Kamis, 25 Januari 2018

My Husband is My Teacher and CEO part 2





Bagas Pov.

Mataku memanas melihat pemandangan dan sekaligus sedikit obrolan yang dibicarakan oleh anak-anak disini. Yah, aku saat ini telah berada di kantin. Saat aku memasuki kantin ini sekilas aku mendengar beberapa obrolan dari para siswa siswi disini.
“Eh lihat deh itu bukannya itu cowok baru dikelas kita yah. Trus ia mau nyamperin siapa tuh kog kearah anak pemilik sekolah sih?”
“Eh-eh wah dia nyium si Keysha tuh?”
Mendengar itu aku lalu mengalihkan pandanganku mencari sosok yang aku maksud tadi. Sehingga aku menemukan Keysha yang sedang dicium oleh seorang siswa laki-laki dan menekankan kata sayang. “Apa Keysha sudah punya pacar dan itu kekasihnya?” pertanyaan itu berkecamuk di pikiranku.
“Kendy…” panggil salah satu siswa yang ada disini. Oh jadi namanya Kendy, laki-laki yang mencium Keysha tadi. “Siapa tadi Ken?”
“Cewek gue.” Ucap Kendy dengan santainya.
“Jadi elo pacaran dengan anak pemilik sekolah ini? Wah hebat yah udah berapa lama?”
“Hmmmhmm. 1 tahunlah sejak gue di Korea.” Satu tahun? Jadi Keysha udah punya pacar sekitar satu tahun dan pacarnya itu dari Korea. Aku semakin bingung dengan apa yang akan aku lakukan. Sehingga tanpa sadar ada seseorang yang mengagetkanku.
“Pak Bagas? Kenapa berdiri disini pak?” Suara ini, aku mengenalnya. Saat kutolehkan kepalaku ternyata Keysha yang menegurku. Kemana teman-temannya kog tiggal Keysha sendiri.
“Eh, gak apa-apa, tadi niatnya mau makan tapi gak jadi. Kamu mau kemana? Balik ke kelas?” Keysha mengganggukkan kepalanya. “Bagaimana kalau kita bareng aja?” aku menawarkan.
“Boleh pak, daripada balik sendiri gak ada yang diajak ngobrol.” Keysha menyunggingkan senyumnya. Manis. “Bapak usia berapa sih? Kog terlihat masih muda tapi sudah jadi guru?”
“21 tepatnya.” Jelasku kepadanya, aku sedikit mengulum senyumku ketika Keysha memperlihatkan ketidakpercayaannya.
“Seriusan pak?” bahkan sekarang Keysha menghentikan langkahnya dan menatapku dengan mimik wajah yang serius. Aku hanya menyunggingkan senyumku dan mengganggukkan kepalaku. “Wah hebat, bapak tau gak sih, aku tuh pingin loh masih muda udah jadi guru. Pingin ngembangkan sekolah ini menjadi sekolah yang besar banget dengan kemampuan aku. Aku gak mau ada yang mengganggapku hanya sebagai putri dari pemilik sekolah yang bisanya cuman hura-hura saja.” Antusias sekali gadis ini menceritakan tentang keinginannya. Hingga tanpa sadar Keysha hampir saja terjatuh akibat ia berjalan mundur dan tali sepatunya yang terlepas terinjak oleh dirinya sendiri. Aku segera menangkapnya, sehingga tanganku memegang pinggulnya dan tangannya berpegangan di kedua lenganku. Setelah tenang aku membantunya untuk ke posisi semulai dan mulai melepaskannya.
“Kamu gak apa-apa Key?”
“Gak apa-apa pak, terima kasih telah menolong saya.” Aku melihat semburat merah dipipinya. Sepertinya ia malu, dan itu menambah cantik parasnya. “Saya ke kelas dulu pak.” Ia berlari menjauhiku menuju kelasnya. Aku mengulum senyumku. Menggemaskan.

Bagas End Pov.

“Kamu kenapa Key kog lari-lari?” tegur Ashila yang tak sengaja ditabrak oleh Keysha. Keysha tadi buru-buru menuju kelasnya karena incident yang baru saja terjadi. Sehingga Keysha tak melihat bahwa Ashila dan sehabatnya masih bediri di depan kelas. Keysha hanya memamerkan gigi putihnya dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. “Ih-ih ada yang aneh nih? Kog tuh muka merah amat buk, baru pake blush on yah?” Goda Ashila.
“Gak kog.” Keysha mengelak akan godaan Ashila. Keysha menutupi pipinya dengan kedua tangannya dan ia langsung berjalan cepat menuju bangkunya dan menyembunyikan rona wajahnya sambil menelungkupkan kepalanya di atas meja.
