bersikukuh gak mau meninggalkan tempat
dudukku yang selama ini aku impikan. Duduk di dekat bunda dan berhadapan dengan
kak Kyan. Apa salah sih, aku mencobanya walau cuma sekali aja. Meski suaraku
dan kak Kendy tidak bisa dibilang rendah, tetap saja kakakku yang paling
ganteng kak Kyan gak terusik sama sekali dengan keributan kami.
“sudah-sudah, Kendy kamu ngalah
gih sama adek. Biarin Key, duduk sekali saja di dekat bunda.” Ucap Ayah melarai
perdebatan kami.
“tapi, yah.. Keysha gak ijin sama
Kendy.”
“Ya Allah kak, gitu aja harus
pake ijin segala.” Aku memasang muka sedih. “ya udah deh, Key pindah aja
ke tempat duduk Key.” Aku beranjak
berdiri sambil menghentakkan kaki dan hampir saja air mataku jatuh. Dan
akhirnya kak Kyan angkat bicara.
“udalah Ken,,, kamu duduk di
dekat kakak aja, di tempatnya Key.” Ucap Kak Kyan.
“udalah kak.. biarin kak Kendy
duduk disini. Aku juga udah gak nafsu makan, Ayah Bunda, Key berangkat dulu
yah, teman Key udah nungguin Key di depan kompleks. Assalamu’alaikum.” Aku
langsung mencium tangan Bunda dan pipi kanan dan kirinya, begitu pula dengan Ayah
dan kak Kyan. Aku tak mencium kak Kendy seperti hari-hari sebelumnya.
“Kog, kak Kendy gak dicium Key?”
ucap kak Kendy ketika aku sudah berlalu dari meja makan. Aku hanya melambaikan
tanganku tanpa menoleh kearahnya dan itu cukup untuk menjawab pertanyaan dari
kak Kendy.
“Wa’alaikumussalam. Hati-hati
sayang.” Balas Bundaku. “Kendy,, sadar apa yang kamu lakukan hari ini? Adek
kamu belum sarapan nak, sebenarnya dia juga gak mau duduk di kursi kamu. Tapi
bunda yang maksa dia. Kemarin sebelum dia tidur, bunda ke kamarnya. Key cerita
pingin makan di sebelah bunda. Tapi, Key takut karena itu kursi kamu.” tanya
Bunda.
“Kenapa Key harus takut bunda,
aku kand kakaknya. Jika dia minta apapun pasti akan aku turutin. Kalo dia ijin
pun aku akan turutin semua apa yang dia inginkan. Aku sayang Key bun.” Sesal
kak Kendy.
“tapi, apa kamu tak sadar kalau
Key itu mengetest kamu. Apakah kamu akan marah jika apa yang kamu miliki ia
rebut? Dan Key benar bahwa kamu masih belum mengerti tentangnya. Sebenarnya
Kyan dan Ayah sudah memberikan kode ke kamu. Kendy,, Key ingin mencari
perhatian ke kamu sayang. Sejauh mana kamu menyayanginya. Apalagi, selama 7
tahun kamu tidak tinggal disini. Tempat curhat dan bermain Key hanya ke kak
Kyan. Ia ingin kamu juga menjadi tempat curhatnya dia, tempat bermainnya. Key
ingin kamu perhatian dan sayang dengannya. Key rindu masa-masa sebelum kamu
pergi untuk tinggal bersama Opa dan Oma di Korea.”
“iya bunda, Kendy baru sadar
bahwa selama 1 minggu ini sejak pulang dari rumah oma dan opa Kendy juga jarang
di rumah. Kendy jarang mengobrol dengan Key. Kendy salah.” Sesal kak Kendy.
“sudah-sudah,, sekarang kamu
makan gih, terus berangkat sekolah dan langsung temui Keysha. Minta maaf ke
dia. Dan Ayah gak mau sampe kamu telat ke sekolah meski itu sekolah yang bunda
dan ayah bangun. Tapi, ini hari pertama kamu dan harus mematuhi semua peraturan
yang ada disana.” Ucap Ayah.
“Kyan berangkat dulu ya.. soalnya
mau mampir ke perusahaan dulu. Ada beberapa berkas yang harus Kyan tanda
tangani.” Ucap kak Kyan.
“Kendy berangkat juga Ayah bunda.
Assalamu’alaikum.” Ucap kak Kendy.
“Wa’alaikumussalam.” Balas Ayah
dan Bunda. Bunda dan Ayah tersenyum simpul melihat ketiga ananknya.
“Mereka semakin dewasa ya Bun?”
