Kamis, 25 Januari 2018

My husband is My Teacher and CEO part 1





Cerita ini aku buat untuk menghiburku, karena aku hanyalah gadis yang memiliki mimpi besar. Menjadi penulis adalah mimpiku. Mimpi yang selama menjadi cita-citaku. Tapi, perjalananku tidaklah mudah untuk mewujudkan semua itu. Sekarang, saat ini aku akan mewujudkan mimpi itu. Menjadi seorang penulis. Dan kumulai itu semua melalui sebuah blogger. Yah, blogger merupakan wadahku untuk menuangkan segala kreasiku, imajinasiku agar bisa dibaca dan dinikmati oleh semua orang. Eh, tapi tunggu dulu. Aku belum kenalan yah sama kalian. Hehehe… maafkan yah…
Hai… kenalin aku Keysha Marcellia Anggara. Aku dilahirkan di Surabaya kota pahlawan. Aku sekarang duduk di kelas 11 IPA 2. Di sekolah yang dibangun sendiri oleh ayahku. Anggara High School itulah nama sekolah milik keluargaku. Aku memiliki Ayah yang bekerja sebagai seorang Pengusaha dan Bundaku seorang designer baju. Nama ayahku Anggara dan Bundaku Michella. Aku punya dua orang kakak, kakakku yang pertama bernama Kyan Marcelino Anggara dan kakakku yang kedua bernama Kendy Marcello Anggara. Kak Kyan sekarang lagi menempuh kuliah semester 4 jurusan Informatika. Sedangkan untuk kak Kendy, dia satu tingkat diatasku. Aku dan dua kakakku, kami memang akrab. Tapi, jangan heran yah kami sering berantem. Hingga bunda sering melerai kami, dan pusing akan tingkah laku kami yang masih kayak anak kecil. Seperti saat ini, kami tiba-tiba meributkan hal yang tak penting.
“adek,,, pindah sana gih, ini tempat kakak.” Ucap kak Kendy.
“enak ajah main suruh pindah-pindah. Aku gak mau.” Ucapku.
“gak bisa! Ini tempat kakak dek?”
“gak mau kak? Kakak aja yang cari tempat lain. Kursi di meja makan ini kand banyak. Pokoknya aku pingin duduk di dekat bunda. Titik!wlekkk.” aku tetap bersikukuh gak mau meninggalkan tempat dudukku yang selama ini aku impikan. Duduk di dekat bunda dan berhadapan dengan kak Kyan. Apa salah sih, aku mencobanya walau cuma sekali aja. Meski suaraku dan kak Kendy tidak bisa dibilang rendah, tetap saja kakakku yang paling ganteng kak Kyan gak terusik sama sekali dengan keributan kami.
“sudah-sudah, Kendy kamu ngalah gih sama adek. Biarin Key, duduk sekali saja di dekat bunda.” Ucap Ayah melarai perdebatan kami.
“tapi, yah.. Keysha gak ijin sama Kendy.”
“Ya Allah kak, gitu aja harus pake ijin segala.” Aku memasang muka sedih. “ya udah deh, Key pindah aja ke  tempat duduk Key.” Aku beranjak berdiri sambil menghentakkan kaki dan hampir saja air mataku jatuh. Dan akhirnya kak Kyan angkat bicara.
“udalah Ken,,, kamu duduk di dekat kakak aja, di tempatnya Key.” Ucap Kak Kyan.
“udalah kak.. biarin kak Kendy duduk disini. Aku juga udah gak nafsu makan, Ayah Bunda, Key berangkat dulu yah, teman Key udah nungguin Key di depan kompleks. Assalamu’alaikum.” Aku langsung mencium tangan Bunda dan pipi kanan dan kirinya, begitu pula dengan Ayah dan kak Kyan. Aku tak mencium kak Kendy seperti hari-hari sebelumnya.
“Kog, kak Kendy gak dicium Key?” ucap kak Kendy ketika aku sudah berlalu dari meja makan. Aku hanya melambaikan tanganku tanpa menoleh kearahnya dan itu cukup untuk menjawab pertanyaan dari kak Kendy.