“Dia malu. Tapi kenapa? Gak biasanya dia seperti ini?” heran Dea melihat tingkah Keysha. “Kalian harus intograsi Keysha. Kita balik ke kelas dulu. Nanti sepulang sekolah kita kumpul ditempat biasanya. Ajak Keysha juga. Kita butuh penjelasan dari dia.” Titah Dea kepada Ashila dan Raka. Ashila dan Raka hanya menganggukkan kepalanya, mereka tak berani membantah Dea. Mereka berlima meninggalkan tempat tadi dan menuju kelasnya masing-masing.
“Kenapa sih?” tegur Raka saat ia mendaratkan pantatnya di kursi kebesarannya.
“Iya nanti aja gue ceritaain. Tuh gurunya dah dateng.” Pelajaran pun dimulai dengan lancar dan semua anaknya mendengarkan penjelasan guru dengan seksama.
Dilain tempat tepatnya di ruang kebesaran Bagas. Bagas masih mengulum senyumnya mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Saat ia merengkuh tubuh mingil Keysha yang hampir saja terjatuh. Ia memutuskan untuk mencari tau tentang apa hubungan Keysha dengan Kendy. Seperti ada hal aneh yang diantara mereka. Jika Kendy dan Keysha berpacaran otomatis wajah Keysha akan terlihat berbinar saat Kendy memberikan ciuman di pipinya. Namun, yang terlihat seperti seorang kakak yang menyayangi adeknya. Bagas berniat menuju ruang administrasi untuk mencari tau apa yang sebenarnya.
Disinilah Bagas terdampar di ruang administrasi yang banyak dengan data siswa. Bagas mencari berkas atas nama Keysha diantara data siswa kelas XI dan ia menemukannya. Dari data tersebut dijelaskan bahwa Keysha memiliki 2 orang kakak seperti yang diceritakan oleh papanya dan nama kakak yang sama juga sekolah disini bernama Kendy Marcello Anggara. Setelah memperoleh data Keysha, kini Bagas beralih mencari data kakaknya. Setelah menemukan data Kendy, bagas terbelalak bahwa laki-laki yang mencium gadisnya. What gadisnya, sejak kapan ia melebeli Keysha sebagai gadisnya? Bagas mengetahui bahwa Kendy merupakan kakak dari Keysha.

Di ruang keluarga rumah Anggara.

“Gimana sayang sekolah kamu?” belaian bunda Michella di rambut Kendy yang tidur dipangkuannya. Kendy bukannya menjawab malah memejamkan matanya merasakan nyaman akan belaian sang bunda. “Ck. Ditanya kog malah tidur nak.” Bundak mencibikkan bibirnya. Tapi Michella tetap membelai rambut anaknya.
“Kakak.. kak Kendy?” teriak Keysha memasuki rumahnya. Bahkan ia lupa untuk mengucapkan salam terlebih dahulu. Keysha masih marah dengan tingkah aneh kakaknya di sekolah tadi. Keysha tau pasti ia akan mendapat teguran dari bundanya kerena masuk rumah tanpa salam dan teriak-teriak memanggil nama kakaknya. Kendy bahkan tak terusik sama sekali dengan suara Keysha, ia malah merapatkan dirinya dipangkuan bundanya.
“Adek,, kog teriak-teriak sih. Gak pake salam juga. Ayah Bunda Assalamu’alaikum, Kyan pulang.” Tegur Kyan yang saat tadi mendengar teriakan dari Keysha. Kyan dan Keysha pulang bersama, setelah Keysha minta dijemput di rumah Dea. Keysha menajamkan penglihatannya kepada Kyan yang menegurnya dan semakin menggembungkan pipinya tanda bahwa ia tak suka. Kyan hanya tersenyum kecil dan segera menarik tangan Keysha menuju tempat bunda dan Ayahnya di ruang keluarga.
“Wa’alaikumussalam, ada apa sih anak bunda kog teriak-teriak masuk rumahnya?” jawab bunda.
Bukannya menjawab pertanyaan bunda, Keysha mengalihkan pandangan sekaligus melepaskan tangan yang dipegang Kyan dan menuju Bundanya serta Kendy yang sedang nyaman tidur dipangkungan bunda. Kemudian Keysha menarik tangan bundanya untuk diciumnya, “Kak Kendy bangun… Key butuh penjelasan. Titik!” Keysha menggoyang-goyangkan tubuh Kendy, meski Keysha sangat kuat namun Kendy masih saja tidak merubah posisinya. Kemudian Keysha mendudukkan dirinya disebelah ayahnya dan tetap berusaha membangunkan Kendy, “Kak Kendy bangun ih…”
Ayah yang sedari tadi sibuk membaca Koran, kini terusik dengan keributan yang ditimbulkan oleh putrinya. “Sudah Keysha dan Kyan ke kamar dulu ya? Ganti baju lalu kesini lagi, baru nanti dibicarakan lagi apa yang kalian ributkan.” Lerai Anggara kepada anaknya.