“Iya, tidak terasa mereka bertiga
telah tumbuh menjadi anak yang selalu berbakti dengan ucapan orang tua, meski
masih sering meributkan hal-hal yang kecil.”
“Gak apa-apa, anggaplah itu cara
yang mereka lakukan untuk saling menyayangi. Kyan tumbuh menjadi kakak yang
dewasa, menjadi penanggungjawab kedua setelah ayah. Kendy meski anak itu
terlihat santai dan cuek, tapi dibalik itu semua ia punya sisi penyayang yang
tinggi. Meski sering berantem dengan Key, tapi Kendy punya cara sendiri untuk
menyayangi keluarganya. Keysha, putri satu-satunya yang kita miliki, ia tumbuh
menjadi gadis manja tapi memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, ini terbukti
mampunya ia mengelola sekolah yang telah kita serahkan kepadanya, meskipun
tidak sepenuhnya. Tapi ia telah mampu mengelola dan mengambil keputusan dengan
baik. Ayah bangga dengan mereka bertiga bun..” Ayah menggenggam tangan kiri
bunda.
“Iya yah. Bunda juga bangga telah
melahirkan mereka semua.”
“Ya sudah, Ayah mau berangkat ke
kantor dulu. Bunda nanti mau ke butik apa di rumah?”
“Aku di rumah aja yah. Dan
skarang aku memutuskan untuk mengubah salah satu garasi mobil menjadi butik dan
memutuskan akan memindahkan kantor pusat kesini. Menurut ayah bagaimana?”
“Apa yang menurutmu baik maka
lakukanlah, aku pasti mendukungmu.” Ayah mencium kening Bunda. “Ayah berangkat
dulu, Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumussalam. Hati-hati
yah.” Bunda mencium tangan ayah.
Anggara High School.
“kamu kenapa sih Key, dari tadi
tuh muka kusut amat?” tanya sahabatku Dea. Yah, aku punya lima sahabat di
sekolah dan kami sering hangout bareng. Mereka bernama Dea, Tika, Ashila, Raka,
dan Gio. Kami berlima akrab ketika saat pertama masuk SMA ini. Dea dan Gio,
mereka merupakan sahabatku sejak di bangku SMP. Sedangkan Tika, Ashila dan Raka
aku mengenalnya ketika berada di SMA ini. Aku, Ashila, dan Raka merupakan teman
satu kelas. Sedangkan Gio dan Tika mereka satu kelas di XI IPA 1 dan Dea dia
pisah sendiri dari kita yakni di kelas XI IPS 1.
“bête gue, kak Kendy marah-marah
tadi gara-gara aku duduk di kursinya pas waktu sarapan.” Jawabku.
“Halah.. gitu doang, muka gak
usah pake di tekuk gitu segala kali.” Ucap Dea dengan tertawa. Aku semakin
memanyungkan bibirku. Tidak terima dikatakan hanya masalah sepele saja. Hingga
aku merasakan ada sebuah bibir yang menempel di pipi kiri dan kananku. Berarti
ada dua orang dong yang sekarang lagi menciumku. Siapa sih berani-beraninya
main cium-cium segala. Sebelum aku memasang wajah marah. Dua sabahatku memasang
cengiran tak berdosa.
“pis, pis, pis, jangan marah dong
cantik.” Ucap Ashila.
“huh.. kalian itu yah, untung
kalian yang nyium kalo sampe yang lainnya awas aja yah.” Ucapku.
“kalo kita yang nyium loh gimana
Key?” ucap Raka.
“dapat bogem dari gue. Sampe loe
berani-beraninya cium adek cantik gue.” Ucap Kak Kendy yang tiba-tiba muncul
diantara kita. Raka langsung memperlihatkan gigi putihnya dan betanya-tanya
siapa laki-laki yang membelaku. Kalau Gio , dia sudah tau bahwa laki-laki itu
merupakan kak Kendy. Tapi aku tak memperdulikan itu, aku langsung pergi dan
meninggalkan mereka, aku menuju rooftop tempat kenyamananku. Tak ada yang tau
tempat ini kecuali mereka keluargaku.
Saat aku sedang asyik memandangi
kota ini. Ada sebuah tangan yang melingkar di perutku. “Key, kakak minta maaf
sama kamu. Kakak salah, maafin kakak yah Key. Kakak sayang kamu, maafin kakak
gak pernah jadi tempat curhat kamu, jadi tempat bermain kamu. Sebenarnya kakak
iri kalo kamu nyaman curhat dan main dengan kak Kyan. Tapi kakak sadar bahwa
selama 7 tahun kakak gak disamping kamu. Maafin kakak ya dek.” Ucap kak Kendy.