“Wa’alaikumussalam. Hati-hati sayang.” Balas Bundaku. “Kendy,, sadar apa yang kamu lakukan hari ini? Adek kamu belum sarapan nak, sebenarnya dia juga gak mau duduk di kursi kamu. Tapi bunda yang maksa dia. Kemarin sebelum dia tidur, bunda ke kamarnya. Key cerita pingin makan di sebelah bunda. Tapi, Key takut karena itu kursi kamu.” tanya Bunda.
“Kenapa Key harus takut bunda, aku kand kakaknya. Jika dia minta apapun pasti akan aku turutin. Kalo dia ijin pun aku akan turutin semua apa yang dia inginkan. Aku sayang Key bun.” Sesal kak Kendy.
“tapi, apa kamu tak sadar kalau Key itu mengetest kamu. Apakah kamu akan marah jika apa yang kamu miliki ia rebut? Dan Key benar bahwa kamu masih belum mengerti tentangnya. Sebenarnya Kyan dan Ayah sudah memberikan kode ke kamu. Kendy,, Key ingin mencari perhatian ke kamu sayang. Sejauh mana kamu menyayanginya. Apalagi, selama 7 tahun kamu tidak tinggal disini. Tempat curhat dan bermain Key hanya ke kak Kyan. Ia ingin kamu juga menjadi tempat curhatnya dia, tempat bermainnya. Key ingin kamu perhatian dan sayang dengannya. Key rindu masa-masa sebelum kamu pergi untuk tinggal bersama Opa dan Oma di Korea.”
“iya bunda, Kendy baru sadar bahwa selama 1 minggu ini sejak pulang dari rumah oma dan opa Kendy juga jarang di rumah. Kendy jarang mengobrol dengan Key. Kendy salah.” Sesal kak Kendy.
“sudah-sudah,, sekarang kamu makan gih, terus berangkat sekolah dan langsung temui Keysha. Minta maaf ke dia. Dan Ayah gak mau sampe kamu telat ke sekolah meski itu sekolah yang bunda dan ayah bangun. Tapi, ini hari pertama kamu dan harus mematuhi semua peraturan yang ada disana.” Ucap Ayah.
“Kyan berangkat dulu ya.. soalnya mau mampir ke perusahaan dulu. Ada beberapa berkas yang harus Kyan tanda tangani.” Ucap kak Kyan.
“Kendy berangkat juga Ayah bunda. Assalamu’alaikum.” Ucap kak Kendy.
“Wa’alaikumussalam.” Balas Ayah dan Bunda. Bunda dan Ayah tersenyum simpul melihat ketiga ananknya.
“Mereka semakin dewasa ya Bun?”
“Iya, tidak terasa mereka bertiga telah tumbuh menjadi anak yang selalu berbakti dengan ucapan orang tua, meski masih sering meributkan hal-hal yang kecil.”
“Gak apa-apa, anggaplah itu cara yang mereka lakukan untuk saling menyayangi. Kyan tumbuh menjadi kakak yang dewasa, menjadi penanggungjawab kedua setelah ayah. Kendy meski anak itu terlihat santai dan cuek, tapi dibalik itu semua ia punya sisi penyayang yang tinggi. Meski sering berantem dengan Key, tapi Kendy punya cara sendiri untuk menyayangi keluarganya. Keysha, putri satu-satunya yang kita miliki, ia tumbuh menjadi gadis manja tapi memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, ini terbukti mampunya ia mengelola sekolah yang telah kita serahkan kepadanya, meskipun tidak sepenuhnya. Tapi ia telah mampu mengelola dan mengambil keputusan dengan baik. Ayah bangga dengan mereka bertiga bun..” Ayah menggenggam tangan kiri bunda.
“Iya yah. Bunda juga bangga telah melahirkan mereka semua.”
“Ya sudah, Ayah mau berangkat ke kantor dulu. Bunda nanti mau ke butik apa di rumah?”
“Aku di rumah aja yah. Dan skarang aku memutuskan untuk mengubah salah satu garasi mobil menjadi butik dan memutuskan akan memindahkan kantor pusat kesini. Menurut ayah bagaimana?”
“Apa yang menurutmu baik maka lakukanlah, aku pasti mendukungmu.” Ayah mencium kening Bunda. “Ayah berangkat dulu, Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumussalam. Hati-hati yah.” Bunda mencium tangan ayah.

