Bagas Pov.
Mataku memanas melihat
pemandangan dan sekaligus sedikit obrolan yang dibicarakan oleh anak-anak
disini. Yah, aku saat ini telah berada di kantin. Saat aku memasuki kantin ini
sekilas aku mendengar beberapa obrolan dari para siswa siswi disini.
“Eh lihat deh itu bukannya itu
cowok baru dikelas kita yah. Trus ia mau nyamperin siapa tuh kog kearah anak
pemilik sekolah sih?”
“Eh-eh wah dia nyium si Keysha
tuh?”
Mendengar itu aku lalu
mengalihkan pandanganku mencari sosok yang aku maksud tadi. Sehingga aku
menemukan Keysha yang sedang dicium oleh seorang siswa laki-laki dan menekankan
kata sayang. “Apa Keysha sudah punya pacar dan itu kekasihnya?” pertanyaan
itu berkecamuk di pikiranku.
“Kendy…” panggil salah satu siswa
yang ada disini. Oh jadi namanya Kendy, laki-laki yang mencium Keysha tadi.
“Siapa tadi Ken?”
“Cewek gue.” Ucap Kendy dengan
santainya.
“Jadi elo pacaran dengan anak
pemilik sekolah ini? Wah hebat yah udah berapa lama?”
“Hmmmhmm. 1 tahunlah sejak gue di
Korea.” Satu tahun? Jadi Keysha udah punya pacar sekitar satu tahun dan
pacarnya itu dari Korea. Aku semakin bingung dengan apa yang akan aku lakukan.
Sehingga tanpa sadar ada seseorang yang mengagetkanku.
“Pak Bagas? Kenapa berdiri disini
pak?” Suara ini, aku mengenalnya. Saat kutolehkan kepalaku ternyata Keysha yang
menegurku. Kemana teman-temannya kog tiggal Keysha sendiri.
“Eh, gak apa-apa, tadi niatnya
mau makan tapi gak jadi. Kamu mau kemana? Balik ke kelas?” Keysha
mengganggukkan kepalanya. “Bagaimana kalau kita bareng aja?” aku menawarkan.
“Boleh pak, daripada balik
sendiri gak ada yang diajak ngobrol.” Keysha menyunggingkan senyumnya. Manis.
“Bapak usia berapa sih? Kog terlihat masih muda tapi sudah jadi guru?”
“21 tepatnya.” Jelasku kepadanya,
aku sedikit mengulum senyumku ketika Keysha memperlihatkan ketidakpercayaannya.
“Seriusan pak?” bahkan sekarang
Keysha menghentikan langkahnya dan menatapku dengan mimik wajah yang serius.
Aku hanya menyunggingkan senyumku dan mengganggukkan kepalaku. “Wah hebat,
bapak tau gak sih, aku tuh pingin loh masih muda udah jadi guru. Pingin
ngembangkan sekolah ini menjadi sekolah yang besar banget dengan kemampuan aku.
Aku gak mau ada yang mengganggapku hanya sebagai putri dari pemilik sekolah
yang bisanya cuman hura-hura saja.” Antusias sekali gadis ini menceritakan
tentang keinginannya. Hingga tanpa sadar Keysha hampir saja terjatuh akibat ia
berjalan mundur dan tali sepatunya yang terlepas terinjak oleh dirinya sendiri.
Aku segera menangkapnya, sehingga tanganku memegang pinggulnya dan tangannya
berpegangan di kedua lenganku. Setelah tenang aku membantunya untuk ke posisi
semulai dan mulai melepaskannya.
“Kamu gak apa-apa Key?”
“Gak apa-apa pak, terima kasih
telah menolong saya.” Aku melihat semburat merah dipipinya. Sepertinya ia malu,
dan itu menambah cantik parasnya. “Saya ke kelas dulu pak.” Ia berlari
menjauhiku menuju kelasnya. Aku mengulum senyumku. Menggemaskan.
Bagas End Pov.
“Kamu kenapa Key kog lari-lari?”
tegur Ashila yang tak sengaja ditabrak oleh Keysha. Keysha tadi buru-buru
menuju kelasnya karena incident yang baru saja terjadi. Sehingga Keysha tak
melihat bahwa Ashila dan sehabatnya masih bediri di depan kelas. Keysha hanya
memamerkan gigi putihnya dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.
“Ih-ih ada yang aneh nih? Kog tuh muka merah amat buk, baru pake blush on yah?”
Goda Ashila.
“Gak kog.” Keysha mengelak akan
godaan Ashila. Keysha menutupi pipinya dengan kedua tangannya dan ia langsung
berjalan cepat menuju bangkunya dan menyembunyikan rona wajahnya sambil
menelungkupkan kepalanya di atas meja.