Berkali-kali dia mencium pucuk kepalaku. Tak terasa butiran air mataku menetes.
Kak Kendy langsung memutarkan badanku dan meletakkan kepalaku di dada
bidangnya.
“Kak, hiks hiks, maafin Key yah,
Key dah buat kakak marah dan repot. Maafin Key kak.” Kak Kendy terus memelukku
dan menenangkanku. Setelah aku merasa tenang, ia mengajakku untuk kembali ke
kelas. Karena waktu jam pertama akan dimulai.
“kalau ada apa-apa bilang kakak
yah.” Ucap kak Kendy sambil mencium keningku. Aku hanya bisa mengangguk. Dan
aku diantarkan di depan kelas. “jangan lupa nanti pulang bareng kakak yah,
jangan bandel. Oke…” pesan kak Kendy sebelum meninggalkan kelasku. Aku hanya
bisa mengangkat tanganku tand hormat. Kak Kendy mengacak rambutku.
“Ih.. kakak rusak kand rambutku…”
aku mengerucutkan bibirku. Kak Kendy hanya terkikik geli. Setelah aku masuk,
kak Kendy berjalan menuju kelasnya di kelas XII IPA 3.
Kendy Pov
Setelah kuantarkan adikku
tercinta ke kelasnya. Aku langsung menuju ruang kelasku yakni di XII IPA 3.
Sosok sosok mata yang seperti heran melihatku, sedikit kudengar bisik-bisik
dari mereka.
“ih siapa tuh cowok ganteng
banget.” “eh iya,,, siapa sih wah seneng deh kalo jadi pacarnya.” Itulah
sedikit kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Sebenarnya aku risih mendengar
itu. Tapi mau bagaimana lagi toh ini juga kelasku, satu tahun harus kuat dengan
keadaan ini.
Seketika aku memiliki ide
bagaimana kalo aku minta tolong ke adikku yang cantik, manja dan pasti mau
membantuku. Aku akan memohon kepadanya untuk pura-pura jadi gadisku. Toh, yang
tau kalo aku kakaknya cuma kelima sahabatnya saja, pasti bisalah diajak
kerjasama. Oke aku akan temui mereka nanti pas istirahat. Karena memikirkan
ini, aku sampai ditegur sama guru yang akan mengajarku di jam pelajaran pertama
ini.
“kenapa kamu senyum-senyum
sendiri?” tegur salah satu guru yang akan mengajarku.
“eh., bapak. Maaf pak…?” aku
menggantungkan kalimatku.
“panggil aja Pak Aldo.”
“iya pak Aldo, maafin saya yah
karena berdiri di depan pintu.”
“oke tak masalah, oh ya kamu
siswa baru pindahan dari Korea? Kenalkan saya Aldo wali kelas kamu.”
“saya Kendy pak, senang
berkenalan dengan anda. Semoga bapak mau membimbing saya.” Aku menjabat tangan
pak Aldo.
“sama-sama boy, oke sekarang ayo
masuk dan perkenalkan dirimu dengan teman-teman barumu.” Aku dan pak Aldo
memasuki kelas dengan tetap menampilkan gayaku yang cool. Pak Aldo berkata,
“Anak-anak kelas kita akan ketambahan murid baru, semoga kalian membuatnya
nyaman dan membantu dia untuk belajar di kelas ini. Kendy perkenalkan dirimu.”
“Hay guys.. kenalkan namaku Kendy
Marcello. Aku pindahan dari Korea. Salam kenal senang bertemu dengan kalian.
Dan minta tolong untuk bantuannya.” Aku memperkenalkan diriku dengan tidak
menyebutkan identitas marga keluargaku. Karena aku tak mau mereka yang berteman
denganku hanya karena aku anak dari pemilik sekolah ini. Cukup mereka mengenal
Keysha saja sebagai putri dari pemilik sekolah ini.
“oke Kendy, silahkan duduk
dibangku yang kosong.”
“iya pak, terima kasih.” Aku
berjalan menuju bangku yang sudah ditunjukkan oleh pak Aldo.
Kendy End Pov.
Keysha Pov
“itu td siapa Key? Ganteng banget
sumpah. Kenalin dong Key? Eh bukannya itu tadi kak Kendy yah? Wah cerita-cerita
dong Key?” tegur Ashila. Baru aja aku mendudukan pantatku yang cantik ini di
kursi, eh sudah dibom bardir dengan pertanyaan dari sahabatku yang layaknya
wartawan ini.
Aku hanya bisa mencibirkan
bibirku, “huh… kalo ada cowok kinclong aja langsung cling.”