Anggara High School.

“kamu kenapa sih Key, dari tadi tuh muka kusut amat?” tanya sahabatku Dea. Yah, aku punya lima sahabat di sekolah dan kami sering hangout bareng. Mereka bernama Dea, Tika, Ashila, Raka, dan Gio. Kami berlima akrab ketika saat pertama masuk SMA ini. Dea dan Gio, mereka merupakan sahabatku sejak di bangku SMP. Sedangkan Tika, Ashila dan Raka aku mengenalnya ketika berada di SMA ini. Aku, Ashila, dan Raka merupakan teman satu kelas. Sedangkan Gio dan Tika mereka satu kelas di XI IPA 1 dan Dea dia pisah sendiri dari kita yakni di kelas XI IPS 1.
“bête gue, kak Kendy marah-marah tadi gara-gara aku duduk di kursinya pas waktu sarapan.” Jawabku.
“Halah.. gitu doang, muka gak usah pake di tekuk gitu segala kali.” Ucap Dea dengan tertawa. Aku semakin memanyungkan bibirku. Tidak terima dikatakan hanya masalah sepele saja. Hingga aku merasakan ada sebuah bibir yang menempel di pipi kiri dan kananku. Berarti ada dua orang dong yang sekarang lagi menciumku. Siapa sih berani-beraninya main cium-cium segala. Sebelum aku memasang wajah marah. Dua sabahatku memasang cengiran tak berdosa.
“pis, pis, pis, jangan marah dong cantik.” Ucap Ashila.
“huh.. kalian itu yah, untung kalian yang nyium kalo sampe yang lainnya awas aja yah.” Ucapku.
“kalo kita yang nyium loh gimana Key?” ucap Raka.
“dapat bogem dari gue. Sampe loe berani-beraninya cium adek cantik gue.” Ucap Kak Kendy yang tiba-tiba muncul diantara kita. Raka langsung memperlihatkan gigi putihnya dan betanya-tanya siapa laki-laki yang membelaku. Kalau Gio , dia sudah tau bahwa laki-laki itu merupakan kak Kendy. Tapi aku tak memperdulikan itu, aku langsung pergi dan meninggalkan mereka, aku menuju rooftop tempat kenyamananku. Tak ada yang tau tempat ini kecuali mereka keluargaku.
Saat aku sedang asyik memandangi kota ini. Ada sebuah tangan yang melingkar di perutku. “Key, kakak minta maaf sama kamu. Kakak salah, maafin kakak yah Key. Kakak sayang kamu, maafin kakak gak pernah jadi tempat curhat kamu, jadi tempat bermain kamu. Sebenarnya kakak iri kalo kamu nyaman curhat dan main dengan kak Kyan. Tapi kakak sadar bahwa selama 7 tahun kakak gak disamping kamu. Maafin kakak ya dek.” Ucap kak Kendy. Berkali-kali dia mencium pucuk kepalaku. Tak terasa butiran air mataku menetes. Kak Kendy langsung memutarkan badanku dan meletakkan kepalaku di dada bidangnya.
“Kak, hiks hiks, maafin Key yah, Key dah buat kakak marah dan repot. Maafin Key kak.” Kak Kendy terus memelukku dan menenangkanku. Setelah aku merasa tenang, ia mengajakku untuk kembali ke kelas. Karena waktu jam pertama akan dimulai.
“kalau ada apa-apa bilang kakak yah.” Ucap kak Kendy sambil mencium keningku. Aku hanya bisa mengangguk. Dan aku diantarkan di depan kelas. “jangan lupa nanti pulang bareng kakak yah, jangan bandel. Oke…” pesan kak Kendy sebelum meninggalkan kelasku. Aku hanya bisa mengangkat tanganku tand hormat. Kak Kendy mengacak rambutku.
“Ih.. kakak rusak kand rambutku…” aku mengerucutkan bibirku. Kak Kendy hanya terkikik geli. Setelah aku masuk, kak Kendy berjalan menuju kelasnya di kelas XII IPA 3.

Kendy Pov

Setelah kuantarkan adikku tercinta ke kelasnya. Aku langsung menuju ruang kelasku yakni di XII IPA 3. Sosok sosok mata yang seperti heran melihatku, sedikit kudengar bisik-bisik dari mereka.
ih siapa tuh cowok ganteng banget.” “eh iya,,, siapa sih wah seneng deh kalo jadi pacarnya.” Itulah sedikit kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Sebenarnya aku risih mendengar itu. Tapi mau bagaimana lagi toh ini juga kelasku, satu tahun harus kuat dengan keadaan ini.
Seketika aku memiliki ide bagaimana kalo aku minta tolong ke adikku yang cantik, manja dan pasti mau membantuku. Aku akan memohon kepadanya untuk pura-pura jadi gadisku. Toh, yang tau kalo aku kakaknya cuma kelima sahabatnya saja, pasti bisalah diajak kerjasama. Oke aku akan temui mereka nanti pas istirahat. Karena memikirkan ini, aku sampai ditegur sama guru yang akan mengajarku di jam pelajaran pertama ini.
“kenapa kamu senyum-senyum sendiri?” tegur salah satu guru yang akan mengajarku.
“eh., bapak. Maaf pak…?” aku menggantungkan kalimatku.
“panggil aja Pak Aldo.”
“iya pak Aldo, maafin saya yah karena berdiri di depan pintu.”
“oke tak masalah, oh ya kamu siswa baru pindahan dari Korea? Kenalkan saya Aldo wali kelas kamu.”
“saya Kendy pak, senang berkenalan dengan anda. Semoga bapak mau membimbing saya.” Aku menjabat tangan pak Aldo.
“sama-sama boy, oke sekarang ayo masuk dan perkenalkan dirimu dengan teman-teman barumu.” Aku dan pak Aldo memasuki kelas dengan tetap menampilkan gayaku yang cool. Pak Aldo berkata, “Anak-anak kelas kita akan ketambahan murid baru, semoga kalian membuatnya nyaman dan membantu dia untuk belajar di kelas ini. Kendy perkenalkan dirimu.”
“Hay guys.. kenalkan namaku Kendy Marcello. Aku pindahan dari Korea. Salam kenal senang bertemu dengan kalian. Dan minta tolong untuk bantuannya.” Aku memperkenalkan diriku dengan tidak menyebutkan identitas marga keluargaku. Karena aku tak mau mereka yang berteman denganku hanya karena aku anak dari pemilik sekolah ini. Cukup mereka mengenal Keysha saja sebagai putri dari pemilik sekolah ini.
“oke Kendy, silahkan duduk dibangku yang kosong.”
“iya pak, terima kasih.” Aku berjalan menuju bangku yang sudah ditunjukkan oleh pak Aldo.