“Tapi, Ayah sama Bunda harus jagain kak Kendy. Kak Kendy gak boleh pergi dari sini sebelum Keysha sama kak Kyan balik kesini lagi.” Titah Keysha. Anggara dan Michella hanya bisa menganggukan kepalanya dan member tanda hormat kepada putrinya. Setelah itu Keysha menarik tangan kak Kyan untuk menuju lantai 2 dimana kamar mereka berada.
“Pelan-pelan dek.” Kyan yang sedari tadi hanya mendengarkan, karena yang tak siap ditarik oleh adiknya maka hanya bisa mengikuti kemana adiknya itu menariknya.
“Kendy! Apa yang terjadi antara kamu dan Keysha? Kenapa dia terlihat marah sekali denganmu?” tegur Anggara karena sedari tadi ia tau bahwa Kendy tidaklah tidur. Kendy hanya menghindari amukan dari Keysha.
“Jawab apa yang ditanyakan ayahmu kepadamu Kendy?” Michella ikut bertanya kepada Kendy. Kendy tidak berniat menjawab kedua pertanyaan itu. Ia malah semakin memejamkan matanya. Toh kalau dijelaskan sekarang, Kendy akan mengulanginya lagi ketika Keysha mengintograsinya nanti. Jadi lebih baik sekalian aja nanti jawabnya. “Ini anak kalo ditanya.” Michella hanya menghembuskan nafas kasar melihat tingkah laku anaknya.
Kyan telah usai membersihkan dirinya. Ia mengenakan celana pendek selutut dan kaos bewarna merah. Kyan mengambil tempat duduk di sebalah ayahnya. Kesyha menuruni anak tangga dan menuju ke ruang keluarga dengan memakai piyamanya karena ia berniat untuk tidur setelah mendengarkan penjelasan dari Kendy. Dan Keysha memilih tempat duduk di samping Kendy.
“Kak Kendy bangun, atau bunda aku suruh berdiri biar kak Kendy jatoh.” Pukul Keysha di kaki Kendy agar ia bisa duduk disebelahnya. Karena gak ada pergerakan dari Kendy maka Keysha memutuskan untuk menarik tangan Kendy. Dengan susah payah akhirnya Kendy bangun juga dari pura-pura tidurnya.
“Apasih dek?” dengan wajah khas baru tidur yang dibuatnya agar keluarganya tidak mengetahui bahwa sejak tadi ia hanya berpura-pura untuk menghindari amukan dari adik kesayangannya. Dengan kesal, Keysha menghempaskan tubuhnya kasar di antara Ayah dan Kyan. Karena tadi niatnya ia akan duduk disebelah Kendy tapi tidak dilakukannya karena Kendy tak bangun-bangun.
“Loh, bukannya tadi mau duduk di samping Kendy ya?” tanya Anggara, karena ia merasa kesakitan di bagian lututnya sebab tanpa aba-aba Keysha langsung menghempaskan badannya. Akhirnya Anggara dan Kyan memberikan posisi ternyaman untuk gadis kesayangannya ini.
“Males.” Singkat Keysha. Ia mengambil nafas kemudian mengeluarkan segala pertanyaannya yang berkecamuk difikirannya. “Kak Kendy jelasin ke Keysha, maksudnya apa kak Kendy pingin aku jadi pacar pura-pura kakak? Dengan seenak jidat juga langsung cium-cium pipi aku, iya kalo sepi lah ini dikantin kak? Kand aku malu jadinya? Meskipun kakak adalah kakak kandung aku, dan itu sah-sah aja. Tapi gak seenak kakak dong. Kakak gak tau apa tatapan membunuh yang ditujukan ke aku dari fans kakak yang sudah mulai menjamur meski kakak belum satu hari di sekolah. huuuuhhhh” protes Keysha dengan satu kali tarikan nafas. Dan mengacak rambutnya kasar.
Anggara, Michella dan Kyan menempatkan menjadi pendengar yang baik. Mereka tidak mau ikut campur dengan urusan kakak beradik ini. Kendy mulai mencoba menjelaskan agar ia tidak mendapatkan tatapan maut yang seakan-akan membunuhnya dari ketiga orang dewasa ini. “Oke Kendy jelasin, Kakak mau minta tolong aja ke kamu dek, karena tadi saat kakak masuk kelas setelah mengantar kamu. Amu tau tatapan dari para gadis disana seperti akan memakanku hidup-hidup. Dan apalagi bila kalau mereka tau bahwa aku belum memiliki kekasih pasti mereka akan mengganggu hidupku. Aku juga tidak menjelaskan bahwa aku anak dari Anggara, dan aku mau bahwa mereka berteman denganku karena kepribadianku bukan karena aku anak dari pemilik sekolah. Dan maafin kakak kalo tadi membuat kamu merasa tak nyaman. Maafin kakak yah dek?” Kendy memohon dengan menangkupkan kedua tangannya. Keysha hanya mengangguk tanda ia memaafkan kakaknya.