“ayolah Key, siapa tau gue bisa
jadi saudara loh.” Tetap aja Ashila merayuku dengan tatapan memohonnya.
“iya, iya Ashila cantik nanti gue
certain tapi gak sekarang. Nanti aja pas di taman oke.”
“siap boss.”
“pinter.”
“Pagi anak-anak.” Tanpa salam
guruku yang satu ini tiba-tiba mengagetkan kami dengan suaranya yang bagaikan
badai asmara.
“Salam dulu ibu Citra yang
cantik.” Ucap kompak teman-temanku.
“Hehe.. maafkan ibu yah, tadi
sangking semangatnya sampe ibu lupa buat salam. Untung saja kalian
mengingatkan. Bagus anak-anak yang pintar.”
“Pastinya dong bu.. kita…” ucap
kompak kita.
“Pede kalian.”
“Gak papa dong bu, kita kand
emang kelas terpinter bu…” ucap Raka sahabatku.
“Iyain sajalah biar cepet kelar.”
Pasrah bu Citra melihat kelakuan kami. Kelasku
memang terkenal dengan kelas yang suka bikin onar, kelas yang bandel. Eh tapi
jangan salah sangka dulu yah, tapi kelas kamilah yang sering mendelegasikan
siswa dan siswi untuk mengikuti beberapa olimpiade. “oke, ibu kesini bukan
untuk mengajar kelas kalian, namun ibu akan menyampaikan sesuatu bahwa bu Siska
guru matematika sekaligus wali kelas kalian telah dipindah tugaskan ke sekolah
lain. Jadi, ibu akan memperkenalkan guru matematika sekaligus wali kelas kalian
yang baru.” Bu Citra menjeda kalimatnya sambil melihat ke arah daun pintu.
Kasak-kusuk teman-temanku dan tak ketinggalan aku dan Ashila juga merasa
penasaran siapa sih pengganti wali kelas kami.
“Key. Elo tau siapa yang gantiin
bu Siska?” tanya Ashila kepadaku. Aku hanya bisa mengangkat kedua bahuku.
“Masa sih lo gak tau Key, secara
lo kand pemilik sekolah ini?” timpal Raka juga yang duduk dibelakang bangkuku.
“Gue gak tau Shil Ka, ibu kepala
sekolah juga gak bilang ke gue kalo bu Siska udah dimutasi dan ada guru baru.
Udahlah kita lihat saja, siapa yang gantiin bu Siska.” Ucapku.
“Oke anak-anak kenalkan ini guru
matematika dan wali kelas kalian yang baru. Silahkan pak, anda memperkenalkan diri.”
“Terima kasih bu atas waktunya.
Hay.. Assalamu’alaikum..” ucap guru baru.
“Wa’alaikumussalam..” jawab
kompak kami.
“Kenalkan nama saya Bagas
Muhammad Syarief. Panggil saja pak Bagas. Semoga kita bisa kerja sama yah
anak-anak.” Pak Bagas memperkenalkan dirinya.
“Apa ada yang ditanyakan lagi
anak-anak untuk pak Bagas?” tanya bu Citra kepada anak-anak kelasku.
“Pak Bagas udah punya istri
belom?”
“No Hp pak Bagas berapa?”
“Ig, facebook sama twitter pak
Bagas apa?”
Aku hanya bisa memutar bola
mataku jengah mendengar pertanyaan yang menurutkan memuakkan. Tapi, anehnya si
guru baru itu cuma menanggapi dengan tersenyum. “huhh.. tebar pesona”
“Anak-anak, itu bisa
ditanyakan nanti yah. Pasti pak Bagas akan memberitahukannya. Jadi kalian
belajar dulu aja.” Lerai bu Citra. “selahkan pak Bagas, mari saya tinggal.
Selamat berkerja.”
“Terima kasih bu…”
2 jam akhirnya telah berlalu. 2
mata pelajaran pertama telah usai. Dan perutku sudah tidak bisa untuk diajak
kompromi. Sehingga mau tak mau aku harus menuju kantin untuk memberi makan
cacing-cacing yang ada diperutku. “huhh.. ini gara-gara aku gak sarapan
tadi. Makanya perutku keroncongan.” Batinku berbicara.
“Yuk ke kantin.” Ajak Tika, Dead
an Gio yang sudah ada di depan mejaku. Eh. Sejak kapan mereka berdiri disitu.
Apa aku yang kebanyakan ngelamun, gara-gara kelaparan?
“Sejak kapan kalian disini?”
tanyaku.
“Aduh Key, lo kemana aja sih.
Orang mereka udah lima menit disini. Apa loh mikirin guru baru tadi yah?”
singgung Ashila.