Kendy End Pov.

Keysha Pov

“itu td siapa Key? Ganteng banget sumpah. Kenalin dong Key? Eh bukannya itu tadi kak Kendy yah? Wah cerita-cerita dong Key?” tegur Ashila. Baru aja aku mendudukan pantatku yang cantik ini di kursi, eh sudah dibom bardir dengan pertanyaan dari sahabatku yang layaknya wartawan ini.
Aku hanya bisa mencibirkan bibirku, “huh… kalo ada cowok kinclong aja langsung cling.”
“ayolah Key, siapa tau gue bisa jadi saudara loh.” Tetap aja Ashila merayuku dengan tatapan memohonnya.
“iya, iya Ashila cantik nanti gue certain tapi gak sekarang. Nanti aja pas di taman oke.”
“siap boss.”
“pinter.”
“Pagi anak-anak.” Tanpa salam guruku yang satu ini tiba-tiba mengagetkan kami dengan suaranya yang bagaikan badai asmara.
“Salam dulu ibu Citra yang cantik.” Ucap kompak teman-temanku.
“Hehe.. maafkan ibu yah, tadi sangking semangatnya sampe ibu lupa buat salam. Untung saja kalian mengingatkan. Bagus anak-anak yang pintar.”
“Pastinya dong bu.. kita…” ucap kompak kita.
“Pede kalian.”
“Gak papa dong bu, kita kand emang kelas terpinter bu…” ucap Raka sahabatku.
“Iyain sajalah biar cepet kelar.” Pasrah bu Citra melihat kelakuan kami.  Kelasku memang terkenal dengan kelas yang suka bikin onar, kelas yang bandel. Eh tapi jangan salah sangka dulu yah, tapi kelas kamilah yang sering mendelegasikan siswa dan siswi untuk mengikuti beberapa olimpiade. “oke, ibu kesini bukan untuk mengajar kelas kalian, namun ibu akan menyampaikan sesuatu bahwa bu Siska guru matematika sekaligus wali kelas kalian telah dipindah tugaskan ke sekolah lain. Jadi, ibu akan memperkenalkan guru matematika sekaligus wali kelas kalian yang baru.” Bu Citra menjeda kalimatnya sambil melihat ke arah daun pintu. Kasak-kusuk teman-temanku dan tak ketinggalan aku dan Ashila juga merasa penasaran siapa sih pengganti wali kelas kami.
“Key. Elo tau siapa yang gantiin bu Siska?” tanya Ashila kepadaku. Aku hanya bisa mengangkat kedua bahuku.
“Masa sih lo gak tau Key, secara lo kand pemilik sekolah ini?” timpal Raka juga yang duduk dibelakang bangkuku.
“Gue gak tau Shil Ka, ibu kepala sekolah juga gak bilang ke gue kalo bu Siska udah dimutasi dan ada guru baru. Udahlah kita lihat saja, siapa yang gantiin bu Siska.” Ucapku.
“Oke anak-anak kenalkan ini guru matematika dan wali kelas kalian yang baru. Silahkan pak, anda memperkenalkan diri.”
“Terima kasih bu atas waktunya. Hay.. Assalamu’alaikum..” ucap guru baru.
“Wa’alaikumussalam..” jawab kompak kami.
“Kenalkan nama saya Bagas Muhammad Syarief. Panggil saja pak Bagas. Semoga kita bisa kerja sama yah anak-anak.” Pak Bagas memperkenalkan dirinya.
“Apa ada yang ditanyakan lagi anak-anak untuk pak Bagas?” tanya bu Citra kepada anak-anak kelasku.
“Pak Bagas udah punya istri belom?”
“No Hp pak Bagas berapa?”
“Ig, facebook sama twitter pak Bagas apa?”
Aku hanya bisa memutar bola mataku jengah mendengar pertanyaan yang menurutkan memuakkan. Tapi, anehnya si guru baru itu cuma menanggapi dengan tersenyum. “huhh.. tebar pesona”
Anak-anak, itu bisa ditanyakan nanti yah. Pasti pak Bagas akan memberitahukannya. Jadi kalian belajar dulu aja.” Lerai bu Citra. “selahkan pak Bagas, mari saya tinggal. Selamat berkerja.”
“Terima kasih bu…”
2 jam akhirnya telah berlalu. 2 mata pelajaran pertama telah usai. Dan perutku sudah tidak bisa untuk diajak kompromi. Sehingga mau tak mau aku harus menuju kantin untuk memberi makan cacing-cacing yang ada diperutku. “huhh.. ini gara-gara aku gak sarapan tadi. Makanya perutku keroncongan.” Batinku berbicara.
“Yuk ke kantin.” Ajak Tika, Dead an Gio yang sudah ada di depan mejaku. Eh. Sejak kapan mereka berdiri disitu. Apa aku yang kebanyakan ngelamun, gara-gara kelaparan?
“Sejak kapan kalian disini?” tanyaku.
“Aduh Key, lo kemana aja sih. Orang mereka udah lima menit disini. Apa loh mikirin guru baru tadi yah?” singgung Ashila.
“Enak aja lo, gue kelaperan jadi gak fokus deh.”
“Alesan aja loh, kayak bajaj.” Ashila tak mau kalah.
“Udah, kalian ini kalo ribut mulu kapan nih kita ke kantin? Katanya lo Key udah kelaperan?” lerai Raka.
“hehe.. pis… yukk capcus.” Aku dan kelima sahabatku menuju kantin.