“Lah gini kand enak dilihatnya. Kedua adek kakak gak berantem lagi.” Ucap Kyan sambil mengacak kedua rambut adeknya. Kendy dan Keysha hanya menghembuskan nafasnya dengan merapikan kembali rambutnya yang telah diacak-acak oleh kakak mereka.

Pagi harinya.

“Nyonya, rumah rame ya nyah, semenjak den Kendy kembali ke rumah ini.” Tanya bi Surti pembantu di rumah Anggara. Bi Surti sudah 20 tahun bekerja di rumah Anggara.
“Iya bi, saya juga senang akhirnya bisa berkumpul lagi setelah 7 tahun yang lalu Kendy diminta papa untuk tinggal bersama di Korea.”
“Iya nyah, non Key juga semakin sering tersenyum meski sering saling bertengkar. Ada saja yang mereka ributkan.”
“Itu karena mereka belum bisa saling mengalah bi. Kalau Kyan sama Ayah bila Key ingin sesuatu pasti langsung dikabulkan, dan mereka lebih memilih tidak berdebat dengan Keysha. Sedangkan Kendy akan lebih senang jika melihat adiknya mengamuk terlebih dulu, daripada langsung menuruti permintaan Keysha.” Michella melanjutkan menyiapkan sarapan di meja makan dan membuatkan susu kesukaan anak-anaknya serta kopi untuk suaminya. Sedangkan bi Surti tersenyum bila mengingat kelakuan anak-anak dari majikannya. Hingga terdengar suara langkah sepatu yang bergesekan dengan lantai.
Tap
Tap
Tap
“Pagi bunda….” Cium pipi kanan dan kiri dari Keysha.
“Pagi bundaku tersayang..” dilanjutkan oleh Kyan dan mengambil langsung duduk di kursinya.
“Pagi bunda, bi Surti yang semakin hari makin muda aja.” Goda Kendy dan mencium pipi bundanya.
“Ah aden bisa aja.” Jawab bi Surti malu-malu.
Keysha menoleh ke kanan dan ke kiri mencari dimana ayahnya berada. Sedari tadi disaat ia turun dari lantai 2 bersama dengan kedua kakaknya. Ia tak menemukan sosok ayahnya. Biasanya ayahnya sudah duduk di kursinya dan menunggu ketiga putranya. “Ayah dimana bud?” tanya Keysha kepada bundanya. Michella juga celinguk kesana kemari mencari sosok suaminya. “Bunda juga gak tau dimana ayah?” tanya Keysha lagi. Michella hanya menggelengkan kepalanya. “Tumben ayah jam segini belum di meja makan?” tambah Keysha lagi sambil menengok jam yang melingkar manis ditangan kirinya.
“Ayah disini sayang.” Teriak Anggara yang berjalan menuju ruang makan sambil membawa tas kerjanya dan jas kantornya. Terlihat gagah dan berwibawa, dan tidak siapa sangka bahwa ia telah memiliki 3 anak. Karena Anggara bila disejajarkan dengan kedua putranya ia masih pantas dikatakan sebagai saudara bukan ayah dari mereka.
“Ayah darimana kog tumben?” yang ini bukan Keysha yang tanya namun Kendy karena sedari tadi ia juga mencari sosok ayahnya.
“Ayah habis menerima telpon dari sahabat ayah yang ada di Bandung. Mereka mau berkunjung kesini dan menginap selama 3 hari.” Jelas ayahnya kepada keluarga tercintanya.
“Siapa yah, yang kamu maksud?” tanya Michella.
“Syarief dan Prilly juga dengan kedua anaknya. Ayah harap nanti kalian langsung pulang jangan mampir ke lain tempat. Ayah akan mengenalkan sahabat ayah dan bunda. Kalian bisa?” tanya Anggara kepada ketiga anaknya. Keysha, Kyan dan Kendy mengangguk patuh akan perintah ayahnya.
“Ya baik pak, kalau gitu Kyan pamit berangkat dulu yah pah? Ada meeting mendadak soalnya. Kyan berdiri dari kursi makannya dan menuju sang bunda, Kyan meraih tangan bunda dan menciumnya serta ayahnya. “Assalamu’alaikum….” Kemudian Kyan berlenggang pergi keluar rumah.