“Enak aja lo, gue kelaperan jadi
gak fokus deh.”
“Alesan aja loh, kayak bajaj.”
Ashila tak mau kalah.
“Udah, kalian ini kalo ribut mulu
kapan nih kita ke kantin? Katanya lo Key udah kelaperan?” lerai Raka.
“hehe.. pis… yukk capcus.” Aku
dan kelima sahabatku menuju kantin.
Keysha End Pov.
Dilain tempat tepatnya di ruang
guru Anggara High School. Bagas mendapatkan ruangan tersendiri dikarenakan
selain sebagai Matematika. Namun, Bagas merupakan anak dari sahabat Anggara
yakni Syarief. Anggara dan Syarief bersahabat sehingga keduanya memiliki andil
dalam mengelola Anggara High School. Meskipun, sekolah itu menggunakan nama
Anggara akan tetapi Syarief memiliki saham sebesar 40% di sekolah itu. Sehingga
dana yang digunakan untuk mengembangkan AHS merupakan dana dari kekayaan
Anggara dan Syarief. Mereka bersepakat agar kerjasama sekaligus persahabatan
mereka tetap terjalin dengan erat. Maka, mereka memutuskan akan menjodohkan
putra dan putrinya.
Memperlancar usaha yang akan
mereka lakukan. Maka, Syarief memutuskan untuk meminta Bagas agar bekerja di
sekolah Anggara. Hal ini juga didukung dengan keinginan Bagas untuk menjadi
seorang guru meskipun nanti ia akan menggantikan ayahnya di perusahaan milik
keluarga.
Flashback 2 minggu yang lalu.
“Bagas, papa dengar kamu mau
mencari sekolah untuk kamu mengajar?” tegur papa Syarief ketika bersantai di
ruang keluarga.
“Iya pa, kog papa tau? Apa mama
yang bilang ke papa?” jawab Bagas sambil menengok ke mamanya yang sekarang
duduk di samping papa Syarief.
“Mama bilang setelah kamu wisuda
tiga hari lagi, kamu akan memutuskan mengajar disamping nanti juga akan
memegang perusahaan papa yang di Surabaya.”
“Iya pa, kalo memang itu
keputusan papa yang akan menyerahkan perusahaan yang di Surabaya ke tanganku,
maka aku akan berusaha untuk mengelolanya dan aku akan mencari sekolah disana.
Tapi, jika tidak maka aku akan mencari sekolah disini saja.”
“Papa sudah memutuskan untuk
menyerahkan perusahaan itu ketanganmu, sebagai belajar juga sebelum kamu
memegang perusahan papa yang disini. Dan papa akan membantu kamu untuk mencari
sekolah. Kebetulan sahabat papa memiliki sebuah sekolah yang 40% itu merupakan
milik papa. Sahabat papa tinggal disurabaya juga. Papa akan mencoba
menghubunginya siapa tau ada tempat kosong untuk kamu mengajar disana.
Bagaimana menurut kamu?”
“Terserah papa saja, aku menurut
saja. Lagipula juga lumayan gak susah-susah untuk mencari sekolah lagi.
Sekalian aku bisa melihat perkembangan sekolah itu yang katanya papa juga
memiliki 40% didalamnya. Kalo boleh tau apa nama sekolah itu pa?”
Papa Syarief tersenyum
mendengarkan perkataan Bagas yang sepertinya tertarik dengan perkataannya. Sebelumnya,
papa Syarief menegur anaknya bila ingin mengajar. Beliau memang telah berencana
untuk memasukkan Bagas ke sekolah milik sabahatnya. Sehingga beliau mendapatkan
kabar bahwa sekolah itu sudah dipegang oleh putri sahabatnya dan sekaligus yang
menggembirakan bahwa sekolah itu membutuhkan guru untuk menggantikan posisi
yang kosong. Papa Sayrief juga akan memberitahukan kepada Bagas bahwa ia telah
dijodohkan dengan anak sahabatnya.
“Namanya Anggara High School.
Papa senang kamu antusias menerima tawaran papa ini. Akan tetapi, sekolah itu
tidak dikelola Anggara secara langsung melainkan sudah dipindah tangankan
kepada putrinya yang sekarang statusnya sebagai pelajar kelas XI disekolah
itu.” Jelas papa Syarief.
“Hebat ya pa? meskipun anak itu
masih sekolah sudah diberikan tanggung jawab yang besar oleh mas Anggara.”
Timpal mama Prilly.