Keysha End Pov.

Dilain tempat tepatnya di ruang guru Anggara High School. Bagas mendapatkan ruangan tersendiri dikarenakan selain sebagai Matematika. Namun, Bagas merupakan anak dari sahabat Anggara yakni Syarief. Anggara dan Syarief bersahabat sehingga keduanya memiliki andil dalam mengelola Anggara High School. Meskipun, sekolah itu menggunakan nama Anggara akan tetapi Syarief memiliki saham sebesar 40% di sekolah itu. Sehingga dana yang digunakan untuk mengembangkan AHS merupakan dana dari kekayaan Anggara dan Syarief. Mereka bersepakat agar kerjasama sekaligus persahabatan mereka tetap terjalin dengan erat. Maka, mereka memutuskan akan menjodohkan putra dan putrinya.
Memperlancar usaha yang akan mereka lakukan. Maka, Syarief memutuskan untuk meminta Bagas agar bekerja di sekolah Anggara. Hal ini juga didukung dengan keinginan Bagas untuk menjadi seorang guru meskipun nanti ia akan menggantikan ayahnya di perusahaan milik keluarga.

Flashback 2 minggu yang lalu.

“Bagas, papa dengar kamu mau mencari sekolah untuk kamu mengajar?” tegur papa Syarief ketika bersantai di ruang keluarga.
“Iya pa, kog papa tau? Apa mama yang bilang ke papa?” jawab Bagas sambil menengok ke mamanya yang sekarang duduk di samping papa Syarief.
“Mama bilang setelah kamu wisuda tiga hari lagi, kamu akan memutuskan mengajar disamping nanti juga akan memegang perusahaan papa yang di Surabaya.”
“Iya pa, kalo memang itu keputusan papa yang akan menyerahkan perusahaan yang di Surabaya ke tanganku, maka aku akan berusaha untuk mengelolanya dan aku akan mencari sekolah disana. Tapi, jika tidak maka aku akan mencari sekolah disini saja.”
“Papa sudah memutuskan untuk menyerahkan perusahaan itu ketanganmu, sebagai belajar juga sebelum kamu memegang perusahan papa yang disini. Dan papa akan membantu kamu untuk mencari sekolah. Kebetulan sahabat papa memiliki sebuah sekolah yang 40% itu merupakan milik papa. Sahabat papa tinggal disurabaya juga. Papa akan mencoba menghubunginya siapa tau ada tempat kosong untuk kamu mengajar disana. Bagaimana menurut kamu?”
“Terserah papa saja, aku menurut saja. Lagipula juga lumayan gak susah-susah untuk mencari sekolah lagi. Sekalian aku bisa melihat perkembangan sekolah itu yang katanya papa juga memiliki 40% didalamnya. Kalo boleh tau apa nama sekolah itu pa?”
Papa Syarief tersenyum mendengarkan perkataan Bagas yang sepertinya tertarik dengan perkataannya. Sebelumnya, papa Syarief menegur anaknya bila ingin mengajar. Beliau memang telah berencana untuk memasukkan Bagas ke sekolah milik sabahatnya. Sehingga beliau mendapatkan kabar bahwa sekolah itu sudah dipegang oleh putri sahabatnya dan sekaligus yang menggembirakan bahwa sekolah itu membutuhkan guru untuk menggantikan posisi yang kosong. Papa Sayrief juga akan memberitahukan kepada Bagas bahwa ia telah dijodohkan dengan anak sahabatnya.
“Namanya Anggara High School. Papa senang kamu antusias menerima tawaran papa ini. Akan tetapi, sekolah itu tidak dikelola Anggara secara langsung melainkan sudah dipindah tangankan kepada putrinya yang sekarang statusnya sebagai pelajar kelas XI disekolah itu.” Jelas papa Syarief.