“Adek juga pamit ya bun yah? Soalnya ada ulangan pagi ini, jadi adek gak mau kalau telat.” Pamit Keysha kepada Anggara dan Michella.
“Aku juga, dek, kakak bareng kamu yah? Soalnya kakak risih dideketin cewek-cewek yang disekolah. Yah..yah… “ mohon Kendy. Keysha hanya bisa mengangguk setuju. Lalu Kendy mengulurkan tangannya pertanda meminta kunci mobil milik adeknya.
“Kita berangkat Ayah Bunda, Assalamu’alaikum…” mengecup tangan Anggara dan Michella. Kedua paruh baya ini tersenyum bangga dengan sikap putra putrinya.
“Semoga rencana yang sudah sejak lama ini bisa berjalan dengan baik.” Michella mengangguk menjetujui.

Kantor Kyan
“Selamat pagi pak Kyan, meeting akan dilakukan 30 menit mendatang.”
“Oke persiapkan semuanya, aku keruanganku dulu. Panggil aku lagi 10 menit sebelum dimulai.”
“Baik pak.” Ucap sekertaris Kyan.
10 menit kemudian.
Kyan tengah menatap bingkai foto berlukiskan keluarganya. Anggara, Michella, Kyan dan kedua adiknya. Kyan mengukir senyum dipipinya, terlihat semakin tampan dan dewasa. Kyan merasa bersyukur telah dilahirkan dikeluarga yang sangat menyayanginya. Memiliki orang tua yang sangat mencintainya serta dua adik yang selalu menurut akan perkataannya.
Tok.tok.tok suara ketukan pintu di ruang kebesaran Kyan.
“Masuk.”
“Permisi pak. Meeting akan dilakukan 10 menit lagi.”
“Oke aku akan kesana. Terima kasih.” Ucap Kyan. Dan sekretarisnya mengangguk. Kyan segera beranjak menuju ruang rapat. Dia tak mau membuat kliennya menunggu akan kedatangan dirinya. Karena Kyan bukanlah tipikal orang yang akan membuat kliennya menunggu namun ia akan dengan senang hati menyambut kedatangan klien yang akan bekerja sama dengannya.
Kyan duduk di kuris kebesarannya sebagai direktur utama di salah satu perusahaan yang dimiliki oleh ayahnya. Kyan merapikan dirinya untuk menyambut CEO dari perusahaan Syarief Crop. Dan akhirnya orang yang ditunggu Kyan datang memasuki ruang rapat.
“Assalamu’alaikum pak Kyan, klien yang bapak tunggu sudah datang.” Ucap sekertaris Kyan dan mempersilahkan klien bosnya untuk masuk ruangan. “Silahkan pak… permisi pak Kyan saya tinggal dulu dan nanti saya akan meminta OB untuk mengantarkan minuman kesini.”
“Iya terima kasih.” Jawab Kyan untuk sekertarisnya. Kemudian ia mengalihkan pandangannya menuju klien yang barusan datang. Dan menyambut kliennya dengan hangat, “silahkan duduk pak Bagas.” Bagas menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju tempat yang dipersilahkan oleh Kyan. Kemudian mereka berdua larut dengan saling mempresentasikan data-data yang telah mereka persiapkan. “Terima kasih pak, telah bersedia bekerja sama dengan perusahaan kami.”
“Iya pak Kyan sama-sama, saya juga merasa senang bisa bekerja sama dengan Anggara corp. Untuk saling mengenal, bagaimana jika kita makan siang bersama pak? Ini jika kalau anda setuju.” Tawar Bagas kepada Kyan karena ia menganggap bahwa selain sebagai rekan kerjasama, bisa jadi sebagai sahabat. Karena usia mereka yang tergolong sama.
Kyan menyambut tawaran Bagas dengan senang hati, “Iya pak, lagi pula saya juga sedang tidak ada urusan lagi dikantor, dan nanti skalian saya juga mau jemput adik saya.” Kyan merapikan berkas-berkas di meja meetingnya dan segera beranjak untuk keluar dan menuju ke ruang kebesarannya. “Bagaimana kalau pak Bagas ikut saya ke ruangan saya terlebih dahulu?” tawar Kyan.
“Boleh juga.” Bagas mengangguk setuju. Dan mengikuti langkah kaki Kyan menuju ruangan milik Kyan. Setelah beberes dan merapikan ruang kerjanya, Kyan diikuti Bagas segera menuju ke parkiran untuk mengambil mobil mereka. Dan menuju ke tempat tujuan yang sudah direncanakan.