“Aku juga salut ma, dengan
keberanian Anggara memberikan tanggung jawab itu kepada putrinya, secara ia
masih duduk dibangku sekolah. Tapi, dengar dari ceritanya sekolah itu dalam
satu tahun ini mengalami perkembangan yang signifikan. Dan ini bertepatan pula
dengan sudah satu tahun putrinya itu memegang.” Jelas papa Syarief sambil
memperhatikan tingkah putranya yang tertarik dengan obrolan ini. Terbukti
dengan antusianya Bagas mendengarkan uacapan papa dan mamanya. Dan jelas sekali
terlihat bahwa putranya tekagum dengan sosok putri sahabatnya itu. Namun papa
Syarief merubah pikiran untuk tidak memberitahukan tentang perjodohan ini.
Karena ia ingin mereka mengenal secara sendirinya tanpa ada paksaan bahwa
mereka dijodohkan. Maka aka nada waktunya untuk mewujudkan keinginan itu.
“Woww.. Bagas jadi ingin ketemu
dengannya pa, seperti apa putri dari om Anggara yang telah papa ceritakan tadi?
Apa dia gadis yang manja atau seperti apa?” ucap Bagas.
“Sabar sayang, kamu akan bertemu
dengannya nanti. Dan mama harap kamu bisa menjaganya dengan sebaik mungkin.”
Jawab mama Prilly.
Bagas tak mengerti ucapan dari
mamanya, hal ini terlihat dengan adanya kerutan di dahinya. “Maksud mama
gimana?”
“Maksud mama kamu memiliki
wewenang di sekolah itu, jadi sebisa mungkin kamu membantu putri sahabat kami
dengan sebaik-baiknya.” Jelas mama Prilly. Bagas hanya bisa mengganggukkan
kepalanya tanda mengerti akan wejangan dari mamanya.
“Kalau Bagas boleh tau siapa pa
namanya?” inilah yang sejak tadi ingin ia tanyakan. Nama dari anak sahabat
papanya. Entah mengapa Bagas sangat tertarik dengan gadis yang menjadi objek
obrolan keluarga ini. Bahkan Bagas baru mendengar bahwa papanya memiliki
sabahat yang tinggal di Surabaya. Setau Bagas, papanya tidak pernah menyinggung
akan 40% kepemilikan akan sebuah sekolah. Yang Bagas tau papanya seorang
pembisnis handal di Indonesia.
“Namanya Keysha Marcelina Anggara
dia kelas XI, tapi papa lupa dikelas mana. Ia memiliki 2 kakak. Yang satunya
juga sekolah disana namanya Marcello Anggara kelas XII kalau tidak salah.
Sedangkan kakaknya lagi tengah menempuh kuliahnya dijurusan informatika dan
memegang salah satu perusahaan papanya.” Papa Syarief menjelaskannya.
Sebenarnya Bagas dan Kyan memiliki usia yang sama. Namun, Kyan memutuskan untuk
berkuliah lagi setelah ia mendapatkan gelar sarjana bisnis. Sedangkan Bagas memilih menjadi guru matematika dibandingkan
dengan mengambil jurusan bisnis seperti papanya. Namun papa Syarief mendukung
apapun keinginan dari putranya ini. “Jadi ingat, biarkan Keysha tau dengan
sendirinya bahwa kamu juga memiliki hak untuk mengelola sekolah itu. Biarkan
dia mencari tau sendiri tentang kamu. Dan nanti kamu akan mendapatkan ruangan
sendiri disana, jadi papa harap kamu bisa menjalankan tugas dan kewajiban kamu
dengan sebaik-baiknya untuk mengelola perusahaan sekaligus menjadi pendidik.”
“siap pa.”
Bagas melamunkan apa perkataan
perbincangan 2 minggu yang lalu bersama papa dan mamanya. Ia mengingat setiap
perkataa dari kedua orang tuanya. Dan tanpa sadar ia tersenyum melihat wajah
anak didiknya yang saat ia mengajar menampilkan mimik kebingungan akan
penjelasan dari bu Citra kepala sekolah di Anggara High School. Gadis itu telah
mencuri perhatiaannya, setelah ia mengetahui bahwa mereka telah lama
dijodohkan. Bagas sebenarnya mengetahui hal ini dari ketidaksengajaan ia
mendengar percakapan antara kedua orang tuanya.
“Pa, katanya kamu akan
memberitahukan kepada Bagas bahwa ia akan dijodohkan dengan putri teman kamu
itu?” singgung Prilly kepada Syarief saat mereka tengah asyik menonton TV dan
tanpa sadar putranya mendengarkan perbincangan itu. Karena rasa penasaran yang
tinggi akhirnya Bagas memutuskan untuk bersembunyi dan mendengarkan obrolan
mereka.