“Hebat ya pa? meskipun anak itu masih sekolah sudah diberikan tanggung jawab yang besar oleh mas Anggara.” Timpal mama Prilly.
“Aku juga salut ma, dengan keberanian Anggara memberikan tanggung jawab itu kepada putrinya, secara ia masih duduk dibangku sekolah. Tapi, dengar dari ceritanya sekolah itu dalam satu tahun ini mengalami perkembangan yang signifikan. Dan ini bertepatan pula dengan sudah satu tahun putrinya itu memegang.” Jelas papa Syarief sambil memperhatikan tingkah putranya yang tertarik dengan obrolan ini. Terbukti dengan antusianya Bagas mendengarkan uacapan papa dan mamanya. Dan jelas sekali terlihat bahwa putranya tekagum dengan sosok putri sahabatnya itu. Namun papa Syarief merubah pikiran untuk tidak memberitahukan tentang perjodohan ini. Karena ia ingin mereka mengenal secara sendirinya tanpa ada paksaan bahwa mereka dijodohkan. Maka aka nada waktunya untuk mewujudkan keinginan itu.
“Woww.. Bagas jadi ingin ketemu dengannya pa, seperti apa putri dari om Anggara yang telah papa ceritakan tadi? Apa dia gadis yang manja atau seperti apa?” ucap Bagas.
“Sabar sayang, kamu akan bertemu dengannya nanti. Dan mama harap kamu bisa menjaganya dengan sebaik mungkin.” Jawab mama Prilly.
Bagas tak mengerti ucapan dari mamanya, hal ini terlihat dengan adanya kerutan di dahinya. “Maksud mama gimana?”
“Maksud mama kamu memiliki wewenang di sekolah itu, jadi sebisa mungkin kamu membantu putri sahabat kami dengan sebaik-baiknya.” Jelas mama Prilly. Bagas hanya bisa mengganggukkan kepalanya tanda mengerti akan wejangan dari mamanya.
“Kalau Bagas boleh tau siapa pa namanya?” inilah yang sejak tadi ingin ia tanyakan. Nama dari anak sahabat papanya. Entah mengapa Bagas sangat tertarik dengan gadis yang menjadi objek obrolan keluarga ini. Bahkan Bagas baru mendengar bahwa papanya memiliki sabahat yang tinggal di Surabaya. Setau Bagas, papanya tidak pernah menyinggung akan 40% kepemilikan akan sebuah sekolah. Yang Bagas tau papanya seorang pembisnis handal di Indonesia.
“Namanya Keysha Marcelina Anggara dia kelas XI, tapi papa lupa dikelas mana. Ia memiliki 2 kakak. Yang satunya juga sekolah disana namanya Marcello Anggara kelas XII kalau tidak salah. Sedangkan kakaknya lagi tengah menempuh kuliahnya dijurusan informatika dan memegang salah satu perusahaan papanya.” Papa Syarief menjelaskannya. Sebenarnya Bagas dan Kyan memiliki usia yang sama. Namun, Kyan memutuskan untuk berkuliah lagi setelah ia mendapatkan gelar sarjana bisnis. Sedangkan Bagas  memilih menjadi guru matematika dibandingkan dengan mengambil jurusan bisnis seperti papanya. Namun papa Syarief mendukung apapun keinginan dari putranya ini. “Jadi ingat, biarkan Keysha tau dengan sendirinya bahwa kamu juga memiliki hak untuk mengelola sekolah itu. Biarkan dia mencari tau sendiri tentang kamu. Dan nanti kamu akan mendapatkan ruangan sendiri disana, jadi papa harap kamu bisa menjalankan tugas dan kewajiban kamu dengan sebaik-baiknya untuk mengelola perusahaan sekaligus menjadi pendidik.”
“siap pa.”