15 menit perjalanan menuju café yang dituju dan mereka bergegas keluar dari mobil masing-masing. Banyak mata yang memandang mereka dengan kagum dan terpesona. Bagaimana tidak? Kyan menggunakan setelan jas bewarna hitam menambah kadar katempanannya. Sedangkan Bagas menggunakan setelah jas warnah merah maroon, namun jas itu telah dilepaskan dan hanya menggunakan kemeja bewarna sama dengan lengan yang sudah ditarik sampai ke siku. Mereka menuju kedalam café banyak kamu hawa yang menatap mereka seakan-akan ingin memakannya hidup-hidup.
Mereka memilih duduk yang dekat dengan jendela, karena akan lebih tenang sebab bisa melihat suasana kota. “Mbak,” panggil Bagas kepada salah satu pelayan untuk memesan makanan. Sedangkan Kyan sibuk dengan telpnnya. “Pesan mie goreng ayamnya 1 mbak sama jus melonnya 1.” Kemudian Bagas menoleh ke Kyan dan menawarkan, “Pak Kyan mau pesan apa?” Kyan yang merasa terpanggil langsung menoleh kearah Bagas.
“Samain aja seperti anda.” Jawab Kyan dan ia kembali berkutat dengan ponselnya. Setelah dirasa tidak ada yang menarik dengan ponselnya. Kyan meletakkannya di atas meja dan mulai mengeluarkan suaranya. “Pak Bagas, bila kita sudah diluar kantor lebih baik kita saling memanggil dengan menggunakan nama saja. Tanpa ada kata “pak”. Bagaimana menurut anda?” usul Kyan.
“Wah itu ide yang bagus, pak Kyan.. eh Kyan. Jadi kita bisa berteman lagi pula saya juga belum punya sahabat disini. Bagaimana kalau saya menganggap kamu sebagai sahabat saya? Apa boleh?” tanya Bagas dengan hati-hati.
“Tentu saja boleh, saya malah dengan senang hati menerima tawaran yang kamu berikan. Dan bagaimana jika panggilan kita rubah dengan lo-gue biar gak terlalu formal.” Bagas mengangguk setuju atas usulan yang diberika Kyan.
“Oh ya kalau boleh saya tau, lo tadi udah gak ada kerjaan lagi, dan katanya mau jemput seseorang itu siapa?”
“Dia adik gue, jadi ayah sama bunda minta kalau kita gak boleh pulang telat sebab ada teman ayah sama bunda yang mau main di rumah. Makanya aku berniat menjemput kedua adikku.”
“Kalau boleh tau sekolah dimana adik lo?”
“Di Anggara High School, kenapa ada saudara lo yang sekolah disana?” Bagas menggelengkan kepalanya. Dan Kyan melanjutkan ucapannya ketika mengetahui reaksi yang diberikan Bagas, “Oh kirain ada, siapa tau kenal sama kedua adik gue. Hehehe.”
“Gue gak punya saudara disini, keluarga gue semuanya ada di Bandung.” Sambil menikmati makan siang mereka gunakan dengan mengobrol. Dan setelah makan siang, mereka memutuskan untuk kembali dengan aktivitas masing-masing. Bagas kembali ke sekolah untuk mengajar, dan Kyan akan menuju ke sekolah milik keluarganya dimana terdapat dua adiknya yang bersekolah disana. Hingga tanpa mereka sadari, mereka menuju ke tempat tujuan yang sama.
***
Belahan bumi yang lainnya telah menampilkan sosok pemuda tampan yang telah menatap foto gadis kecil bersama dengan dua anak laki-laki. Langit malam menampilkan kilauan-kilauan bintang dan jalanan yang terang benderang. Menemani pemuda ini untuk mengagumi sosok gadis kecil di fotonya. Sebuah foto yang menampilkan dua anak laki-laki berseragam sekolah dasar dan anak perempuan yang masih sekolah di Taman Kanak-kanak. Gadis kecil itu cemberut dengan gemasnya, sedangkan dua anak laki-laki itu sedang mencium pipi kanan dan kirinya.
“Aku merindukanmu Dinda, apa kita bisa bertemu kembali?” guman pemuda itu. Sebuah ketukan pintu di apartementnya membuat ia harus meletakkan bingkai foto yang sedari tadi tak lepas dari tatapannya. Dan ia segera menuju ke sumber suara yang mengganggunya. Ia membukakan pintu dan menampilkan sosok perempuan muda yang langsung melenggang masuk setelah pintu terbuka. Pemuda itu hanya bisa menghela nafas kasar melihat tingkah laku seseorang yang mendatanginya. Ia menutup pintu apartementnya dan menyusul masuk ke dalam.
“Ish.. gak sopan lo kak.” Protes pemuda itu.