“Bukannya papa tidak ingin
memberitahukan niat yang sudah lama ini ma? Namun, papa menunggu waktu yang
tepat.”
“Kapan waktu yang tepat
menurut papa? Sedangkan Bagas akan sebentar lagi pergi ke Surabaya, sebenarnya
selain kerja disitu, mama ingin dia juga akan menjaga calon istrinya nanti.”
“Kamu tenang saja, alasanku
agar tidak memberitahukannya agar mereka bisa mengenal dengan sendirinya tanpa
ada ikatan bahwa mereka telah dijpodohkan. Dan papa juga berniat agar Bagas
tidak mengalami beban saat mengajar disana, dengan berjalannya waktu pasti
cinta itu akan tumbuh diantara mereka, biarkan mereka mengenal dengan
sendirinya. Anggara juga setuju dengan usulku ini, lagi pula Keysha juga masih
duduk di kelas XI.” Jelas Syarief kepada istrinya. Melihat Prilly yang
sepertinya gelisah maka ia menarik tubuh istrinya untuk merapatkan diri
kepadanya. Sehingga Syarief merengkuh Prilly dalam pelukannya. Nyaman itu yang
Prilly rasakan. 22 tahun mereka telah membangun rumah tangga dan telah memiliki
2 orang anak yakni Bagas dan kakaknya Berliana Aurora Syarief.
“Tapi, rencana kita yang
semula akan tetap terjalankan kan pa?”
Bagas semakin bingung apa yang
dibicarakan kedua orang tuanya. “Perjodohan, tidak memberitahukannya, dan
rencana lain.” Kata-kata itu terus berputar diotaknya, karena kakinya mulai
kesemutan maka ia memutuskan untuk meninggalkan tempat persembunyiaanya dan
segera menuju ke kamarnya, karena ia besok ia akan terbang ke Surabaya.
“Iya ma, saat Keysha kelas XII
maka ia akan menikah dengan Bagas. Itu sudah keputusanku dan Anggara kamu
tenang saja.” Jelas Syarief. Prilly menganggukkan kepalanya.
Bagas semakin menyunggingkan
senyumnya. Dan ia percaya bahwa orang tuanya tidak salah memilih Keysha murid
di kelasnya untuk mendampinginya. Keysha gadis yang pintar, disiplin,
bertanggungjawab itulah kata-kata yang dielu-elukan kepadanya. Mendengar
singkat cerita dari kepala sekolah yakni bu Citra sebelum ia memasuki kelas
untuk mengajar bahwa dikelasnya itu terdapat putri dari pemilik AHS. Itu
menguntungkan bagi Bagas karena ia tak akan bersusah payah mencari orang yang
dimaksud orang tuanya. “Keysha merupakan anak yang rajin, meski ia masih
duduk dibangku kelas XI tapi ia telah mampu membawa nama sekolah ini berkembang
jauh lebih pesat dari sebelumnya. Awalnya kami para pengurus dan pengajar
disini meragukan kemampuannya disaat pak Anggara mengumumkan bahwa AHS
dialihkan menjadi tanggung jawab Keysha. Namun, seiring berlajannya waktu Keysha
mampu membuktikan bahwa ayahnya tak salah mempercayakan AHS ditangannya. Bahkan
prestasi AHS yang didapatkan melalui pemikirannya tidak hanya saja di bidang
akademik melainkan prestasi di bidang non akademik pun telah di sandang AHS.” Mendengar
itu Bagas semakin menyunggingkan senyumnya bahwa Keysha bukanlah gadis manja
yang hanya bisa bermain-main saja. Tapi, sosok yang digambarkan bu Citra itu
berbeda sekali dengan keaadaan saat Keysha duduk bersama teman-teman sebayanya.
Ia terlihat menjadi gadis yang lucu, bahkan manja dengan sahabatnya. Bagas
memutuskan untuk menuju ke kantin, selain untuk mengisi perutnya ia juga ingin
melihat suasana AHS.
Keysha Pov.
“Key, lo pesan apa? Biar gue yang
pesanin.” Tawaran datang dari Tika.
“Nasgor sama jus jeruk aja.”
Jawabku. Aku memilih tempat duduk favoritku yakni di pojok sebelah jendela
sehingga aku bisa melihat pemandangan kotaku. Kantin ini memang dibangun
dilantai ketiga. Namun kantin ini bukan satu-satunya kantin yang ada disini.