“Dia malu. Tapi kenapa? Gak
biasanya dia seperti ini?” heran Dea melihat tingkah Keysha. “Kalian harus
intograsi Keysha. Kita balik ke kelas dulu. Nanti sepulang sekolah kita kumpul
ditempat biasanya. Ajak Keysha juga. Kita butuh penjelasan dari dia.” Titah Dea
kepada Ashila dan Raka. Ashila dan Raka hanya menganggukkan kepalanya, mereka
tak berani membantah Dea. Mereka berlima meninggalkan tempat tadi dan menuju
kelasnya masing-masing.
“Kenapa sih?” tegur Raka saat ia
mendaratkan pantatnya di kursi kebesarannya.
“Iya nanti aja gue ceritaain. Tuh
gurunya dah dateng.” Pelajaran pun dimulai dengan lancar dan semua anaknya
mendengarkan penjelasan guru dengan seksama.
Dilain tempat tepatnya di ruang kebesaran
Bagas. Bagas masih mengulum senyumnya mengingat kejadian beberapa menit yang
lalu. Saat ia merengkuh tubuh mingil Keysha yang hampir saja terjatuh. Ia
memutuskan untuk mencari tau tentang apa hubungan Keysha dengan Kendy. Seperti
ada hal aneh yang diantara mereka. Jika Kendy dan Keysha berpacaran otomatis
wajah Keysha akan terlihat berbinar saat Kendy memberikan ciuman di pipinya.
Namun, yang terlihat seperti seorang kakak yang menyayangi adeknya. Bagas
berniat menuju ruang administrasi untuk mencari tau apa yang sebenarnya.
Disinilah Bagas terdampar di
ruang administrasi yang banyak dengan data siswa. Bagas mencari berkas atas
nama Keysha diantara data siswa kelas XI dan ia menemukannya. Dari data
tersebut dijelaskan bahwa Keysha memiliki 2 orang kakak seperti yang
diceritakan oleh papanya dan nama kakak yang sama juga sekolah disini bernama
Kendy Marcello Anggara. Setelah memperoleh data Keysha, kini Bagas beralih
mencari data kakaknya. Setelah menemukan data Kendy, bagas terbelalak bahwa
laki-laki yang mencium gadisnya. What gadisnya, sejak kapan ia melebeli Keysha
sebagai gadisnya? Bagas mengetahui bahwa Kendy merupakan kakak dari Keysha.
Di ruang keluarga rumah Anggara.
“Gimana sayang sekolah kamu?”
belaian bunda Michella di rambut Kendy yang tidur dipangkuannya. Kendy bukannya
menjawab malah memejamkan matanya merasakan nyaman akan belaian sang bunda.
“Ck. Ditanya kog malah tidur nak.” Bundak mencibikkan bibirnya. Tapi Michella
tetap membelai rambut anaknya.
“Kakak.. kak Kendy?” teriak
Keysha memasuki rumahnya. Bahkan ia lupa untuk mengucapkan salam terlebih
dahulu. Keysha masih marah dengan tingkah aneh kakaknya di sekolah tadi. Keysha
tau pasti ia akan mendapat teguran dari bundanya kerena masuk rumah tanpa salam
dan teriak-teriak memanggil nama kakaknya. Kendy bahkan tak terusik sama sekali
dengan suara Keysha, ia malah merapatkan dirinya dipangkuan bundanya.
“Adek,, kog teriak-teriak sih.
Gak pake salam juga. Ayah Bunda Assalamu’alaikum, Kyan pulang.” Tegur Kyan yang
saat tadi mendengar teriakan dari Keysha. Kyan dan Keysha pulang bersama,
setelah Keysha minta dijemput di rumah Dea. Keysha menajamkan penglihatannya
kepada Kyan yang menegurnya dan semakin menggembungkan pipinya tanda bahwa ia
tak suka. Kyan hanya tersenyum kecil dan segera menarik tangan Keysha menuju
tempat bunda dan Ayahnya di ruang keluarga.
“Wa’alaikumussalam, ada apa sih
anak bunda kog teriak-teriak masuk rumahnya?” jawab bunda.
Bukannya menjawab pertanyaan
bunda, Keysha mengalihkan pandangan sekaligus melepaskan tangan yang dipegang
Kyan dan menuju Bundanya serta Kendy yang sedang nyaman tidur dipangkungan
bunda. Kemudian Keysha menarik tangan bundanya untuk diciumnya, “Kak Kendy
bangun… Key butuh penjelasan. Titik!” Keysha menggoyang-goyangkan tubuh Kendy,
meski Keysha sangat kuat namun Kendy masih saja tidak merubah posisinya.
Kemudian Keysha mendudukkan dirinya disebelah ayahnya dan tetap berusaha
membangunkan Kendy, “Kak Kendy bangun ih…”
Ayah yang sedari tadi sibuk
membaca Koran, kini terusik dengan keributan yang ditimbulkan oleh putrinya.