“Gak usah protes, ambilin gue minum!” titah gadis itu. Tidak mencoba untuk mendebat kakaknya, pemuda itu langsung berlenggang pergi ke dapur mengambilkan minum yang diminta kakaknya.
“Mau minum apa kak?” teriak pemuda itu yang masih berada di dapur.
“Apa aja boleh deh, buruan gue haus nih?”
“Nih, air putih aja yah, tadi katanya apa aja.” Pemuda itu menyerahkan segelas air putih untuk kakaknya. Dan ikut duduk di sebalah sang kakak.
“Meski gue bilang apa aja, tapi gak juga cuma lo ambilin air putih doang kand dek? Apa lo gak sanggup beli teh atau sirup gitu?” cibir kakak pemuda itu.
“Cerewet loh kak, enak aja lo bilang gue gak sanggup beli the sama sirup.”
“Buktinya lo cuma ngasih gue air putih doang itu tandanya lo gak sanggup beli, wlek.” Ledek kakak pemuda itu. Pemuda itu hanya bisa menghembuskan nafasnya mendengar ledekan kakaknya.
“Kak Billa ngapain sih ke apartement aku, tumben?” tanya adik dari Billa, karena pasalnya Billa memang jarang berkunjung ke apartement milik adiknya ini. Bukannya menjawab, Billa mulai melepaskan alas kakinya dan menselonjorkan kakinya kemudian mulai merebahkan badannya di sofa milik adinya. Pemuda itu hanya bisa menghembuskan nafas kasar melihat tingkah laku kakaknya.
“Lo masih nyimpen foto ini dek?” bukannya menjawab pertanyaan adiknya, justru Billa bertanya balik ke adiknya dengan menunjukkan foto yang sebelumnya sedang dipegang pemuda itu sebelum Billa datang ke apartementnya. Pemuda itu mengangguk menanggapi pertanyaan kakaknya. Meski gerakannya tidak dilihat Billa, namun Billa bisa menyimpulkan bahwa adiknya merindukan sahabat kecilnya dan gadis kecil yang berada di foto itu. “Masih suka dengan gadis kecil ini? Kalian kand gak pernah ketemu lagi? Mungkin saja dia sudah melupakanmu dek.”
“Gue gak tau kak, gak tau kenapa gue gak bisa ngelupain dia. Lo bener gue aja gak pernah ketemu dengannya, dan siapa tau aja Dinda juga dah lupa sama gue.” Terlihat sekali kesenduan di wajahnya ketika mengingat gadis kecil yang bernama Dinda itu.
Melihat adiknya yang sepertinya sangat memendam rindu kepada Dinda, Billa mengelus punggung adiknya mencoba untuk memberikan kekuatan. “Kalo kalian jodoh pasti akan bertemu.” Billa memberikan motivasi kepada adiknya. Dan pemuda itu mengangguk mengiyakan perkataan kakaknya.

Di waktu yang berbeda tepatnya di kediaman Anggara tengah sibuk mempersiapkan tamu dari Bandung yang akan berkunjung selama 3 hari di rumahnya. Michelle yang dibantu oleh Bi Surti sibuk memasak di dapur, dan Anggara telah ijin untuk pulang awal dari kantornya. Anggara sibuk membersihkan 3 kamar tamu yang akan ditempati oleh sahabatnya nanti, meski ada beberapa pembantu yang diperkerjakannya di kediamannya. Akan tetapi, ia lebih senang bila turun tangan langsung mempersiapkan kedatangan sahabat lamanya.
“Pak, bersihkan kamar mandinya dengan betul-betul yah, saya gak mau bila ada kotoran yang menyebabkan Syarief dan keluarganya merasa tak nyaman berada di rumah ini.” Perintah Anggara kepada beberapa pegawai yang dimintanya untuk membereskan kamar yang akan ditempati oleh keluarga Syarief.
“Siap pak.”
“Terima kasih yah pak Pardi, kalu begitu saya tinggal keluar. Saya serahkan tugas ini ke bapak.”
“Baik pak,” jawab pak Pardi selaku pimpinan pekerja laki-laki di kediamanan Anggara. Anggara melangkahkan kakinya keluar dari kamar tamu menuju keberadaan sang istri.
Wanita yang sudah mulai menua itu tengah berkutat dengan alat-alat penggorengan, ia terlihat sangat antusias mempersiapkan menu makan malam keluarganya bersama sahabat lama suaminya. Sesekali ia mengusap peluh yang membasahi wajahnya. Laki-laki yang tak kalah akan menua bersama wanita itu tersenyum melihat gerak-gerik yang dilakukan istrinya. Hingga suara pembantu wanitanya menegur tuannya, “Tuan lagi asyik memandangi nyonya yah?” goda bik Surti.