AHS memiliki 3 kantin, ini dibuat atas usulku. Awalnya kantin hanya ada
dilantai satu namun itu menurutku tidak efektif sebab kami siswa yang berada di
lantai selanjutnya akan mengalami pemborosan waktu menuju ketempat itu. Meski
disekolah ini telah disediakan lift dan escalator itu tidak akan membantu
apabila jumlah siswa yang bersekolah disini lebih dari 3000 siswa. Maka,
semenjak satu tahun yang lalu. Kantin dibangun di tiga tempat yakni dilantai 1,
3 dan kawasan olahraga yang berada di sebelah kanan gedung ini.
“Yee. Makanan akhirnya datang
juga.” Ceplos Gio.
“Huuuuuu…” Gio mendapatkan
cibiran dari sahabatnya.
“Santai aja dong tangan gak usah
ikut-ikutan juga.” Gio memamerkan gigi putihnya dan membenarkan tatanan
rambutnya. “eh ya, tadi Ashila bilang bahwa dikelas kalian ada guru baru ya?”
“Iya.” Jawab Ashila, aku dan Raka
hanya menganggukkan kepala.
“Wah asyik dong, cewek apa cowok
gurunya? Truz tua apa masih muda?” tanya Dea.
“Satu-satu kali De kalo tanya.
Namanya pak Bagas dia masih muda sih kelihatannya, tapi gak tau lagi berapa
umurnya.” Jawab Raka.
“Elo gak tau Key kalo ada guru
baru? Bu Citra gak bilang dulu gitu?” tanya Gio. Aku hanya bisa mengidikkan
bahuku tanda memang bu Citra tak menyinggung soal ini diwaktu rapat mingguan.
“Elo harus cari tau Key soal ini.” Paksa Gio.
“Gak ah males gue. Biarin juga
selagi pak Bagas enak ngajarnya dan buat anak-anak disini nyaman gak masalah
buat gue.”
“Hay adikku yang cantik ngobrolin
apa sih kog serius amat.” Tiba-tiba suara kak Kendy mengagetkan aku. Sambil
merangkul pundakku.
“Apaan sih kak main peluk-peluk.
Pasti ada udang di balik bakwan nih?” selidikku terhadap kak Kendy.
“Pinter tau aja, mau gak bantuin
kakak?”
“Apa?” semua sahabatku
memberhentikan makannya untuk menyimak apa yang akan dikatakan Kendy. Aku hanya
mencibirkan mulutku karena melihat ekspresi yang diperlihatkan Tika, Dea
sekaligus Ashila. Mereka memperhatikan kakakku dengan pandangan tanpa berkedip.
Aku mengusap wajah mereka satu persatu. “Gak segitunya juga kali, sampe mau
copot tuh matanya.” Aku hanya bisa terkikik geli melihat mereka.
Kak Kendy menggelengkan kepalanya
dan terkikik geli melihat tingkah laku kami. “Gini, kak Kendy saat perkenalan
di kelas tadi tidak menyebutkan marga keluarga kita. Jadi kak Kendy berniat
untuk kamu pura-pura menjadi kekasih kakak. Gimana?”
Aku menggelengkan kepala.
Bisa-bisanya kakakku punya pemikiran seperti itu. Jadi adek aja pasti ribet
apalagi harus jadi pacar pura-pura, pasti tambah ribet karena belum satu hari
kak Kendy memiliki banyak fans. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tatapan
sirik dan membunuh yang mereka perlihatkan kepadaku. “Ogah.” Aku menolak
tawarannya.
“Ayolah, kakak akan turutin
apapun maumu. Kakak juga tau kog kalo kamu belum punya cowok jadi gak ada
salahnya sekalian kamu belajar gimana nanti punya pacar. Gimana hanya disekolah
ini aja.” Bisik kak Kendy ditelingaku. Sehingga bila dilihat dari jauh maka
akan terlihat kalo kak Kendy menciumku. Hal itu sih sah-sah saja karena kami
adalah saudara. “Dan buat kalian jangan sampe ember. Jaga rahasia ini. Oke?”
mereka berlima hanya mengangkat jempolnya tanda mengerti. Aku hanya bisa
menghembuskan nafas kasar. “Udah ah, kakak balik ke kelas dulu yah SAYANG.
Bye.” Mengecup pipiku lagi. Hal ini malah membuat satu kantin heboh. Apalagi
kak Kendy menekankan kata SAYANG.
“Udalah Key, tuh wajah gak usah
ditekuk gitu. Nanti di rumah minta penjelasan ke kak Kendy apa maksud dari
semua ini. Anggaplah ini cara ia menunjukkan kasih sayangnya kepadamu.” Dea
menasehatiku. Dan keempat sahabatku yang lainnya hanya bisa menganggungkan kepalanya.



0 komentar:
Posting Komentar