“Sudah Keysha dan Kyan ke kamar dulu ya? Ganti baju lalu kesini lagi, baru
nanti dibicarakan lagi apa yang kalian ributkan.” Lerai Anggara kepada anaknya.
“Tapi, Ayah sama Bunda harus
jagain kak Kendy. Kak Kendy gak boleh pergi dari sini sebelum Keysha sama kak
Kyan balik kesini lagi.” Titah Keysha. Anggara dan Michella hanya bisa
menganggukan kepalanya dan member tanda hormat kepada putrinya. Setelah itu
Keysha menarik tangan kak Kyan untuk menuju lantai 2 dimana kamar mereka berada.
“Pelan-pelan dek.” Kyan yang
sedari tadi hanya mendengarkan, karena yang tak siap ditarik oleh adiknya maka
hanya bisa mengikuti kemana adiknya itu menariknya.
“Kendy! Apa yang terjadi antara
kamu dan Keysha? Kenapa dia terlihat marah sekali denganmu?” tegur Anggara
karena sedari tadi ia tau bahwa Kendy tidaklah tidur. Kendy hanya menghindari
amukan dari Keysha.
“Jawab apa yang ditanyakan ayahmu
kepadamu Kendy?” Michella ikut bertanya kepada Kendy. Kendy tidak berniat
menjawab kedua pertanyaan itu. Ia malah semakin memejamkan matanya. Toh kalau
dijelaskan sekarang, Kendy akan mengulanginya lagi ketika Keysha
mengintograsinya nanti. Jadi lebih baik sekalian aja nanti jawabnya. “Ini anak
kalo ditanya.” Michella hanya menghembuskan nafas kasar melihat tingkah laku
anaknya.
Kyan telah usai membersihkan
dirinya. Ia mengenakan celana pendek selutut dan kaos bewarna merah. Kyan
mengambil tempat duduk di sebalah ayahnya. Kesyha menuruni anak tangga dan
menuju ke ruang keluarga dengan memakai piyamanya karena ia berniat untuk tidur
setelah mendengarkan penjelasan dari Kendy. Dan Keysha memilih tempat duduk di
samping Kendy.
“Kak Kendy bangun, atau bunda aku
suruh berdiri biar kak Kendy jatoh.” Pukul Keysha di kaki Kendy agar ia bisa
duduk disebelahnya. Karena gak ada pergerakan dari Kendy maka Keysha memutuskan
untuk menarik tangan Kendy. Dengan susah payah akhirnya Kendy bangun juga dari
pura-pura tidurnya.
“Apasih dek?” dengan wajah khas
baru tidur yang dibuatnya agar keluarganya tidak mengetahui bahwa sejak tadi ia
hanya berpura-pura untuk menghindari amukan dari adik kesayangannya. Dengan
kesal, Keysha menghempaskan tubuhnya kasar di antara Ayah dan Kyan. Karena tadi
niatnya ia akan duduk disebelah Kendy tapi tidak dilakukannya karena Kendy tak
bangun-bangun.
“Loh, bukannya tadi mau duduk di
samping Kendy ya?” tanya Anggara, karena ia merasa kesakitan di bagian lututnya
sebab tanpa aba-aba Keysha langsung menghempaskan badannya. Akhirnya Anggara
dan Kyan memberikan posisi ternyaman untuk gadis kesayangannya ini.
“Males.” Singkat Keysha. Ia
mengambil nafas kemudian mengeluarkan segala pertanyaannya yang berkecamuk
difikirannya. “Kak Kendy jelasin ke Keysha, maksudnya apa kak Kendy pingin aku
jadi pacar pura-pura kakak? Dengan seenak jidat juga langsung cium-cium pipi
aku, iya kalo sepi lah ini dikantin kak? Kand aku malu jadinya? Meskipun kakak
adalah kakak kandung aku, dan itu sah-sah aja. Tapi gak seenak kakak dong.
Kakak gak tau apa tatapan membunuh yang ditujukan ke aku dari fans kakak yang
sudah mulai menjamur meski kakak belum satu hari di sekolah. huuuuhhhh” protes
Keysha dengan satu kali tarikan nafas. Dan mengacak rambutnya kasar.
Anggara, Michella dan Kyan
menempatkan menjadi pendengar yang baik. Mereka tidak mau ikut campur dengan
urusan kakak beradik ini. Kendy mulai mencoba menjelaskan agar ia tidak
mendapatkan tatapan maut yang seakan-akan membunuhnya dari ketiga orang dewasa
ini. “Oke Kendy jelasin, Kakak mau minta tolong aja ke kamu dek, karena tadi
saat kakak masuk kelas setelah mengantar kamu. Amu tau tatapan dari para gadis
disana seperti akan memakanku hidup-hidup. Dan apalagi bila kalau mereka tau
bahwa aku belum memiliki kekasih pasti mereka akan mengganggu hidupku. Aku juga
tidak menjelaskan bahwa aku anak dari Anggara, dan aku mau bahwa mereka
berteman denganku karena kepribadianku bukan karena aku anak dari pemilik
sekolah. Dan maafin kakak kalo tadi membuat kamu merasa tak nyaman. Maafin
kakak yah dek?” Kendy memohon dengan menangkupkan kedua tangannya. Keysha hanya
mengangguk tanda ia memaafkan kakaknya.