Bagas melamunkan apa perkataan perbincangan 2 minggu yang lalu bersama papa dan mamanya. Ia mengingat setiap perkataa dari kedua orang tuanya. Dan tanpa sadar ia tersenyum melihat wajah anak didiknya yang saat ia mengajar menampilkan mimik kebingungan akan penjelasan dari bu Citra kepala sekolah di Anggara High School. Gadis itu telah mencuri perhatiaannya, setelah ia mengetahui bahwa mereka telah lama dijodohkan. Bagas sebenarnya mengetahui hal ini dari ketidaksengajaan ia mendengar percakapan antara kedua orang tuanya.
“Pa, katanya kamu akan memberitahukan kepada Bagas bahwa ia akan dijodohkan dengan putri teman kamu itu?” singgung Prilly kepada Syarief saat mereka tengah asyik menonton TV dan tanpa sadar putranya mendengarkan perbincangan itu. Karena rasa penasaran yang tinggi akhirnya Bagas memutuskan untuk bersembunyi dan mendengarkan obrolan mereka.
“Bukannya papa tidak ingin memberitahukan niat yang sudah lama ini ma? Namun, papa menunggu waktu yang tepat.”
“Kapan waktu yang tepat menurut papa? Sedangkan Bagas akan sebentar lagi pergi ke Surabaya, sebenarnya selain kerja disitu, mama ingin dia juga akan menjaga calon istrinya nanti.”
“Kamu tenang saja, alasanku agar tidak memberitahukannya agar mereka bisa mengenal dengan sendirinya tanpa ada ikatan bahwa mereka telah dijpodohkan. Dan papa juga berniat agar Bagas tidak mengalami beban saat mengajar disana, dengan berjalannya waktu pasti cinta itu akan tumbuh diantara mereka, biarkan mereka mengenal dengan sendirinya. Anggara juga setuju dengan usulku ini, lagi pula Keysha juga masih duduk di kelas XI.” Jelas Syarief kepada istrinya. Melihat Prilly yang sepertinya gelisah maka ia menarik tubuh istrinya untuk merapatkan diri kepadanya. Sehingga Syarief merengkuh Prilly dalam pelukannya. Nyaman itu yang Prilly rasakan. 22 tahun mereka telah membangun rumah tangga dan telah memiliki 2 orang anak yakni Bagas dan kakaknya Berliana Aurora Syarief.
“Tapi, rencana kita yang semula akan tetap terjalankan kan pa?”
Bagas semakin bingung apa yang dibicarakan kedua orang tuanya. “Perjodohan, tidak memberitahukannya, dan rencana lain.” Kata-kata itu terus berputar diotaknya, karena kakinya mulai kesemutan maka ia memutuskan untuk meninggalkan tempat persembunyiaanya dan segera menuju ke kamarnya, karena ia besok ia akan terbang ke Surabaya.
“Iya ma, saat Keysha kelas XII maka ia akan menikah dengan Bagas. Itu sudah keputusanku dan Anggara kamu tenang saja.” Jelas Syarief. Prilly menganggukkan kepalanya.
Bagas semakin menyunggingkan senyumnya. Dan ia percaya bahwa orang tuanya tidak salah memilih Keysha murid di kelasnya untuk mendampinginya. Keysha gadis yang pintar, disiplin, bertanggungjawab itulah kata-kata yang dielu-elukan kepadanya. Mendengar singkat cerita dari kepala sekolah yakni bu Citra sebelum ia memasuki kelas untuk mengajar bahwa dikelasnya itu terdapat putri dari pemilik AHS. Itu menguntungkan bagi Bagas karena ia tak akan bersusah payah mencari orang yang dimaksud orang tuanya. “Keysha merupakan anak yang rajin, meski ia masih duduk dibangku kelas XI tapi ia telah mampu membawa nama sekolah ini berkembang jauh lebih pesat dari sebelumnya. Awalnya kami para pengurus dan pengajar disini meragukan kemampuannya disaat pak Anggara mengumumkan bahwa AHS dialihkan menjadi tanggung jawab Keysha. Namun, seiring berlajannya waktu Keysha mampu membuktikan bahwa ayahnya tak salah mempercayakan AHS ditangannya. Bahkan prestasi AHS yang didapatkan melalui pemikirannya tidak hanya saja di bidang akademik melainkan prestasi di bidang non akademik pun telah di sandang AHS.” Mendengar itu Bagas semakin menyunggingkan senyumnya bahwa Keysha bukanlah gadis manja yang hanya bisa bermain-main saja. Tapi, sosok yang digambarkan bu Citra itu berbeda sekali dengan keaadaan saat Keysha duduk bersama teman-teman sebayanya. Ia terlihat menjadi gadis yang lucu, bahkan manja dengan sahabatnya. Bagas memutuskan untuk menuju ke kantin, selain untuk mengisi perutnya ia juga ingin melihat suasana AHS.