“Iya bik, Michelle semakin cantik bila sudah serius memasak.”
“Nyonya meski sudah memiliki tiga anak, nyonya tetap secantik dulu tuan.” Pujian datang dari Bik Surti untuk Istrinya. Bik Surti merupakan pembantu rumah tangga yang sudah lama mengabdi di kediaman Anggara semenjak Anggara dan Michelle 1 bulan menikah. Oleh sebab itu, Bi Surti sangat tau bagaimana kondisi keluarga ini. “Kalau begitu bibik pergi kesanan dulu ya tuan.” Ijin bik Surti yang berniat untuk mengambil jemuran sebab cuaca mendung yang menyelimuti kota ini. Anggara menganggukan kepalanya, dan mulai berjalan menuju istrinya.
Sebuah lengan telah melingkar manis di tempatnya, membuat sang empunya merasa kaget. Michelle menolehkan kepalanya melihat lengan siapa yang berani-beraninya mengganggu konsentrasi memasaknya. Beberapa detik kemudian, ia tersenyum ketika mengetahui bahwa itu lengan milik suaminya.
“Serius amat sih sayang masaknya.” Ucap Anggara yang kini tengah menyandarkan kepalanya di bahu sang istri. “Sampai-sampai keringetnya banyak banget, awas jatuh loh yah, bisa-bisa masakan kamu rasa asem loh yah.” Goda Anggara. Michelle langsung mengerucutkan bibirnya mendengar ledekan dari suaminya. “Jangan dimaju-majuin mau dicium disini?” goda Anggara lagi.
Michelle langsung menutup mulutnya menggunakan tangan kirinya, dan mulai mengeluarkan suaranya. “Mas sih godain mulu, gak selesai-selesai nanti masaknya.”
“Kamu masak apa sih sayang kog ribet amat?”
“Masak-masakan kesukaan anak-anak dan tadi aku sempet buat kue blackforest sama pudding coklat, mudah-mudahan keluarga Prilly suka yah sama masakan aku.”
“Pasti suka dong, kand istri aku kalau masak enak banget.” Jawab Anggara yang masih nyaman memeluk istrinya dari belakang. Namun beberapa menit kemudian, ada yang mengganggu keduanya. Siapa lagi kalau bukan putra dan putri kesayangan mereka.
“Ekhemmmmmm…….” Deheman berasal dari ketiga anaknya.
“Ayah… kog pacaran di rumah sih?” Protes putri kesayangan keluarga itu.
“Ayah bunda kalau pacaran gak usah di dapur juga, gak tau apa yang liat nanti baper. Apalagi kalian itu pasangan teromantis di rumah ini.” Ucap Kendy.
“Hahahahaha……..” tawa Anggara pecah melihat tampang putra dan putrinya yang jengah akibat ulahnya. Keysha dan kedua kakaknya mengerutkan dahinya setelah mengetahui respon yang diberikan ayahnya. Begitupula Michelle yang ikut-ikutan heran melihat suaminya, “apa mas Anggara sehat?” kata itu muncul dibenak Michelle.
“Ayah gak apa-apa kand? Kog ketawanya keras amat?” heran Kyan terhadap ayahnya. Anggara langsung memegang perutnya yang merasa sakit akibat terlalu kencang tertawanya.
“Maaf deh, jika ayah tadi umbar-umbar kemesraan di depan anak-anak ayah. Apalagi anak-anak ayah belum pada pacaran. hahahaha.” Ledek Anggara kepada ketiga buah hatinya. Sontak saja ketiga anak itu langsung mengerucutkan dan mengekspresikan kekesalan kepada ayahnya. Dan lagi-lagi Anggara semakin mengencangkan tawaanya. Melihat keempat sumber kebahagiaannya, Michelle juga tidak tega sebab ketiga anaknya yang dilanda rasa kesal terhadap ayahnya yang meledek serta menertawakannya.
“Sudah-sudah, kalian ganti baju dulu yah. Setelah itu Keysha bantu bunda di sini, trus Kyan sama Kendy bantu beres-beres rumah yang tadi belum sempat dibereskan. Karena kita akan menyambut sahabat ayah sama bunda dengan baik. Jadi bunda harap kalian bisa bantu.” Ketiga anaknya langsung mematuhi apa yang diperintahkan oleh Michelle. Dan mereka beranjak ke kamar masing-masing. Dan kini Michelle berganti menatap suaminya. Anggara yang merasa di tatap istrinya hanya bisa bertanya dengan sorot matanya.
“Kamu ini mas, bisanya godain mereka aja.”
“Gak apa-apa itu kebahagiaan tersendiri bagiku, melihat mereka yang semakin tumbuh dan berkembang dewasa.”

0 komentar:

Posting Komentar