“Lah gini kand enak dilihatnya.
Kedua adek kakak gak berantem lagi.” Ucap Kyan sambil mengacak kedua rambut
adeknya. Kendy dan Keysha hanya menghembuskan nafasnya dengan merapikan kembali
rambutnya yang telah diacak-acak oleh kakak mereka.
Pagi harinya.
“Nyonya, rumah rame ya nyah,
semenjak den Kendy kembali ke rumah ini.” Tanya bi Surti pembantu di rumah
Anggara. Bi Surti sudah 20 tahun bekerja di rumah Anggara.
“Iya bi, saya juga senang
akhirnya bisa berkumpul lagi setelah 7 tahun yang lalu Kendy diminta papa untuk
tinggal bersama di Korea.”
“Iya nyah, non Key juga semakin
sering tersenyum meski sering saling bertengkar. Ada saja yang mereka
ributkan.”
“Itu karena mereka belum bisa
saling mengalah bi. Kalau Kyan sama Ayah bila Key ingin sesuatu pasti langsung
dikabulkan, dan mereka lebih memilih tidak berdebat dengan Keysha. Sedangkan
Kendy akan lebih senang jika melihat adiknya mengamuk terlebih dulu, daripada
langsung menuruti permintaan Keysha.” Michella melanjutkan menyiapkan sarapan di
meja makan dan membuatkan susu kesukaan anak-anaknya serta kopi untuk suaminya.
Sedangkan bi Surti tersenyum bila mengingat kelakuan anak-anak dari majikannya.
Hingga terdengar suara langkah sepatu yang bergesekan dengan lantai.
Tap
Tap
Tap
“Pagi bunda….” Cium pipi kanan
dan kiri dari Keysha.
“Pagi bundaku tersayang..”
dilanjutkan oleh Kyan dan mengambil langsung duduk di kursinya.
“Pagi bunda, bi Surti yang
semakin hari makin muda aja.” Goda Kendy dan mencium pipi bundanya.
“Ah aden bisa aja.” Jawab bi Surti
malu-malu.
Keysha menoleh ke kanan dan ke
kiri mencari dimana ayahnya berada. Sedari tadi disaat ia turun dari lantai 2
bersama dengan kedua kakaknya. Ia tak menemukan sosok ayahnya. Biasanya ayahnya
sudah duduk di kursinya dan menunggu ketiga putranya. “Ayah dimana bud?” tanya
Keysha kepada bundanya. Michella juga celinguk kesana kemari mencari sosok
suaminya. “Bunda juga gak tau dimana ayah?” tanya Keysha lagi. Michella hanya
menggelengkan kepalanya. “Tumben ayah jam segini belum di meja makan?” tambah
Keysha lagi sambil menengok jam yang melingkar manis ditangan kirinya.
“Ayah disini sayang.” Teriak
Anggara yang berjalan menuju ruang makan sambil membawa tas kerjanya dan jas
kantornya. Terlihat gagah dan berwibawa, dan tidak siapa sangka bahwa ia telah
memiliki 3 anak. Karena Anggara bila disejajarkan dengan kedua putranya ia
masih pantas dikatakan sebagai saudara bukan ayah dari mereka.
“Ayah darimana kog tumben?” yang
ini bukan Keysha yang tanya namun Kendy karena sedari tadi ia juga mencari
sosok ayahnya.
“Ayah habis menerima telpon dari
sahabat ayah yang ada di Bandung. Mereka mau berkunjung kesini dan menginap
selama 3 hari.” Jelas ayahnya kepada keluarga tercintanya.
“Siapa yah, yang kamu maksud?”
tanya Michella.
“Syarief dan Prilly juga dengan
kedua anaknya. Ayah harap nanti kalian langsung pulang jangan mampir ke lain
tempat. Ayah akan mengenalkan sahabat ayah dan bunda. Kalian bisa?” tanya
Anggara kepada ketiga anaknya. Keysha, Kyan dan Kendy mengangguk patuh akan
perintah ayahnya.
“Ya baik pak, kalau gitu Kyan
pamit berangkat dulu yah pah? Ada meeting mendadak soalnya. Kyan berdiri dari
kursi makannya dan menuju sang bunda, Kyan meraih tangan bunda dan menciumnya
serta ayahnya. “Assalamu’alaikum….” Kemudian Kyan berlenggang pergi keluar rumah.