Keysha Pov.
“Key, lo pesan apa? Biar gue yang pesanin.” Tawaran datang dari Tika.
“Nasgor sama jus jeruk aja.” Jawabku. Aku memilih tempat duduk favoritku yakni di pojok sebelah jendela sehingga aku bisa melihat pemandangan kotaku. Kantin ini memang dibangun dilantai ketiga. Namun kantin ini bukan satu-satunya kantin yang ada disini. AHS memiliki 3 kantin, ini dibuat atas usulku. Awalnya kantin hanya ada dilantai satu namun itu menurutku tidak efektif sebab kami siswa yang berada di lantai selanjutnya akan mengalami pemborosan waktu menuju ketempat itu. Meski disekolah ini telah disediakan lift dan escalator itu tidak akan membantu apabila jumlah siswa yang bersekolah disini lebih dari 3000 siswa. Maka, semenjak satu tahun yang lalu. Kantin dibangun di tiga tempat yakni dilantai 1, 3 dan kawasan olahraga yang berada di sebelah kanan gedung ini.  
“Yee. Makanan akhirnya datang juga.” Ceplos Gio.
“Huuuuuu…” Gio mendapatkan cibiran dari sahabatnya.
“Santai aja dong tangan gak usah ikut-ikutan juga.” Gio memamerkan gigi putihnya dan membenarkan tatanan rambutnya. “eh ya, tadi Ashila bilang bahwa dikelas kalian ada guru baru ya?”
“Iya.” Jawab Ashila, aku dan Raka hanya menganggukkan kepala.
“Wah asyik dong, cewek apa cowok gurunya? Truz tua apa masih muda?” tanya Dea.
“Satu-satu kali De kalo tanya. Namanya pak Bagas dia masih muda sih kelihatannya, tapi gak tau lagi berapa umurnya.” Jawab Raka.
“Elo gak tau Key kalo ada guru baru? Bu Citra gak bilang dulu gitu?” tanya Gio. Aku hanya bisa mengidikkan bahuku tanda memang bu Citra tak menyinggung soal ini diwaktu rapat mingguan. “Elo harus cari tau Key soal ini.” Paksa Gio.
“Gak ah males gue. Biarin juga selagi pak Bagas enak ngajarnya dan buat anak-anak disini nyaman gak masalah buat gue.”
“Hay adikku yang cantik ngobrolin apa sih kog serius amat.” Tiba-tiba suara kak Kendy mengagetkan aku. Sambil merangkul pundakku.
“Apaan sih kak main peluk-peluk. Pasti ada udang di balik bakwan nih?” selidikku terhadap kak Kendy.
“Pinter tau aja, mau gak bantuin kakak?”
“Apa?” semua sahabatku memberhentikan makannya untuk menyimak apa yang akan dikatakan Kendy. Aku hanya mencibirkan mulutku karena melihat ekspresi yang diperlihatkan Tika, Dea sekaligus Ashila. Mereka memperhatikan kakakku dengan pandangan tanpa berkedip. Aku mengusap wajah mereka satu persatu. “Gak segitunya juga kali, sampe mau copot tuh matanya.” Aku hanya bisa terkikik geli melihat mereka.
Kak Kendy menggelengkan kepalanya dan terkikik geli melihat tingkah laku kami. “Gini, kak Kendy saat perkenalan di kelas tadi tidak menyebutkan marga keluarga kita. Jadi kak Kendy berniat untuk kamu pura-pura menjadi kekasih kakak. Gimana?”
Aku menggelengkan kepala. Bisa-bisanya kakakku punya pemikiran seperti itu. Jadi adek aja pasti ribet apalagi harus jadi pacar pura-pura, pasti tambah ribet karena belum satu hari kak Kendy memiliki banyak fans. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tatapan sirik dan membunuh yang mereka perlihatkan kepadaku. “Ogah.” Aku menolak tawarannya.
“Ayolah, kakak akan turutin apapun maumu. Kakak juga tau kog kalo kamu belum punya cowok jadi gak ada salahnya sekalian kamu belajar gimana nanti punya pacar. Gimana hanya disekolah ini aja.” Bisik kak Kendy ditelingaku. Sehingga bila dilihat dari jauh maka akan terlihat kalo kak Kendy menciumku. Hal itu sih sah-sah saja karena kami adalah saudara. “Dan buat kalian jangan sampe ember. Jaga rahasia ini. Oke?” mereka berlima hanya mengangkat jempolnya tanda mengerti. Aku hanya bisa menghembuskan nafas kasar. “Udah ah, kakak balik ke kelas dulu yah SAYANG. Bye.” Mengecup pipiku lagi. Hal ini malah membuat satu kantin heboh. Apalagi kak Kendy menekankan kata SAYANG.
“Udalah Key, tuh wajah gak usah ditekuk gitu. Nanti di rumah minta penjelasan ke kak Kendy apa maksud dari semua ini. Anggaplah ini cara ia menunjukkan kasih sayangnya kepadamu.” Dea menasehatiku. Dan keempat sahabatku yang lainnya hanya bisa menganggungkan kepalanya.

0 komentar:

Posting Komentar