“Adek juga pamit ya bun yah?
Soalnya ada ulangan pagi ini, jadi adek gak mau kalau telat.” Pamit Keysha
kepada Anggara dan Michella.
“Aku juga, dek, kakak bareng kamu
yah? Soalnya kakak risih dideketin cewek-cewek yang disekolah. Yah..yah… “
mohon Kendy. Keysha hanya bisa mengangguk setuju. Lalu Kendy mengulurkan
tangannya pertanda meminta kunci mobil milik adeknya.
“Kita berangkat Ayah Bunda,
Assalamu’alaikum…” mengecup tangan Anggara dan Michella. Kedua paruh baya ini
tersenyum bangga dengan sikap putra putrinya.
“Semoga rencana yang sudah sejak
lama ini bisa berjalan dengan baik.” Michella mengangguk menjetujui.
Kantor Kyan
“Selamat pagi pak Kyan, meeting
akan dilakukan 30 menit mendatang.”
“Oke persiapkan semuanya, aku
keruanganku dulu. Panggil aku lagi 10 menit sebelum dimulai.”
“Baik pak.” Ucap sekertaris Kyan.
10 menit kemudian.
Kyan tengah menatap bingkai foto
berlukiskan keluarganya. Anggara, Michella, Kyan dan kedua adiknya. Kyan
mengukir senyum dipipinya, terlihat semakin tampan dan dewasa. Kyan merasa
bersyukur telah dilahirkan dikeluarga yang sangat menyayanginya. Memiliki orang
tua yang sangat mencintainya serta dua adik yang selalu menurut akan perkataannya.
Tok.tok.tok suara ketukan pintu
di ruang kebesaran Kyan.
“Masuk.”
“Permisi pak. Meeting akan
dilakukan 10 menit lagi.”
“Oke aku akan kesana. Terima
kasih.” Ucap Kyan. Dan sekretarisnya mengangguk. Kyan segera beranjak menuju
ruang rapat. Dia tak mau membuat kliennya menunggu akan kedatangan dirinya.
Karena Kyan bukanlah tipikal orang yang akan membuat kliennya menunggu namun ia
akan dengan senang hati menyambut kedatangan klien yang akan bekerja sama
dengannya.
Kyan duduk di kuris kebesarannya
sebagai direktur utama di salah satu perusahaan yang dimiliki oleh ayahnya.
Kyan merapikan dirinya untuk menyambut CEO dari perusahaan Syarief Crop. Dan
akhirnya orang yang ditunggu Kyan datang memasuki ruang rapat.
“Assalamu’alaikum pak Kyan, klien
yang bapak tunggu sudah datang.” Ucap sekertaris Kyan dan mempersilahkan klien
bosnya untuk masuk ruangan. “Silahkan pak… permisi pak Kyan saya tinggal dulu
dan nanti saya akan meminta OB untuk mengantarkan minuman kesini.”
“Iya terima kasih.” Jawab Kyan
untuk sekertarisnya. Kemudian ia mengalihkan pandangannya menuju klien yang
barusan datang. Dan menyambut kliennya dengan hangat, “silahkan duduk pak
Bagas.” Bagas menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju tempat yang dipersilahkan
oleh Kyan. Kemudian mereka berdua larut dengan saling mempresentasikan
data-data yang telah mereka persiapkan. “Terima kasih pak, telah bersedia
bekerja sama dengan perusahaan kami.”
“Iya pak Kyan sama-sama, saya
juga merasa senang bisa bekerja sama dengan Anggara corp. Untuk saling
mengenal, bagaimana jika kita makan siang bersama pak? Ini jika kalau anda
setuju.” Tawar Bagas kepada Kyan karena ia menganggap bahwa selain sebagai
rekan kerjasama, bisa jadi sebagai sahabat. Karena usia mereka yang tergolong
sama.
Kyan menyambut tawaran Bagas
dengan senang hati, “Iya pak, lagi pula saya juga sedang tidak ada urusan lagi
dikantor, dan nanti skalian saya juga mau jemput adik saya.” Kyan merapikan
berkas-berkas di meja meetingnya dan segera beranjak untuk keluar dan menuju ke
ruang kebesarannya. “Bagaimana kalau pak Bagas ikut saya ke ruangan saya
terlebih dahulu?” tawar Kyan.
“Boleh juga.” Bagas mengangguk
setuju. Dan mengikuti langkah kaki Kyan menuju ruangan milik Kyan. Setelah
beberes dan merapikan ruang kerjanya, Kyan diikuti Bagas segera menuju ke
parkiran untuk mengambil mobil mereka. Dan menuju ke tempat tujuan yang sudah
direncanakan.
15 menit perjalanan menuju café
yang dituju dan mereka bergegas keluar dari mobil masing-masing. Banyak mata
yang memandang mereka dengan kagum dan terpesona. Bagaimana tidak? Kyan
menggunakan setelan jas bewarna hitam menambah kadar katempanannya. Sedangkan
Bagas menggunakan setelah jas warnah merah maroon, namun jas itu telah
dilepaskan dan hanya menggunakan kemeja bewarna sama dengan lengan yang sudah
ditarik sampai ke siku. Mereka menuju kedalam café banyak kamu hawa yang
menatap mereka seakan-akan ingin memakannya hidup-hidup.
Mereka memilih duduk yang dekat
dengan jendela, karena akan lebih tenang sebab bisa melihat suasana kota.
“Mbak,” panggil Bagas kepada salah satu pelayan untuk memesan makanan.
Sedangkan Kyan sibuk dengan telpnnya. “Pesan mie goreng ayamnya 1 mbak sama jus
melonnya 1.” Kemudian Bagas menoleh ke Kyan dan menawarkan, “Pak Kyan mau pesan
apa?” Kyan yang merasa terpanggil langsung menoleh kearah Bagas.
“Samain aja seperti anda.” Jawab
Kyan dan ia kembali berkutat dengan ponselnya. Setelah dirasa tidak ada yang
menarik dengan ponselnya. Kyan meletakkannya di atas meja dan mulai
mengeluarkan suaranya. “Pak Bagas, bila kita sudah diluar kantor lebih baik
kita saling memanggil dengan menggunakan nama saja. Tanpa ada kata “pak”.
Bagaimana menurut anda?” usul Kyan.
“Wah itu ide yang bagus, pak
Kyan.. eh Kyan. Jadi kita bisa berteman lagi pula saya juga belum punya sahabat
disini. Bagaimana kalau saya menganggap kamu sebagai sahabat saya? Apa boleh?”
tanya Bagas dengan hati-hati.
“Tentu saja boleh, saya malah
dengan senang hati menerima tawaran yang kamu berikan. Dan bagaimana jika
panggilan kita rubah dengan lo-gue biar gak terlalu formal.” Bagas mengangguk
setuju atas usulan yang diberika Kyan.
“Oh ya kalau boleh saya tau, lo
tadi udah gak ada kerjaan lagi, dan katanya mau jemput seseorang itu siapa?”
“Dia adik gue, jadi ayah sama
bunda minta kalau kita gak boleh pulang telat sebab ada teman ayah sama bunda
yang mau main di rumah. Makanya aku berniat menjemput kedua adikku.”
“Kalau boleh tau sekolah dimana
adik lo?”
“Di Anggara High School, kenapa
ada saudara lo yang sekolah disana?” Bagas menggelengkan kepalanya. Dan Kyan
melanjutkan ucapannya ketika mengetahui reaksi yang diberikan Bagas, “Oh kirain
ada, siapa tau kenal sama kedua adik gue. Hehehe.”
“Gue gak punya saudara disini,
keluarga gue semuanya ada di Bandung.” Sambil menikmati makan siang mereka
gunakan dengan mengobrol. Dan setelah makan siang, mereka memutuskan untuk
kembali dengan aktivitas masing-masing. Bagas kembali ke sekolah untuk
mengajar, dan Kyan akan menuju ke sekolah milik keluarganya dimana terdapat dua
adiknya yang bersekolah disana. Hingga tanpa mereka sadari, mereka menuju ke
tempat tujuan yang sama.
***
Belahan bumi yang lainnya telah
menampilkan sosok pemuda tampan yang telah menatap foto gadis kecil bersama
dengan dua anak laki-laki. Langit malam menampilkan kilauan-kilauan bintang dan
jalanan yang terang benderang. Menemani pemuda ini untuk mengagumi sosok gadis
kecil di fotonya. Sebuah foto yang menampilkan dua anak laki-laki berseragam
sekolah dasar dan anak perempuan yang masih sekolah di Taman Kanak-kanak. Gadis
kecil itu cemberut dengan gemasnya, sedangkan dua anak laki-laki itu sedang
mencium pipi kanan dan kirinya.
“Aku merindukanmu Dinda, apa kita
bisa bertemu kembali?” guman pemuda itu. Sebuah ketukan pintu di apartementnya
membuat ia harus meletakkan bingkai foto yang sedari tadi tak lepas dari
tatapannya. Dan ia segera menuju ke sumber suara yang mengganggunya. Ia
membukakan pintu dan menampilkan sosok perempuan muda yang langsung melenggang
masuk setelah pintu terbuka. Pemuda itu hanya bisa menghela nafas kasar melihat
tingkah laku seseorang yang mendatanginya. Ia menutup pintu apartementnya dan
menyusul masuk ke dalam.
“Ish.. gak sopan lo kak.” Protes pemuda
itu.
“Gak usah protes, ambilin gue
minum!” titah gadis itu. Tidak mencoba untuk mendebat kakaknya, pemuda itu
langsung berlenggang pergi ke dapur mengambilkan minum yang diminta kakaknya.
“Mau minum apa kak?” teriak
pemuda itu yang masih berada di dapur.
“Apa aja boleh deh, buruan gue
haus nih?”
“Nih, air putih aja yah, tadi
katanya apa aja.” Pemuda itu menyerahkan segelas air putih untuk kakaknya. Dan
ikut duduk di sebalah sang kakak.
“Meski gue bilang apa aja, tapi
gak juga cuma lo ambilin air putih doang kand dek? Apa lo gak sanggup beli teh
atau sirup gitu?” cibir kakak pemuda itu.
“Cerewet loh kak, enak aja lo
bilang gue gak sanggup beli the sama sirup.”
“Buktinya lo cuma ngasih gue air
putih doang itu tandanya lo gak sanggup beli, wlek.” Ledek kakak pemuda itu.
Pemuda itu hanya bisa menghembuskan nafasnya mendengar ledekan kakaknya.
“Kak Billa ngapain sih ke
apartement aku, tumben?” tanya adik dari Billa, karena pasalnya Billa memang
jarang berkunjung ke apartement milik adiknya ini. Bukannya menjawab, Billa
mulai melepaskan alas kakinya dan menselonjorkan kakinya kemudian mulai
merebahkan badannya di sofa milik adinya. Pemuda itu hanya bisa menghembuskan
nafas kasar melihat tingkah laku kakaknya.
“Lo masih nyimpen foto ini dek?”
bukannya menjawab pertanyaan adiknya, justru Billa bertanya balik ke adiknya
dengan menunjukkan foto yang sebelumnya sedang dipegang pemuda itu sebelum
Billa datang ke apartementnya. Pemuda itu mengangguk menanggapi pertanyaan
kakaknya. Meski gerakannya tidak dilihat Billa, namun Billa bisa menyimpulkan
bahwa adiknya merindukan sahabat kecilnya dan gadis kecil yang berada di foto
itu. “Masih suka dengan gadis kecil ini? Kalian kand gak pernah ketemu lagi?
Mungkin saja dia sudah melupakanmu dek.”
“Gue gak tau kak, gak tau kenapa
gue gak bisa ngelupain dia. Lo bener gue aja gak pernah ketemu dengannya, dan
siapa tau aja Dinda juga dah lupa sama gue.” Terlihat sekali kesenduan di
wajahnya ketika mengingat gadis kecil yang bernama Dinda itu.
Melihat adiknya yang sepertinya
sangat memendam rindu kepada Dinda, Billa mengelus punggung adiknya mencoba
untuk memberikan kekuatan. “Kalo kalian jodoh pasti akan bertemu.” Billa
memberikan motivasi kepada adiknya. Dan pemuda itu mengangguk mengiyakan
perkataan kakaknya.
Di waktu yang berbeda tepatnya di
kediaman Anggara tengah sibuk mempersiapkan tamu dari Bandung yang akan
berkunjung selama 3 hari di rumahnya. Michelle yang dibantu oleh Bi Surti sibuk
memasak di dapur, dan Anggara telah ijin untuk pulang awal dari kantornya.
Anggara sibuk membersihkan 3 kamar tamu yang akan ditempati oleh sahabatnya
nanti, meski ada beberapa pembantu yang diperkerjakannya di kediamannya. Akan
tetapi, ia lebih senang bila turun tangan langsung mempersiapkan kedatangan
sahabat lamanya.
“Pak, bersihkan kamar mandinya
dengan betul-betul yah, saya gak mau bila ada kotoran yang menyebabkan Syarief
dan keluarganya merasa tak nyaman berada di rumah ini.” Perintah Anggara kepada
beberapa pegawai yang dimintanya untuk membereskan kamar yang akan ditempati oleh
keluarga Syarief.
“Siap pak.”
“Terima kasih yah pak Pardi, kalu
begitu saya tinggal keluar. Saya serahkan tugas ini ke bapak.”
“Baik pak,” jawab pak Pardi
selaku pimpinan pekerja laki-laki di kediamanan Anggara. Anggara melangkahkan
kakinya keluar dari kamar tamu menuju keberadaan sang istri.
Wanita yang sudah mulai menua itu
tengah berkutat dengan alat-alat penggorengan, ia terlihat sangat antusias
mempersiapkan menu makan malam keluarganya bersama sahabat lama suaminya.
Sesekali ia mengusap peluh yang membasahi wajahnya. Laki-laki yang tak kalah
akan menua bersama wanita itu tersenyum melihat gerak-gerik yang dilakukan
istrinya. Hingga suara pembantu wanitanya menegur tuannya, “Tuan lagi asyik
memandangi nyonya yah?” goda bik Surti.
“Iya bik, Michelle semakin cantik
bila sudah serius memasak.”
“Nyonya meski sudah memiliki tiga
anak, nyonya tetap secantik dulu tuan.” Pujian datang dari Bik Surti untuk
Istrinya. Bik Surti merupakan pembantu rumah tangga yang sudah lama mengabdi di
kediaman Anggara semenjak Anggara dan Michelle 1 bulan menikah. Oleh sebab itu,
Bi Surti sangat tau bagaimana kondisi keluarga ini. “Kalau begitu bibik pergi
kesanan dulu ya tuan.” Ijin bik Surti yang berniat untuk mengambil jemuran
sebab cuaca mendung yang menyelimuti kota ini. Anggara menganggukan kepalanya,
dan mulai berjalan menuju istrinya.
Sebuah lengan telah melingkar
manis di tempatnya, membuat sang empunya merasa kaget. Michelle menolehkan
kepalanya melihat lengan siapa yang berani-beraninya mengganggu konsentrasi
memasaknya. Beberapa detik kemudian, ia tersenyum ketika mengetahui bahwa itu
lengan milik suaminya.
“Serius amat sih sayang
masaknya.” Ucap Anggara yang kini tengah menyandarkan kepalanya di bahu sang
istri. “Sampai-sampai keringetnya banyak banget, awas jatuh loh yah, bisa-bisa
masakan kamu rasa asem loh yah.” Goda Anggara. Michelle langsung mengerucutkan
bibirnya mendengar ledekan dari suaminya. “Jangan dimaju-majuin mau dicium
disini?” goda Anggara lagi.
Michelle langsung menutup
mulutnya menggunakan tangan kirinya, dan mulai mengeluarkan suaranya. “Mas sih
godain mulu, gak selesai-selesai nanti masaknya.”
“Kamu masak apa sih sayang kog
ribet amat?”
“Masak-masakan kesukaan anak-anak
dan tadi aku sempet buat kue blackforest sama pudding coklat, mudah-mudahan
keluarga Prilly suka yah sama masakan aku.”
“Pasti suka dong, kand istri aku
kalau masak enak banget.” Jawab Anggara yang masih nyaman memeluk istrinya dari
belakang. Namun beberapa menit kemudian, ada yang mengganggu keduanya. Siapa
lagi kalau bukan putra dan putri kesayangan mereka.
“Ekhemmmmmm…….” Deheman berasal
dari ketiga anaknya.
“Ayah… kog pacaran di rumah sih?”
Protes putri kesayangan keluarga itu.
“Ayah bunda kalau pacaran gak
usah di dapur juga, gak tau apa yang liat nanti baper. Apalagi kalian itu
pasangan teromantis di rumah ini.” Ucap Kendy.
“Hahahahaha……..” tawa Anggara
pecah melihat tampang putra dan putrinya yang jengah akibat ulahnya. Keysha dan
kedua kakaknya mengerutkan dahinya setelah mengetahui respon yang diberikan
ayahnya. Begitupula Michelle yang ikut-ikutan heran melihat suaminya, “apa
mas Anggara sehat?” kata itu muncul dibenak Michelle.
“Ayah gak apa-apa kand? Kog
ketawanya keras amat?” heran Kyan terhadap ayahnya. Anggara langsung memegang
perutnya yang merasa sakit akibat terlalu kencang tertawanya.
“Maaf deh, jika ayah tadi
umbar-umbar kemesraan di depan anak-anak ayah. Apalagi anak-anak ayah belum
pada pacaran. hahahaha.” Ledek Anggara kepada ketiga buah hatinya. Sontak saja
ketiga anak itu langsung mengerucutkan dan mengekspresikan kekesalan kepada
ayahnya. Dan lagi-lagi Anggara semakin mengencangkan tawaanya. Melihat keempat
sumber kebahagiaannya, Michelle juga tidak tega sebab ketiga anaknya yang
dilanda rasa kesal terhadap ayahnya yang meledek serta menertawakannya.
“Sudah-sudah, kalian ganti baju
dulu yah. Setelah itu Keysha bantu bunda di sini, trus Kyan sama Kendy bantu
beres-beres rumah yang tadi belum sempat dibereskan. Karena kita akan menyambut
sahabat ayah sama bunda dengan baik. Jadi bunda harap kalian bisa bantu.” Ketiga
anaknya langsung mematuhi apa yang diperintahkan oleh Michelle. Dan mereka
beranjak ke kamar masing-masing. Dan kini Michelle berganti menatap suaminya.
Anggara yang merasa di tatap istrinya hanya bisa bertanya dengan sorot matanya.
“Kamu ini mas, bisanya godain
mereka aja.”
“Gak apa-apa itu kebahagiaan
tersendiri bagiku, melihat mereka yang semakin tumbuh dan berkembang dewasa.”



0 komentar:
Posting Komentar